Devil's Fruit (21+)

Akhirnya Terbuka



Akhirnya Terbuka

0Fruit 461: Akhirnya Terbuka     
0

Malam itu, Andrea mengobrol banyak dengan Dante. Ia bercerita Jovano besok sekolah. Dante sangat antusias mendengarkan. Sesekali dia bertanya ini dan itu.     

Dante juga mengobrol dengan Jovano sebelum si bocah tertidur.     

"Pokoknya Dad, tas dan sepatuku keren sekali!" celoteh Jovano tadi ke ayahnya.     

Dante terbahak senang. "Pasti kau yang memilih, ya kan?" Mata Tuan Nephilim memancarkan kerinduan yang dalam ketika menatap sang anak yang kini kian beranjak besar.      

Sudah berapa tahun dia tidak memeluk anaknya sendiri. Hati Dante mengerang pedih saban melihat Jovano. Rasanya dia ingin mempunyai kekuatan super agar bisa mendatangi Andrea dan anaknya.     

Jeruji alam Nirwana ini sungguh menghempaskan kebebasannya, merenggut hari-hari bahagia dia dan keluarga kecilnya.      

"Tentu saja! Seleraku kan bagus." Jovano tepuk bangga dadanya. Lelaki kecil itu selalu saja berlaku layaknya anak besar.      

"Heh, maksudmu selera Mama payah, gitu?" Andrea melirik sebal ke anaknya.     

Dante dan Jovano tertawa bersamaan. Mereka ini bagai terhubung oleh sesuatu dan sering kali kompak menggoda Andrea.      

Bukankah itu sudah sering terjadi sewaktu Jovano masih berada di dalam perut ibunya? Mengingat itu, Dante merasakan damba yang merongrong kalbunya.      

"Kompak yah kalian kalo ngeledek gue," judes Andrea sembari manyun.     

"But we always love you, Mom." Sang anak lekas saja berikan kalimat ajaib itu ke sang ibu yang sudah memanyunkan mulutnya.      

"Nah, Jo benar, tuh! Toss, Nak!" Dante terkekeh geli.     

"Toss, Dad! Walau ada yang love Mommy, sih!" celetuk sang anak.      

"Hah? Siapa? Siapa itu? Jo? Andrea?" Mendadak wajah Dante tegang menatap anak dan istrinya bergantian, mengharap jawaban. Rasanya Andrea ingin menjitak ubun-ubun anaknya.     

Bagaimana bisa, sesuatu yang harusnya ditutup rapat dari pengetahuan sang suami, kini malah dibuka secara gamblang oleh anaknya sendiri. Apakah Jovano sengaja? Sengaja memancing keributan kedua orang tuanya.      

Andrea mendelik diam-diam ke lelaki kecilnya.     

"Daddy, Mommy, aku ngantuk. Hoaaheemm... see ya tomorrow. Bye, Daddy!" Jovano buru-buru melipir ke kasurnya sendiri.     

Andrea menahan kesal. "Jangan kabur, Jo!"     

"Sorry, Mom. It's my bedtime. Aku tak boleh bergadang, kan? Besok aku harus bangun pagi. Bye..." Dan Jovano punggungi Andrea setelah tenggelamkan tubuh ke selimut.     

"Errkkhh... bocah ini!" deram Andrea tertahan. Kalau tidak ingat itu anaknya sendiri, Andrea sudah akan mengucek-kucek kepala Jovano.     

"Andrea...?" Dante mulai menggunakan nada berat dan dalam.     

Andrea tak punya pilihan lain selain menceritakan semua kejadian sejak di Cordova hingga di Tokyo ini, kecuali tentang ciuman Giorge kemarin. Takkan dia ceritakan! Sampai kapanpun itu tak boleh meluncur keluar dari bibirnya!     

Oh, dan juga mengenai bayangan hitam yang sering memperkosa Andrea, ia juga menahan info itu ke Dante. Sangat tidak mungkin menceritakan itu ke suaminya yang sedang menjalani masa hukuman penjara.      

Ia tak ingin membebani pikiran sang suami. Andrea tidak mau Dante jadi stres di sana.      

Bertahan. Ia hanya harus bertahan setahun lagi dan mereka berdua akan kembali bertemu dan bersatu seperti biasanya.      

Andrea juga sudah berjanji dalam sanubarinya agar dia tidak lagi terlalu judes dan pahit pada Dante. Ia ingin membenahi semuanya dengan Dante. Ia ingin membuka lembaran baru sebagai istri Dante, yang pastinya akan mendapatkan limpahan cinta tanpa batas dari sang Nephilim.      

Nyonya Cambion sudah tak ingin lagi menahan diri jika di depan suaminya. Apabila dia ingin bercinta nantinya, maka ia tak akan segan-segan lagi meminta itu pada Dante. Dia ingin menggerus ego besar dan semua gengsi yang dulunya sering dia tampilkan di depan Dante.      

Cerita tentang Giorge saja membuat Dante panik dan emosi, apalagi jika Andrea membuka ceita tentang si bayangan misterius itu! Dan jika benar si bayangan adalah Giorge, Andrea tambah tak berani ceritakan ke suaminya.     

"Aku harap kau jauhi dia, Andrea." Nada suara Dante dalam dan serius. Matanya menukik tajam menghujam ke manik mata Andrea yang tak berdaya.      

"Udah, Dan. Gue udah jauhi dia. Cuma kan lu tau sendiri gimana kampretnya babeh gue." Andrea hanya sanggup menyeret sang ayah yang memang nyatanya semakin membuat skema aneh agar dia dan Giorge kembali bertemu sebagai rekan di kantor.     

"Ayahmu kenapa malah pekerjakan dia sebagai sekretarismu? Kenapa?" Dante tak henti-hentinya heran akan keputusan King Zardakh, ayah mertuanya. Dalam hati, Dante justru berpikir buruk, apakah ayah mertuanya tidak menyukai dia?     

"Tanya sendiri ke orangnya, gih ah! Dan, yang penting kan gue tetep setia ke elu. Gue tetep nunggu elu. Lu percaya kan ama gue?" Nyonya Cambion menatap putus asa penuh memohon ke suaminya di sana, di penjara Nirwana.     

"Iya, aku percaya kamu, sayank, tapi tidak percaya bajingan itu. Iya, maaf aku memanggil dia begitu, meski dia berkali-kali menyelamatkan kamu dari orang-orang jahat. Tapi tetap saja-" Dante rasanya makin gusar ketika membayangkan Andrea menerima beberapa kali perlakuan pelecehan seksual dari orang-orang sekitarnya.      

Rasanya Dante ingin merobek-robek orang yang berani mengganggu dan kurang ajar pada sang istri tercinta.      

Dulu pun di alam buatan Pangeran Djanh, Dante kerap panas hati jika ada yang berusaha mendekati Andrea, apapun rasnya. Bahkan ia masih kesal dengan insiden siluman babi dan juga para lelaki yang hendak memperkosa Andrea ketika mereka berada di terminal portal Underworld.     

"Iya, Dan. Iya, gue paham, kok. Gue ngerti perasaan elu. Iya. Yang penting lu percaya kalo gue, hati en segala dari gue selalu ke elu, secuilpun kagak ke orang lain. Cuma elu, oke? Gak sering loh gue ngomong gamblang kayak gini, Dan."     

Memang. Butuh upaya besar bagi Andrea menyingkirkan ego dan gengsinya untuk berbicara sesuai dengan apa yang dia rasakan.      

"Iya, aku tau. Karena mukamu merah tuh, haha. Oke, aku percayakan ke kamu saja. Aku yakin kau setia menunggu aku. Tinggal setahun lagi kita bisa bertemu, yank. Gak sabar." Tuan Nephilim menghela napas. Bisa apa dia jika memang begini keadaannya?      

Andrea tersenyum lembut. Ya, tinggal setahun lagi maka ia bisa kembali berkumpul dengan Dante.     

Teringat ucapan Myren, "Ntar kalo Dante dah pulang, puas-puasin jadi kelinci, yah! Jangan sirik ke orang lain!"     

Andrea tergelak kecil.     

Video call ala mereka ditutup dengan saling bermasturbasi. Di kamar mandi, Andrea buang semua malu-malu dia dan bertingkah sebinal mungkin menggoda suaminya.     

"Daannhh..." Andrea menungging dengan gelang Malachite di belakang dia. Andrea melirik ke layar hologram yang terpampang wajah berahi Dante. "Haanghh... Daann... sentuh..." Satu tangan Andrea menggapai pantat, mengelus sebentar di sana lalu merayap turun hingga ke vaginanya, mengelus-elus membuat jantung Dante berdegup kencang.     

Dante gregetan gemas melihat istrinya begitu rupa berikan godaan seksual secara erotis padanya. Keduanya berhasil mencapai klimaks bersama-sama, kemudian sambungan disudahi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.