Devil's Fruit (21+)

Jovano Mulai Belajar Menempa



Jovano Mulai Belajar Menempa

0Fruit 644: Jovano Mulai Belajar Menempa     
0

Tak berapa lama, usai Andrea menghubungi ayahnya, King Zardakh tiba di Alam Cosmo lagi dan menemui cucu kebanggaannya di Pondok Alkimia. Ia menatap belati tulang yang baru saja dibentuk oleh sang cucu.      

"Hebat! Aha ha ha! Cucuku ini memang hebat!" Ia tertawa puas sambil mengelus jenggot imajiner dia. Andrea hanya bisa putar bola mata melihat kelakuan absurd sang ayah.      

"Buruan kasi dia palu tempa, Beh! Jangan cuma hebat-hebat doang." Andrea mengingatkan.      

King Zardakh pun hentikan tawanya dan mulai bicara serius. "Dia tidak hanya butuh palu tempa, dia juga butuh besi khusus untuk membuat senjata. Tulang beast saja tidak cukup. Nanti aku akan carikan bahan-bahan untuk membuat senjata. Nah, Jo, senjata apa yang ingin kau buat nanti?"     

"Pedang!" jawab Jovano cepat. "Aku ingin membuat pedang untuk diriku sendiri."      

Sang raja Incubus pun mengangguk-angguk, ia sudah bisa menebak senjata kesukaan dari sang cucu lelaki kebangaannya.      

"Besok Opa usahakan akan datang ke sini dan memberikan semua yang kau butuhkan." Sesudah mengatakan itu, King Zardakh pun menghilang, kembali ke alamnya. Entah yang mana.      

"Tsk! Ngapain sih dia buru-buru gitu?" decih Andrea melihat ayahnya sudah pergi dalam waktu singkat. "Jangan-jangan lagi ngerayu cewek. Hmph! Hmph! Awas aja kalo ngasih gue ibu tiri. Hmph!"      

"Ha ha ha... Mom, biarkan saja Opa berpetualang mencarikan aku Oma baru. Asalkan dia sayang ke kita, tidak masalah, ya kan?" Jovano tertawa santai.      

Andrea mengerling kesal. "Ya kalo sayang, kalo kagak?"     

"Kita ledakkan saja kalo nggak sayang ke kita, pfftt!" Jovano malah berucap nakal. Ibunya sampai tertawa lepas dan menyetujui pemikiran konyol putranya.      

Akhirnya mereka berdua kembali ke pondok hunian. Andrea menyuruh putranya untuk mandi air hangat dulu sebelum tidur. Jovano mengiyakan saja daripada sang ibu mengomel jika dibantah.      

Esok harinya, Jovano makin giat melumerkan banyak tulang yang dia bentuk menjadi bermacam-macam pedang. Kuro yang ikut ke Pondok Alkimia hanya bisa terpana.      

"Wuaahh! Jo hebat sekali!" Kuro mengambil pedang dari tulang yang baru saja dibuat Jovano. Pedang itu sepanjang 1 meter dengan lebar bilah 20 cm. "Ini keren sekali! Jo, kau ini sama hebatnya dengan Mama!" puji Kuro sambil memainkan pedang tulang di tangannya.      

Tiba-tiba, Jovano terpikir akan sesuatu hal. Ia pun lekas membuat beberapa pedang dari tulang lainnya. Ini ia anggap sebagai pembunuh waktu sembari dia menunggu sang kakek datang untuk membawakan palu tempa dan beberapa bahan lainnya.      

Tidak terasa, siang ini Jovano sudah menyelesaikan pembuatan 10 buah pedang tulang yang bentuknya sama seperti yang dipegang Kuro tadi.      

"Untuk apa, Jo, kau membuat sebanyak itu?" tanya Zevo ketika menyaksikan sahabatnya selesai membuat pedang yang terakhir.      

"Ini semua bisa kita gunakan untuk berlatih. Bagaimana menurutmu?" Jovano menjelaskan singkat tujuan dia membuat banyak pedang seharian itu.      

"Wah! Bukan ide buruk, Jo! Ini keren! Ayo kita coba!" ajak Zevo.      

Maka, para bocah dipanggil dan dibagikan pedang untuk mereka satu demi satu. Putra sulung Rogard, Kevon, juga ingin punya pedang seperti yang dipegang para bocah untuk berlatih.      

"Kev, ini terlalu besar untukmu. Nanti Kak Jo buatkan yang lebih kecil, oke? Nah, untuk sementara, Kak Jo beri ini dulu, yah!" Jovano menenangkan Kevon dengan memberi belati tulang yang semalam dia buat.      

Kevon yang hampir menangis, karuan saja matanya berbinar dan menerima belati tulang dari tangan Jovano. Dia berlari sambil ayunkan belati tulang tersebut, lalu memamerkannya ke sang ayah dan ibunya sampai si adik, Alyn, iri dan menangis.      

Jovano lekas mendekat ke Alyn sambil berjanji akan buatkan Alyn pedang mini yang cantik nantinya. Mendengar itu, Alyn pun hentikan tangisnya dan kembali bermain dengan anak Sabrina.      

Kyuna dan Rogard menghela napas lega. Mereka mengucapkan terima kasih ke putra sulung Nyonya mereka.      

Jovano mengangguk dan berlari ke kerumunan para bocah untuk berlatih dengan mereka menggunakan pedang buatannya.      

Kevon yang mendekat, lekas ditangkap ayahnya agar tidak menganggu dan itu bisa berbahaya juga untuk si kecil. Rogard membujuk putranya dengan bermain menjauh dari kerumanan para bocah tadi.      

"Liat tuh, anakmu dah pinter aja bikin begituan." Andrea berdiri dengan tangan terlipat di depan dada dengan Dante di sisinya.      

"Dia juga pintar memimpin. Sepertinya jiwa leadership dia sudah muncul," sambung Dante.      

Andrea mengiyakan ucapan suami pertamanya. "Aku lega dan bersyukur tidak jadi menggugurkan dia dulunya."      

Tuan Nephilim menoleh ke istrinya sambil merangkul bahu Andrea. "Jangan lagi berpikiran sekonyol itu, oke? Kau dulu sampai menakuti aku hingga ke tulang saat kau mengucapkan ingin membunuh anak di perutmu."      

Andrea menampar perut sang suami. "Abisnya! Siapa suruh kamu seenaknya maksain diri ke aku?!"      

"Iya, maaf sayank... itu juga karena aku tiba-tiba terpengaruh bau kamu... itu susah ditolak, waktu itu." Dante mengusap perut yang dipukul ringan Andrea.      

"Tsk! Cowok emang paling pinter kalo nyari alasan." Andrea kembalikan tatapan ke depan, memandang ke arah bocah-bocah yang sedang berlatih pedang.      

.     

.     

Sore harinya, King Zardakh muncul di Alam Cosmo. Ia menyerahkan sebuah cincin ruang kepada Jovano di Pondok Alkimia. Andrea, Dante dan Giorge berdiri di samping, menonton.      

Cincin ruang ini seperti kantong wadah bagi manusia. Seperti tas kresek di dunia manusia, cincin ruang pun memiliki berbagai macam ukuran dan kualitas.      

Jovano mengeluarkan berbagai macam barang dari cincin ruang yang diberikan sang kakek. Ada palu tempa dua jenis, kecil dan besar. Bahannya terlihat kokoh dan bentuknya mengesankan. Berwarna emas dan perak.      

Kemudian, ada juga beberapa jenis besi. Tapi, itu bukanlah besi biasa, melainkan besi titanium kualitas tinggi, baja damaskus, dan besi Underworld yang mirip dengan Baja Permata di dunia manusia yang biasa digunakan untuk membuat pedang para samurai yang berkualitas tinggi.      

King Zardakh menjelaskan masing-masing karakteristik dari 3 macam besi itu. Jovano mendengarkan dengan baik dan dalam hatinya sudah mulai merencanakan cara menempanya.      

Selain palu tempa dan beberapa besi, King Zardakh juga memberikan tungku tempa untuk tempat Jovano menempa senjata nantinya.      

Malam itu juga, Jovano mencoba salah satu bahan untuk dia tempa.      

Pertama-tama, dia melebur dulu besi yang dia pilih. Andrea menyarankan Baja Damaskus yang paling mudah. Ini atas saran dari ayahnya juga. Dari yang paling mudah adalah Baja Damaskus, lalu yang tengah adalah Baja Permata dan yang paling susah yaitu Besi Titanium.      

"Coba kamu lumerkan dulu tulang beast, Jo. Itu bisa untuk bahan campuran nantinya." Andrea menyarankan demikian.      

Jovano mengangguk dan melumerkan tulang beast terlebih dahulu sebelum mengambil besi. Setelah tulang beast selesai dilumerkan dengan tingkah kelumeran yang tepat, itu diletakkan dulu di tungku tempa sambil tetap berada di dalam api yang Jovano selimutkan ke tulang tersebut.      

Kemudian kini Jovano akan memulai melumerkan Baja Damaskus menggunakan api baru. Sepotong baja damaskus itu dia putar di dalam api di tangan kirinya menggunakan energi telekinesis. Baja berputar-putar sambil Jovano terus mengontrol apinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.