Devil's Fruit (21+)

Let's Get A Sweet Honeymoon



Let's Get A Sweet Honeymoon

0Fruit 488: Let's Get A Sweet Honeymoon     
0

Sesampainya di Tateyama, udara pantai sudah mulai terasa. Hangat namun segar. Andrea sudah mengganti musik di player.     

Mengalun lembut lagu Singularity milik Kim Taehyung. Jemarinya mengetuk-ngetuk pelan tepi jendela yang telah ia buka.     

"Tangannya jangan dikeluarkan, honey. Bahaya," ingat suami barunya sembari pindahkan tangan Andrea kembali masuk ke dalam dan tutup jendela menggunakan control button di sisinya.      

Seperti sudah diketahui, Giorge kini lebih protektif lagi pada Andrea. Ia bisa lebih cerewet menjaga Andrea melebihi yang diperkirakan. Terkadang, hal itu membuat kesal istrinya, namun lebih banyak menyebabkan hati Andrea menghangat.     

Wanita manapun pasti suka diperhatikan dan dilindungi.     

Saat ini, Andrea sudah akan memprotes, namun Giorge mengelus lembut pipi sang istri. "Aku tak mau terjadi apapun padamu, my love."     

Andrea bungkam kehabisan kalimat. Ia hanya bisa mendecak sembari palingkan wajah ke arah lain sembari tenangkan jantung yang berdegup tak tentu.     

Akhirnya tak butuh waktu lama bagi mobil Giorge menemukan beach house yang dimaksud ayah mertua. Benar-benar sebuah hunian kelas atas. Megah, besar, kokoh dan penuh pride. Sungguh beraroma King Zardakh.     

Giorge menggandeng tangan Andrea memasuki rumah pantai mereka. Sudah ada 2 orang di depan menyambut. Iblis penjaga seperti yang dikatakan King Zardakh.     

Keduanya dipersilahkan masuk dan diterangkan mengenai ruang-ruang yang ada di sana. Giorge menatap puas rumah besar berlantai kayu itu.     

Andrea terkagum-kagum. Matanya menjelajah sekeliling rumah. Ia memilih satu kamar menghadap laut.     

Iblis pelayan membawakan koper-koper mereka ke kamar yang dipilih. Kemudian membiarkan duo pengantin baru untuk beristirahat melepas lelah.     

Andrea mengeluarkan pakaian-pakaiannya dari koper, beserta toiletris lainnya. Giorge hanya pandangi tingkah istrinya.     

Setelah Andrea selesai, pria vampir itupun menarik istrinya ke ranjang.     

Nyonya Cambion kerutkan bibir. "Plis deh, mpret! Ini kan baru nyampe, woi!"     

Giorge tersenyum seperti biasa. "Apa Rea capek?"     

Demi menghindari 'serangan mesum' Giorge, Andrea mengiyakan. "Iyalah! Emang lu pikir gue kebo yang biasa kerja berat tanpa ngerasa capek?"     

Giorge tergelak sejenak sebelum bangkit dan menuju ke lemari kaca di ruang pribadi itu. Mengamati sejenak dan mendesah lega sambil mengambil sebuah botol dari lemari tersebut. "Ayahmu benar-benar hebat menyediakan segalanya untuk kita."     

"Maksud lo?" Andrea tak paham.     

Tuan vampir goyang-goyangkan botol di tangannya. "Minyak pijat aroma. Hehe."     

Andrea menelan ludah. Sinyal bahaya mulai berdering. "Tapi gue—"     

Terlambat. Giorge sudah kembali ke ranjang dan menggunakan kekuatan secepat kilat dia untuk melucuti pakaian istrinya dalam hitungan detik. "Tolong jangan menolak niat baik suamimu."     

Andrea sudah ditelungkupkan di kasur. Lalu Giorge mulai balurkan minyak pijat berbau lavender di atas kulit punggung Andrea.     

Nyonya Cambion musti menahan malu karena telanjang bulat di depan Giorge, meski sebenarnya mereka sudah terbiasa saling mengekspos tubuh masing-masing, tapi tetap saja dalam posisi pasif begini membuat Andrea malu.     

Namun, dalam sekejap, Andrea terhanyut nyaman dalam pijatan Giorge pada bahu dan punggungnya. "Emmhh... kayaknya lu bisa gue karyakan jadi kang pijat relaksasi kalo gue bangkrut, deh. Emmhh..." Ia pun mulai pejamkan mata sembari menikmati tekanan-tekanan lembut jari Giorge pada tubuhnya.     

Giorge terkekeh. "Khehehe... sepertinya ini sebuah pujian bahwa pijatan tanganku hebat. Iya kan, Nyonya Schubert?" Tangan tuan vampir menelusup di antara paha dalam Andrea dan naik hingga ke pangkalnya.     

"Angh!" Andrea terkesiap.     

"Tenang saja, Nyonya cantik, ini juga harus dipijat karena kau sudah duduk lama di mobil tadi, kan?" alasan Giorge.     

Andrea menahan erangannya ketika tangan Giorge kian nakal mengusap selangkangan dia dengan bantuan minyak. Sensasinya tidak main-main. Apalagi saat jari Giorge mencapai kewanitaan Andrea dan mengelus klitorisnya.     

"O-oiii... kok... mmghh..." Mau tak mau, Andrea menoleh ke belakang sembari setengah tegakkan kepala.     

Giorge memasang tampang inosens. "Cobalah untuk rileks saja, Nyonya."     

Sang Cambion bungkam dari protes begitu jemari Giorge kian liar membelai klitorisnya. Desah dan erangan lirih berusaha ditahan lolos keluar oleh bibir Andrea. Namun, itu susah. "Hanghh... dasar-- ini... jebakan—hnhh..."     

Tak kenal menyerah, Giorge menyeringai dan lebarkan paha istrinya, sehingga itu mempermudah dia mengeksploitasi kemesuman dia pada biji sensitif istrinya. Ia sudah memahami mana saja erogenus Andrea. Tangan kanan melayani klitoris sedangkan tangan kiri memijat lembut pantat Nyonya Cambion.     

Susah payah Andrea meredam erangannya. Tubuhnya pun kian menggeliat aneh merespon sentuhan tuan vampir. Harusnya ia sadar ini hanyalah jebakan sang pria. Pijat pala lu, begitu rutuk Andrea dalam hati karena mulutnya sibuk mengerang.     

Ketika Andrea nyaris menumpahkan 'jus' spesialnya, tiba-tiba Giorge membalikkan tubuh Andrea menjadi telentang. 'Astaga dragon! Ini beneran baha—angkhh!' Tak sempat menyelesaikan batinannya, ia sudah dikejutkan sentuhan Giorge pada payudara.     

Tangan berminyak lavender itu meremasi bukit montok Andrea, sedangkan tangan lainnya merasuk masuk ke vagina Nyonya Cambion.     

"Terasa enak, kan Nyonya? Aku yakin sebentar lagi kau akan merasa nyaman luar biasa," kilah Giorge seraya mengocok jarinya di dalam vagina Andrea. Pelan. Belum ingin terburu-buru.     

"Nyaman pala lu—anghh! Gio—anghh!" Andrea mencengkeram pergelangan tangan Giorge yang sedang mengocok liang istimewanya.     

"Sstt... nanti juga pasti nyaman, kok. Aku jamin. Dan kau akan lebih lelap tidur," alasan tuan vampir sembari percepat kocokannya.     

Andrea bernapas pendek-pendek dengan tubuh berselimut minyak dan peluh. Geliat tubuhnya kian tak karuan. Pantat juga tak disadari sudah naik-turun. Mata terpejam. Bahkan ketika ia menjerit tertahan ketika mendapatkan orgasmenya, ia masih harus tersentak kaget saat lidah Giorge menggantikan tangan mesum suaminya. "Hanghh... Gio! Gio!"     

Tuan vampir tidak menyahut. Ia tetap fokus meliukkan lidahnya di area spesial Andrea sambil bentangkan dua paha istrinya agar lebih memudahkan pergerakan dia.     

"Gio! Hangh! Giooo..." Andrea bergerak gelisah. Saat ia masih dalam tahap antiklimaks akibat orgasme barusan, ia harus menerima siksaan berahi lagi. Itu sungguh membuat rasa luar biasa geli dan aneh.     

Terlebih kuluman dan hisapan mulut Giorge pada klitorisnya begitu mendera Andrea, menyebabkan sang Nyonya Cambion meremas seprei di bawahnya selagi dia 'disiksa' sang suami.     

"Gio! Gio!" Andrea tau bahwa sebentar lagi ia akan kembali menyemburkan cairan beningnya. "Gio—anghh! Hangh! Agh! Argh! Gi—AARGHH! KAMPREEETTT!" Andrea menyerah dan lepaskan jus cintanya ke arah mulut suaminya.     

Nyonya Cambion terengah-engah diiringi pandangan sayu menatap suaminya yang telanjang. Eh? Kapan pria itu telanjang?     

Andrea terkejut, tapi ia tak bisa berlama-lama bingung, karena menit berikutnya tanpa menunggu Andrea menyelesaikan antiklimaksnya, Giorge sudah mendesakkan penisnya ke vagina.     

"A—aarghh!" Andrea cengkeram kedua lengan Giorge.      

"Ermghh... aghh... enak sekali jika milikku sudah dipeluk liang hangatmu begini, my love." Giorge tersenyum lembut menatap istrinya.     

"G-gak usah ngomong mesum, prett!" Andrea mendelik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.