Devil's Fruit (21+)

Rendesvous



Rendesvous

0Fruit 445: Rendesvous     
0

Senin pagi ini, Andrea sudah menyelesaikan sarapannya. Mengecup kening anaknya dan berpamitan pada Shelly dan Kenzo.     

"Gue berangkat dulu, yak! Take care kalian semua di sini. See ya soon!" Andrea melangkah keluar dari rumah setelah menyambar kunci mobil.     

Berjalan gontai menuju mobilnya di garasi, sesekali senandungkan lagu antah berantah.     

Shelly memilihkan baju hari ini. Dia bersikeras Andrea harus mengenakan setelan atau apapun yang berwarna merah agar terkesan tegas dan berani.     

"Kesan pertama itu segalanya, Ndre." Begitu alasan Shelly memilih blazer merah yang menutupi blus hitam polkadot dan rok model pensil selutut warna hitam.     

Andrea patuh karena percaya Shelly pasti tau yang terbaik dalam hal seperti itu.     

Setelah masuk ke mobil dan berbaur dengan pengguna jalan lainnya, akhirnya sampai juga di gedung kantornya.     

Melangkah penuh percaya diri ke lift, dan menekan tombol 40, ia pun diam di dalam lift menikmati kesendirian naik ke lantai yang ia tuju.     

Begitu lift berdenting, ia pun keluar dan segera disambut orang yang lalu-lalang bertemu dengannya.     

"Ohayou gozaimasu, Sachou-sama!" sapa siapapun yang bertemu dengan Andrea.     

Sang Cambion membalas dengan senyum dan tundukkan sedikit kepala. Harus begitu, katanya agar wibawa tidak jatuh.     

Ia dipanggil sachou karena ia adalah direktur utama di situ. Penambahan sufiks -sama mengisyaratkan status tinggi baginya dan juga sebagai respek dari orang yang memanggil.     

Seorang wanita muda menghampiri Andrea. "Sachou-sama! Ohayou gozaimasu! Mari saya antar ke ruangan anda!" tegas wanita itu seraya menundukkan kepala berulang-ulang ke Andrea.     

"Baiklah. Terima kasih," sahut Andrea dalam bahasa Jepang.     

Keduanya segera melangkah ke sebuah ruangan yang konon diperuntukkan bagi Andrea.     

Andrea menatap sekeliling sembari jalan. Lantai 40 yang bisa dikatakan luas dan nyaman. Penataan ruangan tiap divisi pun terkesan lebih longgar dan teratur. Ia manggut-manggut.     

"Silahkan, Sachou-sama!" wanita muda di depan Andrea sudah membukakan pintu. Seketika Andrea menemukan hamparan ruangan luas yang lantainya terbungkus karpet warna marun. Udara sejuk dari pendingin ruangan menerpa wajah.     

Andrea melangkah pelan menuju ke mejanya. Sebuah meja besar berkaca tebal berhias perangkat komputer tipe paling baru ada di atasnya.     

Ia menyentuh kursi. Besar berwarna hitam terbuat dari bahan paling nyaman pasti dan dibungkus kulit lembut. Bisa langsung terasa nyamannya begitu ia henyakkan pantat di kursi tersebut.     

"Saya akan siapkan hidangan dan file anda, Sachou-sama." Wanita itu pun tundukkan punggung sejenak sebelum keluar ruangan.     

Andrea membiarkan saja.     

Usai wanita tadi meninggalkan ruangan, Andrea langsung hela nafas. Ia nyamankan duduknya, lalu berpaling ke belakang. Hamparan pemandangan kota langsung tersaji begitu rupa melalui jendela besar.     

"Bagaimana? Kau suka?" Tiba-tiba suara ayahnya sudah terdengar.     

Andrea seketika menoleh. "Tsk! Kayak jelangkung aja, tau-tau dateng."     

"Iblis bebas, dong!" sahut ayahnya sambil terkekeh. "Kau juga bisa begini kalau kau tidak buang darah iblismu."     

Andrea mendecih lagi. "Ceh! Gak butuh."     

"Aku lega kau akhirnya mau menerima tawaran Ayah di sini. Memang sudah sepantasnya kau bekerja bersamaku." Zardakh lipat dua lengan di depan dada sambil bersandar santai pada pinggir meja.     

"Jangan ge-er dulu. Ini gegara ada yang merengek-rengek kayak bayi."     

"Perasaan sih Ayah kemarin tidak sampai merengek, deh."     

"Tsk! Terserah. Pokoknya ini gue terima karena gue kasian aja ama Babeh." Andrea tak mau kalah.     

Zardakh mengangguk-angguk. "Iya, deh iya. Apa katamu saja, yang penting kau sudah tidak kerja di perusahaan laknat penjual karyawan itu. Anakku terlalu berharga untuk dijual."     

"Inget janjimu, Beh! Gak usah ngapa-ngapain mereka. Gue ogah ada berita di surat kabar kalo mereka kecelakaan atau matek, loh yah!" Andrea tatap tajam ayahnya.     

"Ceh! Kamu ini nggak asik," seloroh ayahnya.     

"Pokoknya janji kagak ngapa-ngapain mereka, titik!" Andrea tak mau tau. Meskipun dia sangat benci perlakuan atasannya dan beberapa klien yang ia dapatkan, tapi ia tak tega untuk menghukum mereka dengan kematian. Ia punya cara tersendiri.     

"Oke. Terserah kau saja, Nak. Ayah terima beres. Yang penting kau di sini, dan membantu ayahmu ini mencari duit."     

Andrea geleng-geleng. "Emang Babeh kurang tajir apalagi, sih? Maruk amat jadi makhluk. Awas kena tampol karma, loh!"     

Zardakh goyang-goyangkan telunjuk di depan Andrea. "Ini bukan maruk. Tapi investasi jangka panjang. Kau tau, kita harus punya tabungan masa depan. Dunia ini tak ada kepastian. Harus siap siaga."     

Andrea putar bola matanya.     

Pintu dibuka, muncul wanita tadi membawa baki berisi minuman dan makanan ringan. "Ah, Zado-dono! Maaf, saya tidak tau anda datang!" Ia membungkuk berkali-kali ke Zardakh.     

Sufiks -dono dipakai untuk orang yang sangat dihormati, terkadang dianggap levelnya lebih tinggi daripada -sama.     

"Santai saja, Rioko. Aku baru saja datang, mampir ingin lihat anakku apakah betah jadi direktur utama." Zardakh lambaikan tangan ke wanita bernama Rioko. Ternyata dia adalah asisten pribadi Andrea di kantor.     

"Haik! Kami harap Sachou-sama langsung betah dan nyaman bekerja di sini." Kali ini Rioko menunduk ke Andrea.     

"Andrea, Rioko ini asisten pribadi kamu. Nanti ada juga sekretaris yang sudah aku persiapkan untukmu. Orangnya sangat kompeten dan bisa aku percaya." Zardakh memberikan keterangan mengenai Rioko.     

"Oke. Atur aja, Beh. Pokoknya kalo kerjanya lelet, gue tendang langsung." Andrea memutar-mutar kursinya. Ia melirik sudut ruangan. Ada meja lumayan besar di sana dengan perangkat komputer juga, meski tidak sebagus miliknya. "Itu tempat sekretaris gue, Beh?" Ia menunjuk sudut tadi.     

King Zardakh mengangguk. "Ya. Dia akan duduk di sana agar kau mudah memberikan instruksi ke dia."     

"Oke."     

Rioko menata minuman dan camilan yang ia bawa ke meja lain di ruang itu. Di sana ada satu set sofa dan juga ruangan lain yang dijadikan sebagai kloset, atau ruang ganti dengan lemari cukup besar. Ada juga kamar mandi di sudut lain.     

Perusahaan properti milik Zardakh ada di gedung Izumi Garden Tower. Salah satu gedung pencakar langit di Roppongi yang nyaris setinggi Mori Tower. Izumi Tower tak hanya berisi puluhan lantai untuk kantor, namun juga ada mall, restoran dan beberapa tempat kebugaran serta spa. Termasuk apartemen mewah di lantai-lantai teratas.     

"Kalau ada apa-apa atau mau tanya sesuatu ke Ayah, datang saja ke lantai 42. Itu apartemen Ayah." Zardakh menambahkan.     

Andrea melirik ke ayahnya. "Boros banget, sih gaya hidupmu, Beh. Pake tinggal di apartemen lux gedung ginian segala. Dih. Nabung, oi! Nabung!"     

Zardakh terbahak. "Sesekali menikmati hidup kan tidak mengapa."     

"Babeh perasaan sih menikmati hidup melulu dari dulu." Anaknya menyahut ketus. Tapi King Zardakh tidak tersinggung.     

Rioko sudah keluar dari ruangan sejak tadi.     

Baru saja Zardakh menyudahi tawanya, ruangan diketuk lalu dibuka dari luar. Seorang pria masuk.     

Andrea tercekat melihat pria itu. "Kok...?"     

"Kenalkan, dia sekretarismu." Ucapan Zardakh bagai menampar Andrea.     

"Beh! Ini apa maksudnya?! Ngapain Giorge di sini?!" jerit Andrea kaget, tak menyangka tuan vampir ada di ruangan itu.     

"Iya dia di sini sebagai sekretaris untukmu, Nak. Masa sih Ayah kurang jelas mengucapkannya tadi?" Zardakh tambah menjelaskan.     

"Perkenalkan, saya Giorge Schubertt, siap melayani anda sebagai sekretaris, Andrea-sama." Giorge membungkuk hormat ke Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.