Devil's Fruit (21+)

Poor King Zardakh



Poor King Zardakh

0Fruit 599: Poor King Zardakh     
0

Setelah berlari 20 kilometer terlaksana, para anggota Tim Blanche saling ambruk kelelahan di lempengan kayu yang disediakan mereka di depan benteng.      

Revka bukannya ambruk ke lempengan kayu tebal untuk melepas lelah, dia malah menerjang ke tumpukan salju. "Haahhh! Haaahh! Enaknya... dingin... haahh! Sejuk! Haahh!"      

Pangeran Djanh yang sudah tiba lebih dahulu sebelum istrinya, segera mengangkat sang istri memakai tenaga magisnya dan menarik tubuh Revka ke gendongannya.      

Revka berontak karena kesal. Dia kembali dibalap sang suami menjelang akhir kilometer. "Lepasin! Gak usah gendong aku! Aku benci kamu! Benci!!! Dasar iblis laknat! Benciii!"      

Pangeran Djanh tetap mempertahankan tubuh istrinya di gendongan ala bridal. Ia justru tertawa ringan. "Ha ha ha... kitty honey, benci padaku nanti malam saja, yah! Jangan sekarang... ha ha ha... kau lebih manis jika membenciku di malam hari."     

"Iblis gila! Iblis geblek! Mati saja sana!" Revka pun menguraikan banyak bahasa puitis khusus untuk sang suami.      

Yang lain hanya bisa tersenyum canggung mendengar celotehan pasangan ajaib tersebut.      

Usai waktu rehat yang diberikan Myren jika tengah hari, kini tugas latihan bagi anggota Tim Blanche adalah membuang tumpukan salju yang menutupi jalan di sekitar benteng menggunakan sekop pasir.      

Salju yang telah diambil menggunakam sekop pasir, akan ditaruh di kantung besar yang nantinya akan ditarik oleh ketiga Beast yang belum berevolusi (Sabrina, Noir, dan Gazum) ke area lain untuk dibuang di sana.      

"Ayo, gunakan kekuatan lengan kalian untuk menyendok salju-salju itu agar pelataran sekitar benteng bisa bersih! Sendok semua salju itu dan taruh di kantung besar agar nanti dibawa pergi oleh Sabrina, Noir, dan Gazum!"      

Anggota Tim Blanche pun mulai menggenggam erat sekop pasir masing-masing.      

"Voindra dan Gavin, apa kalian mengalami kesulitan dengan sekop pasir kalian?" Myren melihat ke arah dua bocah seumuran itu. Sekop pasir di tangan mereka memang terlihat menyusahkan bagi bocah di usia itu.      

Voindra dan Gavin saling pandang. Wajah mereka antara bingung dan takut.      

Myren bisa menangkap gelagat itu dan menggunakan daya magisnya, ia pun mengubah ukuran sekop pasir untuk dua bocah 7 tahun agar lebih kecil dari milik yang lain. Untuk Vargana, Myren percaya sulungnya tidak akan mengalami kesulitan.      

Wajah bingung Voindra dan Gavin berangsur-angsur lenyap, berganti dengan senyum lebar menandakan kelegaan mereka karena kini ukuran sekop pasir untuk mereka sesuai dengan tubuh mereka.      

Anggota Tim Blanche kini sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh Myren. Mereka tau bahwa menyekop tumpukan salju bertujuan untuk memperkuat otot lengan mereka dan juga mengokohkan organ-organ tengah mereka seperti pinggang, pinggul dan panggul.      

Karena mereka percaya bahwa setiap latihan yang diberikan oleh Myren, pasti memiliki tujuan yang pasti nantinya. Dan itu tentu baik untuk anggota Tim Blanche.      

Di malam hari, seperti biasa, Myren membagikan inti kristal dan buah energi roh kepada semua tim tanpa terkecuali. Dan juga ada pembagian hadiah bagi yang melaksanakan perlombaan dalam latihan.      

Semua tim serdadu iblis puas dengan pelatihan ini. Selain mereka menjadi lebih kuat, mereka juga bisa rutin menikmati inti kristal yang berharga dan buah energi roh yang melenyapkan kelelahan mereka hari itu.      

"Mom, apakah Mommy sudah memperpanjang cuti sekolahku?" tanya Jovano saat anggota Tim Blanche sedang makan malam di ruang makan kastil.      

"Kata Opa kamu, dia sudah memberikan hipnotis massal ke sekolahmu untuk menyegel ingatan mereka tentang kamu dan Ivy, dan akan membuka segel itu kalau kalian sudah kembali." Andrea menjawab sambil mengaduk sop dagingnya.      

"Waahh... Opa mau susah payah begitu?" Jovano melebarkan dua matanya karena takjub. "Setauku hipnotis massal itu sangat menyusahkan dan melelahkan!"      

"Biarin aja Opa-mu ngelakuin itu. Gak usah cemasin dia. Anggep aja itu kerjaan untuk dia daripada bengong nganggur kelayapan sana sini doang." Andrea gerak-gerakkan sendoknya di udara sambil mengunyah.      

"Duh, sedihnya dikata begitu oleh anak sendiri..." Tiba-tiba saja muncul King Zardakh di dekat Jovano.      

"Opa!" seru Jovano dengan wajah gembira.      

"Nah, liat kan? Dia nganggur ampe kelayapan sana sini. Terbukti kan omongan Mama ini?" Andrea tatap malas ke ayahnya.      

Jovano tidak menggubris sindiran ibunya lagi dan mengajak kakeknya duduk di sebelah dia. "Opa, apa benar Opa sudah melakukan hipnotis massal ke sekolahan aku?"      

King Zardakh duduk di sebelah cucu kebanggaan dia sambil mendesah. "Yaahh... namanya seorang kakek yang sayang dan perduli dengan cucu, tentu saja Opa rela lakukan itu walau... urffhh... capek sekali..."      

"Opa capek? Sini Jo pijitin!" Jovano segera bangkit dari duduknya dan mulai memijit bahu sang kakek.      

"Beh, stop memanfaatkan kebaikan dan keluguan anak gue, deh..." ketus Andrea sebelum menyesap jus sayur dia.      

"Ha ha ha... sepertinya ada yang iri karena tidak pernah mendapat pijitan sayang dari Jovano." King Zardakh membalas dengan telak.      

Andrea tegakkan punggung sambil gertakkan geraham. "Sori, yah! Gue ini kagak lemah en kagak ampe butuh pijitan segala! Lagian, kalo gue butuh dipijit, gue tinggal ke tukang pijit daripada mengeskploitasi anak sendiri!"      

Namun, sang raja hanya terkekeh saja mendengar putrinya mencak-mencak. "Dante, Gio, kenapa kalian tidak pernah memijit putriku itu? Lihat, dia memberikan kode keras untuk kalian..."      

"A-ahh! Iya, Ayah Mertua! Nanti pasti akan aku pijit!"      

"Tentu! Nanti pasti aku pijit Rea, Ayah!"     

Pria Nephilim dan Vampir itu serempak menjawab, mengakibatkan King Zardakh makin keras tertawa.      

"Oh ya, sebelum aku pulang... aku ingin berikan ini ke kalian." King Zardakh melayangkan beberapa gelang berukuran cukup besar di udara setelah diambil dari cincin ruangnya.      

"Apa itu, Opa?" tanya Voindra, ikut memanggil Opa ke kakeknya.      

King Zardakh berjalan ke Voindra dan memasangkan sepasang gelang tadi ke dua pergelangan tangan cucunya yang manis. "Ini gelang perisai. Kalau kalian menuangkan energi batin kalian dengan sungguh-sungguh, maka akan muncul sebuah perisai dari kristal yang bisa dikatakan kokoh." Ia tersenyum pada sang cucu. "Cobalah. Awas, jangan berdekatan."     

Voindra pun beranjak dari duduknya dan menekuk kedua lengannya sambil berkonsentrasi mengeluarkan energi batin dia.      

Weengg!     

Tiba-tiba saja muncul perisai kristal besar berwarna hijau. Perisai kristal itu berdiameter delapan puluh sentimeter. Cukup besar.      

"Kalau kau hanya gunakan satu tangan untuk memunculkan perisai itu, maka perisai hanya muncul dengan diameter empat puluh sentimeter saja." King Zardakh menjelaskan sekelumit.      

Voindra lagi-lagi mencoba dan menekuk satu lengan saja untuk membuktikan ucapan kakeknya. Ternyata benar, dengan satu tangan saja, maka perisai kristal lebih kecil daripada ketika menggunakan kedua tangan bersamaan.      

"Wuaahh! Ini keren, Opa! Aku suka! Terima kasih, Opa!" Voindra berteriak girang.      

Maka, yang lain pun segera mengambil gelang perisai masing-masing, kecuali Andrea karena dia sudah punya.      

"Nak, kau ingin satu lagi di tangan yang lain?" tawar King Zardakh pada Andrea.      

"Kagak usah, Beh. Ini aja udah cukup buat gue." Andrea ternyata menolak. Dia merasa alat-alat magis dari ayahnya sudah sangat banyak dan semuanya sangat berguna. Maka, dia tidak memerlukan alat magis lagi.      

"Tumben kau sebaik ini," ucap Myren.      

"Terima kasih atas pujianmu, putriku sayank. Yah, ini karena kau tidak terlalu mau melihat kedalaman hati Ayah yang sangat menyayangi kalian semua." King Zardakh bersikap seolah-olah dia orang suci yang penuh kebajikan.      

"Jangan membuatku muntah," ketus Myren. "Sana, pulang. Dan kembalilah jika kau sudah punya banyak barang bagus untuk kami!"      

Poor King Zardakh....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.