Devil's Fruit (21+)

Kebahagiaan di Luar Alam Mimpi (21+)



Kebahagiaan di Luar Alam Mimpi (21+)

0Fruit 342: Kebahagiaan di Luar Alam Mimpi (21+)     
0

Dua tangan Andrea sibuk meremas kuat rerumputan saat ia terus saja dihentak Dante tanpa diberi jeda meski hanya semenit.     

"Ernnghhh... stooopphh... haanghh... Dan—arnnghh..." Suara Andrea serasa habis karena terus saja mengerang serta melenguh tanpa henti semenjak tadi. Namun anehnya, perutnya terasa sangat nyaman.     

Apakah sang baby merasa seperti sedang diayun-ayun?      

Oleh sebab itu Andrea terkesan pasrah meski sudah mulai lemas. Tapi kenapa Dante belum lunglai juga? Nephilim itu sedang meluapkan kegemasannya semenjak kemarin-kemarin, kah? Apa ini sungguh merupakan hukuman khusus dari Dante pada Andrea karena Nona Cambion terus memusuhi sebelumnya?     

Yang pasti, Dante bahagia. Ini sungguh seperti pungguk mendapatkan rembulan, tidak perlu lagi merindukannya. Sesuatu yang ia damba-dambakan semenjak berada di alam milik Pangeran  Djanh, kini telah berhasil dia dapatkan sesuai yang dia harapkan.     

"Haagh! Agh! Tidak! Nanti, Andrea! Hagh! Nanti, sayank!" Suara Dante terputus-putus akibat aksinya sendiri.     

Dua tangan kuat mencengkeram pinggul Andrea agar ia bisa sedalam mungkin menyodokkan miliknya dalam-dalam di liang Gadis Cambion.      

"Akuhhh... akuughh... lelaahh, bodoh!" kelit Andrea sembari menoleh ke belakang dengan muka masam, mencari raut Tuan Nephilim.     

Dante segera melepas cengkeraman pada pinggul Andrea dan beralih meraih tubuh ibu dari anaknya untuk ia peluk dari belakang sambil terus ia hentak.     

Andrea kaget ditarik, kemudian dipeluk. Apalagi wajahnya ditolehkan ke belakang agar bibir mereka bisa saling bertaut.     

"Urmmffhh... hurrmmffhh..." Cumbuan berbalut desah dari Nona Cambion berpadu dengan deraman penuh hasrat menggelegak milik Dante.     

Desah Andrea kian keras ketika satu tangan Tuan Nephilim menggapai salah satu payudara montok dia dan meremas sebelum mulai memainkan putingnya. Andrea susah melepas cumbuan bagai candu meski ia ingin protes payudaranya terus saja dimonopoli tangan Dante.     

Ia pun pasrah, menerima. Toh semua kelakuan Dante padanya saat ini justru menimbulkan kenyamanan tersendiri pada perutnya. Dan anehnya, pada jiwanya pula. Itu menyusup begitu saja, entah sejak kapan.     

Bahkan Andrea tak mampu memprotes tindakan tangan Dante yang satunya lagi dimana tangan itu kurang ajar menyusup ke bawah menggeseki mutiara istimewa nan peka milik Andrea.     

"Eemmfhh! Eemmghh!" Andrea hanya bisa menjerit tertahan saat jemari Dante kian menggila di mutiara mungilnya. Padahal vaginanya masih saja terus menerima pompaan pusaka arogan sang Nephilim. Pun payudara yang terus dikuasai bergantian.     

Lagi-lagi Andrea diserang pada tiga erogenusnya.     

Gadis itu tak punya rerumputan sebagai pelampiasan. Maka ia pun mengulurkan satu tangan ke belakang, menggapai helaian kelam Dante sebagai pengganti rumput. Sungguh, Dante mulai sekarang, rajin-rajinlah creambath demi menghindari kebotakan dini.     

Tak lama cumbuan dilepas karena dua insan membutuhkan pasokan udara bersih. Keduanya sama-sama terengah meski tubuh tetap terayun-ayun seirama penuh keharmonisan.      

"A-AARRNGHHH!!!" pekik Andrea tiba-tiba dan kejang-kejang kecil sebelum ambruk ke rumput dalam posisi tetap menungging. Dia kembali diterjang orgasme rupanya.     

Dante membiarkan saja, dan ia kembali cengkeram pinggul sang Cambion untuk berikan hentakan lebih kerap dan dalam.     

"Kau sudah keluar, sayank?" tanya Dante disertai sengal nafas pendek-pendek.     

"Shut up!" Pipi Andrea memerah parah. Entah karena malu atau akibat lelah ditambah orgasme barusan. "Arghh! Dante!" pekiknya saat dua lengannya ditarik ke belakang sehingga mau tak mau dia bagai kuda sedang dikekang penunggangnya.     

"Sebentar lagihh... sayankkkhh..." Dante kian memacu penisnya. Kedutan di batang sudah mencapai ujung. Tak bisa ditahan lagi. Ia sudah sampai pada limitnya. "Andreaaahh! Andreaakkhh! Haaghhh! Aghh! Hampirrhh! Hampiirrghh! Akuhh! Akuuhh! Mencintaimu, ANDREEAAAGGHH!! ARRGGHH!!"     

Dante pun menyerah. Ia meloloskan peluru cair hangatnya membanjiri liang Nona Cambion. Gerakan pun terhenti secara otomatis. Keduanya sibuk mengatur nafas masing-masing.     

"Kemarilah... haanghh... annghh... haangghh..." Dante lagi-lagi menarik tubuh Andrea agar bisa ia peluk. Namun kali ini tanpa hentakan. Hanya memeluk penuh sayang. Hatinya dipenuhi pijaran gelora bahagia tak terkira.     

Andrea tak menolak. Toh begitu sperma Dante menyemprot tadi, mendadak ia bagai dilimpahi banyak energi. Tubuhnya terasa menghangat enak dan anak di dalam perutnya seolah menyetujui apa yang ia rasakan.     

Gadis Cambion memejamkan mata, menyenderkan kepalanya pada bahu Dante dengan sikap santai, sembari menikmati suasana. Ia tidak lagi bersikap sengit. Ia sedang mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya sekarang. Tentu saja sambil terhanyut akan gelombang antiklimaks yang berkedut belum berhenti menerjangnya.     

Dante terus mendekap Andrea. Memeluk hangat tubuh itu tanpa ingin menstimulasi apapun. Mereka sama-sama dalam mode antiklimaks. Hanya butuh diam sejenak sampai pulih.     

"Setelah ini kau harus berpakaian, Andrea." Dante mengingatkan. Mana mungkin dia merelakan tubuh sang terkasih terpapar di depan mata orang lain selain dia. Baginya, Andrea terlalu indah untuk dibagi dengan siapapun.     

"Tak perlu kau ingatkan, bodoh." Andrea sudah mulai berhasil menguasai kenormalan napasnya lagi.     

"Haha, baiklah. Nanti akan aku berikan pakaian untukmu. Karena kalau kau terus telanjang, aku kuatir takkan memperbolehkan kau keluar dari area ini." Dante mengusapkan ujung hidungnya pada tengkuk leher sang Cambion.     

"Kok gitu?!" Andrea sedikit menoleh ke belakang. Mata mereka bersiborok.     

"Karena aku pasti ingin terus menggaulimu, sayank..." bisik Dante sambil tersenyum kecil.     

Gadis itu pun memukul kecil lengan Dante. Pipinya kembali bersemu merona. "Sialan kau, dasar Nephilim geblek cabul napsuan!" rutuk Andrea yang malah ditimpali kekehan Dante.     

Andrea pun segera membebaskan diri dari dekapan Dante meski harus mendesis ketika penis Dante tercabut paksa dari liangnya akibat gerakan dia sendiri. "Ssshhhh... aaghh..."     

"Sakit kah?" Dante menyuarakan khawatir.     

"Kagak!" ketus Andrea. "Tentu aja sakit, begok!" Dia berikan lagi pukulan pelan ke dada Dante.     

"Ya sudah, sini aku sembuhkan." Dante sudah bersiap menggapai istrinya.     

Namun Andrea lekas bangun dan berkelit. "Ogah! Dasar cabul!"     

"Tapi kau menikmati kecabulanku, bukan?" balas Dante.     

"The hell!" rutuk sang Puteri sambil berteriak. Tapi Dante justru tertawa krispi.      

Gadis itu pun lekas menggerakkan tangan sambil merapal sesuatu dalam hati. Dan ia mendadak telah memiliki baju. Pakaian sederhana saja. Tidak terlalu terbuka agar ia tak risih bila bergerak. Hanya sebuah baju dari bahan sifon berlapis-lapis yang membentuk gaun ala peri wanita jaman kuno     

Dante bangkit dan melakukan hal sama agar ia bisa mendapatkan pakaian secara ghaib melalui sihirnya. Pakaiannya berupa gaun maskulin yang menguarkan aura tampan dan gagah dirinya bagaikan Dewa Langit.     

Andrea membelalak begitu menyaksikan penampilan Dante. "Dandanan apa-apaan itu, njiirr?!"     

"Kenapa?" Dante rentangkan dua tangan seraya mengamati dirinya sendiri. "Aku hanya ingin menyesuaikan dengan penampilan kau saja, sayankku. Bagus, kan?" Ia tersenyum kecil.     

Gadis Cambion memutar bola matanya. "Serah, deh! Serah!"     

"Ayo aku gendong lagi seperti tadi. Kau tak boleh capek. Kasian anak kita."     

Tanpa menunggu sahutan Andrea, Dante pun segera membopong Andrea bagai pengantin dan terbang masuk lebih ke dalam ke area Underworld.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.