Devil's Fruit (21+)

Ketangguhan Gavin



Ketangguhan Gavin

0Fruit 615: Ketangguhan Gavin     
0

Setelah Shona menyembuhkan Voindra, dia dikembalikan oleh Kenzo ke tempat terakhir dia memanjat dan bisa meneruskan kembali dari sana.      

Kemudian, Kenzo kembali ke bawah. Di sana masih ada dua bocah, Gavin dan Voindra, dan juga Panglima Ronh.      

"Ayo, Gavin, Papa akan mengembalikan kamu ke titik terakhir panjatanmu tadi. Aku dan Panglima Ronh sepakat mengenai itu." Kenzo menyediakan punggungnya untuk sang putra.      

Namun, ternyata Gavin menggeleng. "Aku nggak mungkin meninggalkan Voi memanjat ulang, Pa! Aku akan menyertai Voi saja dari sini lagi!"      

Kenzo dan Ronh saling bertatapan, bingung.      

"Gav, jangan gitu!" seru Voindra. "Kamu harus kembali ke titik panjatan kamu tadi! Ini aku yang salah sampai jatuh, maka aku harus bertanggung jawab dan manjat lagi! Jangan bodoh, Gav! Sana kembali ke titik terkahirmu!"      

Gavin menggeleng tegas. "Aku nggak akan biarkan kamu mengulang sendirian! Ayo, kita sama-sama!" Dia ulurkan satu tangannya ke Voindra yang masih terduduk lemas.      

Voindra menundukkan kepalanya. Meski lukanya sudah disembuhkan oleh Shona, tapi tenaganya sudah bisa dikatakan menipis karena lelah. Ia memandangi dua tangannya yang masih gemetaran. Apalagi kakinya juga lelah.      

Meski begitu, Voindra tidak mau memberi beban ke Gavin. Bocah lelaki itu sungguh berani untuk menjatuhkan diri demi memeriksa luka Voindra dan bahkan membujuk kedua panglima untuk memanggil Shona demi dia.      

Tidak, Voindra tidak mau merepotkan Gavin terlalu banyak. Ia pun menggeleng. "Aku akan meman-"     

"Tanganmu gemetar, Voi! Iya, kan? Tanganmu gemetar!" Gavin memeriksa kedua tangan Voindra yang memang gemetaran.      

Voindra tercekat. Kenapa Gavin sampai tau? Bocah lelaki itu ternyata bermata awas.      

Ronh dan Kenzo memeriksa tangan Voindra juga dan mereka saling bertatapan lagi. "Seperti yang dikata oleh Gavin."      

Voindra memaksakan diri tersenyum, "Aku... aku pasti bisa manjat lagi, kok! Tenang aja..."      

Gavin pun berjongkok di depan Voindra dan menyediakan punggungnya. "Ayo, aku akan gendong kamu sampai ke atas sana."      

Voindra dan kedua panglima melongo seketika saat Gavin berujar ingin menggendong Voindra.      

"Ga-Gavin!" Voindra sampai memekik kecil. "Jangan ngawur! Menggendongku? Aku hanya akan jadi beban buat kamu!"      

"Jangan meremehkan tubuh dan usia aku, Voi. Aku ini kuat, loh! Kau harus tau itu. Aku tidak akan kalah kuat dari Kak Jo dan Kak Zevo. Percaya, deh!" Gavin menoleh ke belakang dan tersenyum pada Voindra. "Ayo, buruan naik ke punggungku, kita akan memanjat bersama. Apa gunanya kau memaksakan diri memanjat jika tanganmu gemetaran begitu? Yang ada, kau akan jatuh dan jatuh lagi dan kau akan lebih kesulitan sampai di puncak tebing."      

Voindra terdiam. Dua panglima juga terdiam. Mereka sama-sama merenungkan ucapan Gavin dan itu memang tepat. Jika Voindra terus memaksakan tangannya untuk memanjat, dia akan jatuh lagi dan mengulang lagi. Sampai kapan bocah perempuan itu akan terus mengulang?      

"Sepertinya itu bukan ide yang buruk." Panglima Kenz memecah keheningan.      

"Panglima Kenz!" Panglima Ronh berseru, tidak menyangka itu keluar dari mulut rekannya. "Tapi ini akan..."      

"Ayolah, kita sadar ucapan Gavin ada benarnya." Panglima Kenz terkekeh. Kemudian dia menoleh ke putranya. "Gav, kau yakin kau sanggup menggendong Voindra sampai atas?"      

"Umh!" Gavin mengangguk tegas. "Papa harus percaya padaku. Aku ini sekuat Kak Jo, Pa! Papa harus percaya pada anak Papa ini!" Ia menepuk dadanya penuh percaya diri.      

"Ha ha ha... baiklah, baiklah, Papa akan mencoba untuk percaya pada kamu, Nak!" Panglima Kenz menepuk bahu Gavin. "Nah, Voi, kau bisa naik ke punggung Gavin. Usahakan berpegangan erat padanya, yah!"      

"Om Kenz..." Voindra sampai linglung.      

"Voi, ayo ke punggung aku!" seru Gavin sambil sodorkan punggungnya lagi. "Atau kau tidak percaya aku sekuat Kak Jo?"      

Voindra lekas goyangkan dua tangannya tanda tidak. "Enggak, Gav! Aku bukannya nggak percaya kamu! Jangan salah paham, yah! Aku... aku hanya tambah nggak enak karena ngerepotin kamu terus, Gav."      

"He he... kalau begitu, agar aku enggak salah paham, sini ke punggungku dan kita buktikan omongan aku!" Gavin masih dengan posisi di depan Voindra sambil sodorkan punggung.      

Voindra ragu-ragu. Ia pandangi Kenzo dan ayahnya. Mereka berdua sama-sama mengangguk. Maka, ia pun bergerak menempelkan tubuhnya ke punggung Gavin dan melingkarkan dua lengan di leher Gavin serta belitkan dua kaki ke pinggang putra Panglima Kenz.      

Lalu, Gavin mulai memanjat tebing lagi dengan Voindra berada di punggungnya. Orang-orang yang menyaksikan dari tadi hanya bisa berseru takjub ke Gavin. Mereka tidak menyangka bocah cilik berumur 7 tahun itu sanggup membawa yang seumuran dengannya memanjat tebing terjal begini.      

Dari bawah, Panglima Kenz dan Panglima Ronh sama-sama tersenyum.      

"Melihat sikap kasih sayang putramu pada yang lemah, aku sempat mengira dia malaikat, Kenz. Ha ha... dia begitu baik dan penuh kasih." Panglima Ronh terus menatap ke putrinya yang sedang digendong Gavin. Dia harus terus mengawasi keduanya andai Gavin lelah dan jatuh.      

"Ha ha ha... aku juga heran kenapa dia begitu. Mungkin darah kasih sayang ibunya mengalir lebih banyak ke dia. Ha ha ha... aku pun bangga memiliki putra yang begitu perhatian pada sesama di sekitarnya. Ini sungguh tidak mirip Iblis, kan? Ha ha ha!" Panglima Kenz tertawa sekaligus menatap bangga putranya yang sedang berjuang memanjat ulang bersama Voindra di gendongannya.      

"Aku meminta maaf atas kelemahan putriku yang berkali-kali merepotkan putramu, Kenz." Panglima Ronh sampai berkata demikian. Dia sadar putri bungsunya memang terlalu lemah dibandingkan sang kakak, dan sering ditolong Gavin.      

"Ahh, kau tidak perlu menyebutkan itu, Ronh. Aku pikir ini juga bagus untuk anakku agar dia bisa mempunyai sikap heroik dan melindungi. Dengan begitu, dia pasti akan menempa dirinya lebih banyak lagi seperti Pangeran Muda Jovano." Panglima Kenz berujar masih dengan senyum bangga ke anaknya.      

Sementara itu, Myren sudah memanjat bersama Sabrina, Noir dan Gazum di bagian tebing lainnya. Ia diberitau oleh sang suami mengenai insiden Voindra melalui transmisi suara.      

Jenderal wanita itu tersenyum dan terus melanjutkan panjatannya. "Ayo, kalian tidak boleh kalah dariku!" Kini, dia menampilkan wujud aslinya, yaitu seekor Centaur.      

Centaur adalah makhluk setengah kuda dan setengah manusia. Kepala hingga leher kuda mereka digantikan oleh kepala, leher, dada dan lengan manusia, dan selebihnya adalah fisik kuda.      

Biasanya Centaur adalah makhluk yang sangat buas dan jahat serta licik. Hanya ada segelintir saja yang tidak seperti karakter aslinya. Myren salah satu dari segelintir itu.      

Darah para Centaur banyak diburu oleh Iblis pendamba kekuatan karena Centaur memang makhluk yang sangat kuat secara fisik. Ketangguhan mereka diakui oleh ras Iblis.      

Masa kecil Myren sering dijadikan buruan oleh banyak Iblis, termasuk juga saudara-saudara tirinya. Tapi seiring tumbuhnya kekuatan Myren, dia akhirnya tidak lagi merasa takut diburu karena dia selalu bisa membantai siapapun yang memburunya.      

Sejak itu, dia disegani dan diperlakukan semestinya sebagai keturunan dari King Zardakh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.