Devil's Fruit (21+)

Radarku Adalah Spermaku



Radarku Adalah Spermaku

0Fruit 360: Radarku Adalah Spermaku     
0

>>> Istana Antediluvian <<<     

Langkah kaki jenjang menapaki ruangan luas. Suara sepatu menggema hingga akhirnya berhenti di depan sebuah singgasana.     

"Hamba menghadap, Ratu..." Satu kaki dilipat untuk bersujud hormat.     

"Revka..."     

"Hamba, Yang Mulia Ratu Voira..." Revka tetap menunduk tidak berani menatap penguasa Antediluvian secara langsung. Semua pun demikian jika sedang menghadap Voira.     

Splaatthh!     

"AARRGHH!" pekik kaget juga kesakitan tak bisa dielakkan mencuat dari mulut Revka ketika tangan Voira mengibas kuat mengirim angin untuk menampar wajah sepupu Dante.     

"Memalukan!" seru Voira sembari dua matanya mendelik tajam menatap Revka.     

Revka memegang pipi yang terkena tamparan angin Voira, terasa pedih dan panas. "Ha-hamba mohon ampun apapun kesalahan hamba, Paduka!" Ia segera telungkup sambil dua lutut bersujud.     

Mata Voira berubah merah menyala, nyalang menatap Revka. "Apa kau tau dosamu, hah?! Perempuan hina! Tolol! Murahan!" maki Ratu Voira tanpa ditahan-tahan. Memangnya siapa yang berani menegur segala tindakan dia? Tidak ada!     

Revka tak bisa menahan air matanya yang sudah meleleh keluar. Namun ia tak berani menaikkan kepala. Tetap telungkup bersujud di hadapan Voira yang duduk jumawa. "Hamba mohon ampun! Hamba mohon ampun!" ucapnya berkali-kali tanpa tau apa yang membuat Ratu Voira murka begitu. Ia hanya tau dirinya dipanggil secara khusus menghadap Voira.     

"Kau memalukan bangsa kita! Memalukan ras mulia kita!" pekik Ratu Voira dengan suara yang menguasai tempat luas tersebut.     

"Ampun, Yang Mulia... hiks! Ampun..." Revka terisak sembari terus berusaha mengingat apa kesalahan yang dia perbuat.     

"Kau sudah jadi budak seks Iblis, iya kan Revka?!" Suara Voira menggelegar mengakibatkan gema yang bisa jadi terdengar hingga ke halaman tengah Istana.     

Revka bagai tertampar. Bukan oleh kibasan tangan Voira yang ia terima untuk kedua kalinya, namun oleh kalimat dari Ratunya.     

Tubuh Revka menghantam dinding ruangan saat Voira mengibaskan tangan baru saja. "Ampun... Hamba mohon ampun, Yang Mulia... hiks... tolong ampuni Hamba..."     

"Enak saja!" Voira menggunakan kekuatannya untuk mengangkat tubuh Revka dan menghempas perempuan malang itu ke lantai. Cukup keras. Terbukti dengan Revka muntah darah. Jika ini terus berlangsung, Revka pasti akan mengalami patah tulang di berbagai tempat.     

Tak puas, Voira kembali gunakan sihirnya dari jauh untuk mencekik Revka dan mengangkat tubuh lemah itu ke udara. "Kau harus menerima hukuman atas kelakuan jalangmu!" Mata sadis Ratu Voira menatap tajam ke Revka yang telah tanpa daya.     

Swoosshh!     

Sreett~     

Blaamm!     

Hitungan detik, tidak sampai satu menit, cekikan pada leher Revka terlepas dan perempuan itu didekap sosok yang baru saja melemparkan bola energi ke arah Voira.     

"IBLIS!" seru Voira seraya belalakkan mata ke penyusup yang tiba-tiba muncul di depannya. Untung saja ia mampu menghindari bola energi tadi, membiarkan tembok di belakang dia berlubang.     

Sosok itu tersenyum diagonal. "Lebih tepatnya... Pangeran Djanh."     

Revka kaget tiba-tiba Pangeran Incubus Djanh sudah muncul dan mendekap tubuh lemahnya. "Kau... kenapa..."     

"Sssttt... jangan banyak bicara dulu, pussy cat... kau luka dalam." Pangeran Djanh mengusap darah di tepian bibir Revka.     

"Untuk apa kau ke sini, IBLIS?!" Voira makin murka karena kemunculan Pangeran Djanh disaat dia sedang ingin menghukum Revka.     

"Humm... untuk apa enaknya, yah? Bagaimana kalau untuk bercinta denganmu, Ratu manis?" Djanh malah mengerling ke Ratu Voira.     

"LAKNAT! HIYAAAHH!" Ratu Voira melempar bola energi kuning ke Pangeran Djanh. Namun Pangeran Incubus sigap menghindar.     

"Hei, hei... kalau kau tak mau kugauli tinggal katakan saja, tak perlu melempar begituan padaku. Hahaha, dasar wanita..." Pangeran Djanh malah menggoda. Revka menggigit bibir bawahnya. Kesal?     

"IBLIS BEDEBAH! MATI SAJA KAU!" Ratu Voira mengumpulkan energinya hingga muncul kabut hitam berputar di atas ruangan.     

"Wah, wah... rupanya aku benar-benar ditolak Ratu Antediluvian. Oke, oke... aku takkan memaksa." Pangeran Djanh masih bisa memberikan godaan nakal melalui ucapan-ucapannya, seolah dia tidak takut sama sekali akan kekuatan Ratu Antediluvian.     

Sedangkan di luar, para penjaga dan pengawal istana sudah mulai berdatangan, namun Ratu Voira menahan mereka agar tidak gegabah menyerang Pangeran Djanh.     

"HIYAAAKKHH!!" Ratu Voira berseru kuat sambil melepaskan energi cahaya berwarna putih kekuningan.     

Kilat putih kuning segera menyambar tubuh sang Iblis, membuat Pangeran Djanh dan juga Revka terpental lima meter ke belakang. Namun Pangeran Djanh tetap menjaga tubuhnya tidak limbung sehingga ia masih berdiri tegak mendekap Revka.     

"Aku kemari untuk mengambil kucingku ini..." Pangeran Djanh menatap Revka. "Karena sepertinya kau sudah tidak menginginkan dia lagi, benar begitu, kan Yang Mulia manis?"     

"Djanh..." Revka sampai tak bisa berkata-kata. Ia menggeleng. Takut bila Pangeran Djanh hanya mengantar nyawa saja datang ke negeri Antediluvian.     

"Jangan kuatir, Kitty... aku akan membawamu pulang..." Pangeran Djanh tersenyum hangat ke Revka yang lemah lunglai tanpa daya.     

"Tidak semudah itu, KEPARAT!!!" Ratu Voira lagi-lagi mengirim kilat kuning ke arah Pangeran Djanh.     

Kali ini Pangeran Incubus memunculkan perisai sihir sehingga kilat itu pun berhasil ditepis meski ia harus terdorong satu meter ke belakang.     

"Saya dan Kitty permisi dulu, Paduka cantik..."     

"Jangan harap kau-arrnghh!" Ratu Voira menggeram marah karena Pangeran Djanh sudah lenyap dari pandangan. "Iblis keparat! Iblis laknat!" Kesal, ia melampiaskan amukan pada dinding dan jendela ruangan. Ia kesal karena tidak berhasil menahan Pangeran Djanh. Bahkan dia menyesali tidak lekas menyuruh para pengawal istana di sana untuk menyerbu Pangeran Djanh.     

Rean lekas memegangi tangan Ratu Voira yang kalap. "Yang Mulia... tolong hentikan. Kendalikan dirimu, Ratuku..."     

"KAU—" Ratu Voira sudah hampir menghantamkan bola energi ke Rean, namun wajah sayu Rean membuatnya urung. "HAAGKH!!!" Ratu Voira melepaskan tangan Rean dan melayang cepat ke ruangan pribadinya, meninggalkan ruangan porak-poranda dengan Rean masih ada di sana, menatap kepergian Ratunya.     

-0-0-0-0-0-     

Pangeran Djanh sudah berhasil tiba di kediamannya. Tentu saja bersama Revka.     

"Ini wilayah kekuasaan aku. Jadi... kau aman di sini." Ia menurunkan Revka ke sebuah sofa besar nan empuk penuh hati-hati.     

Revka segera telusuri ruangan menggunakan pandangannya. Ini lain. Tidak seperti tempat yang sebelumnya ia datangi.     

"Lihat, kau kacau begitu, sayankku." Pangeran Djanh mendekat ke Revka, usap wajah lusuh Revka yang tadi dihajar Ratu Voira. "Kejam sekali Ratumu."     

Dengan sekali usap, lebam dan semua luka Revka pun menghilang.     

Perempuan Nephilim itu tertunduk. "Kenapa kau selamatkan aku?"     

"Karena kau sudah dibuang majikanmu, Kitty." Pangeran Djanh gamblang begitu saja mengucap.     

Revka mendecih. Dia merasa rendah hanya dari mendengar ucapan Pangeran Djanh. "Lalu... bagaimana kau tau aku ada di mana... dan... sedang apa?"     

Pangeran Djanh miringkan kepala menatap wajah nona Nephilim. "Aku memasang... katakanlah semacam radar pada tubuhmu, Kitty..."     

"Radar? Di mana?"     

Pangeran Djanh merogoh rok mini Revka, mengusap kewanitaan si gadis. "Di sini..."     

Revka menepis tangan nakal Pangeran Djanh. "Jangan main-main, Djanh!"     

"Aku serius. Radarku adalah... spermaku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.