Devil's Fruit (21+)

The Wedding Party



The Wedding Party

0Fruit 486: The Wedding Party     
0

Pesta pernikahan malam itu amat meriah. Andrea tampil memukau dengan gaun pesta merah layaknya dia memang pantas menjadi ratu malam itu.      

Dia langsung menyedot perhatian semua tamu dan kerabat. Dipuji banyak kolega bisnis ayahnya. Zardakh menikmati kebanggaan itu. Apalagi perusahaan properti yang dijalankan Andrea juga tergolong sukses merajai properti di Jepang.      

Suaminya, Giorge pun tak kalah menawan. Dengan setelan jas warna kelabu cerah berhias manik sulam bordir digaris kelepak jasnya, terasa mewah. Mereka dipuji-puji sebagai pasangan serasi.     

Pesta itu tak hanya dihadiri tamu undangan, namun juga wartawan media massa bisnis ekonomi. Andrea digadang-gadang akan menerima award di dunia bisnis sebagai pebisnis  wanita muda paling berhasil di Jepang tahun ini. Tak pelak banyak kilatan lampu blits mengarah ke dua suami istri tersebut. Apalagi di sana juga banyak berkumpul para milyader dan pengusaha kelas atas. Wartawan seolah panen berita.      

"Wah, wah... lihat anak Mama, sangat tampan bersanding dengan menantu cantik Mama," ucap Karin, ibunda Giorge yang berdarah Jepang. Ia mengecup pipi anaknya dan juga Andrea.      

"Mama, kau juga hebat," balas sang anak.      

Andrea mengangguk. "Mama selalu terlihat cantik dan sophisticated," puji sang menantu.      

"Apakah Mama senang datang ke Jepang?" tanya anaknya.     

Karin mengangguk mantap. "Oh, tentu saja, my dear. Ini seperti... pulang kampung untuk Mama, hihi... tapi, Mama tadi sempat cari rumah Mama dulu, ternyata sudah lenyap berganti menjadi Mall, haha."      

Andrea dan Giorge ikut terbahak.      

"Hei, hei, ada apa ini?" Sebuah suara pria menginterupsi ketiganya. Muncul Olivo, ayah Giorge sudah berdiri di dekat istrinya, memeluk pinggang Karin dan mengecup pipi sang istri.      

"Ah, Olivo, kau ini selalu saja terlambat." Karin mencubit pinggang sang suami.     

"Haha, bukan aku yang terlambat, sayank, tapi kau terlalu buru-buru. Tadi aku sedang mandi, tiba-tiba kau tak ada, astaga. Kau ini sangat tidak sabaran datang ke pesta anakmu." Olivo berkelit.      

"Papa, kau terlihat super gagah," puji Andrea seraya acungkan ibu jari.      

"Yeah, kau harus tau, cantik, ketampanan Gio itu warisan dariku, dia harus bersyukur karena itu. Hahaha!" kelakar Olivo.      

"Nah, kalian sudah datang rupanya!" Zardakh ikut bergabung. "Apakah hotelnya nyaman?" Ia tersenyum hormat ke Olivo dan Karin.       

"Well, pilihan King Incubus tentu bukan sesuatu yang remeh, bukan?" sahut Olivo. Mereka pun tertawa bersama.      

"Mommy," ucap Jovano yang datang bersama Zardakh. "Mulai nanti malam dan seterusnya aku benar-benar tidur di kamarku sendiri, kan?"       

Andrea merunduk sedikit ke anaknya. "Tentu saja."       

Giorge berjongkok di depan Jovano. "Jagoan Papa sudah besar dan dewasa, kan? Nah, karena itu emang sudah sepantasnya tidur sendiri."      

Jovano mengangguk tegas. "Umh! Bahkan aku sendiri yang memilih warna cat dan juga wallpaper-nya!" Ia bersemangat menceritakan kamar barunya sejak mereka pindah ke mansion di Nishi Azabu. "Oh! Aku juga mendesain kamarku, Pa!"      

"Yeah, Papa sudah tau kehebatanmu itu, hotshot! Para tukang melaporkan anak Papa yang keren dan pintar ini, kok!" Giorge menunjukkan ibu jari ke Jovano yang terkekeh senang.      

"Lihat, mereka bahkan sudah sangat akrab!" seru Karin gemas melihat interaksi anaknya dengan Jovano terasa hangat dan natural.      

"Sebelum Andrea dan Giorge berpacaran, Giorge sering jalan-jalan dengan Jovano, sering belanja, haha!" Zardakh membeberkan.      

Jovano mendongak ke kakek-nenek barunya. "Iya, Opa, Oma, Papa Gi sering mentraktir banyak mainan dan makanan untukku."      

"Awwhh, menggemaskan sekali cucu Oma ini..." Karin mencubit lembut pipi bocah lima tahun itu.      

"Oma, aku tidak menggemaskan. Aku ini kan lelaki, dan aku sudah dewasa," elak Jovano. Karin makin gemas. Olivo dan Zardakh terbahak mendengar celoteh Jovano. Andrea dan Giorge saling pandang dan tersenyum.      

"Hei, hei, kenapa kalian masih di sini saja? Pasti belum mulai santap makan, kan?" Myren muncul di antara mereka. Bergaun panjang warna pelangi lembut pada bagian atas, gaun itu berbelahan tinggi hingga paha di bagian depan. Leher V, aksen manik-manik di sepanjang tepi depan gaun, dan juga berikat pinggang dengan hiasan benang emas. Lengannya bentuk terompet di bagian bawah. Gaun yang amat menawan serta berhasil menunjukkan sisi elegan tubuh Myren.      

"Ah, ini anakku, Myren. Dia sukses di bisnis ritel dan busana." Zardakh memperkenalkan Myren ke orang tua Giorge.      

Myren tersenyum hangat dan menjabat tangan Olivo serta Karin. "Semoga Anda berdua menikmati pesta ini dan... mungkin ingin berwisata mumpung kalian ada di Jepang? Saya punya kenalan tour travel terbaik di Jepang."     

"Oh, tidak perlu, cantik," sahut Karin sambil kibaskan tangan secara elegan disertai senyum. "Kami hanya sebentar saja di Jepang, hanya ingin menghadiri pernikahan anak kami."      

"Ah, begitu." Myren mengangguk sekali. "Kalau kalian butuh sesuatu untuk fasilitas atau kenyamanan di sini, jangan sungkan menghubungiku, Tuan dan Nyonya Schubert."     

"Well, sudah begitu lama tidak mendengar nama itu disebut. Schubert, maksudku." Olivo mengulum bibir.      

Karin ikut menjelaskan. "Sebenarnya nama Schubert adalah nama leluhur Olivo. Tapi ternyata Gio memakainya untuk nama dia."     

"Tenang saja, Papa, nama panjangku masih Giorge Ferruchi Schubert." Giorge turut menjelaskan agar sang ayah tidak sedih dan salah paham.      

"Bahkan margaku tidak tercantum, haha!" seloroh Karin.      

Olivo jadi tak enak hati sendiri. "Oh, my dear, bukan maksudku tidak menghargaimu."     

"Tenang saja, Olivo, aku hanya bercanda menggodamu, haha." Karin menepuk pelan dada suaminya.       

"Mami, Adek minta disuapi." Tiba-tiba Vargana muncul menggandeng adiknya, Voindra.      

"Aahh... lihat malaikat kecil ini..." Karin berseru gemas melihat Vargana dan Voindra. "Astaga, aku jadi ingin punya anak lagi!" Ia menoleh ke suaminya.      

"Oh ayolah, dear, jangan membuatku pusing. Aku sudah terlalu tua untuk meladeni bocah main kuda-kudaan. Lebih baik melakukan prosesnya saja, itu lebih menyenangkan." Olivo mengedipkan satu matanya secara genit ke istrinya.      

Karin menepuk dada sang suami. "Kau ini mau enaknya terus!"      

"Nah, kalau begitu, mari kita semua mulai bersantap," ajak Myren sambil memegangi tangan kedua putrinya.      

"Ayo, ayo, aku juga sudah sangat lapar, haha!" Olivo mengelus-elus perutnya. Karin menggamit tangan sang suami, diikuti Andrea yang bergandengan dengan Giorge. Zardakh mengekor di belakangnya.      

"Mami, aku mau puding es krim," celoteh Voindra. Ia tatap penuh harap ibunya.      

"Swetie, kau harus makan berat dulu, baru nanti Mami ambilkan es krim dan puding kesukaanmu. Hei, itu Papi!" Myren melambai ke suaminya, Ronh.      

Ronh mendekat. "Aku sudah pilihkan meja untuk kita." Ia kecup pipi sang istri. "Kau terlalu jelita malam ini, sayankku."      

"Ah, Ronh, kau menyanjungku pasti ada maunya," balas sang istri sembari dekatkan wajah ke Ronh.      

Pria itu tergelak singkat. "Bagaimana kalau nanti kita buatkan Voindra seorang adik? Siapa tau laki-laki."     

Myren menyikut sisi tubuh suaminya. "Kau pikir enak apa hamil itu, humm?"     

Ronh tergelak sambil mengambil alih tangan si bungsu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.