Devil's Fruit (21+)

Pencerahan Dari Jovano



Pencerahan Dari Jovano

0Fruit 661: Pencerahan Dari Jovano     
0

Setelah Myren berpikir akan ucapan adiknya, dia jadi tercerahkan. Kalau direnungkan baik-baik, memang masuk akal apa yang dikatakan sang adik.      

Alam Schnee yang biasanya tidak ada badai salju, kini berhari-hari digempur badai. Dan jika mengenal karakter empunya alam ini, tidak menutup kemungkinan badai salju ini hanya setingan.      

Astaga, sampai badai saja bisa mendapat setingan! Bukan hanya kisah artis saja, yah!     

Myren dan Andrea sama-sama geram. Tega-teganya sang ayah menghalangi kinerja mereka.      

"Katanya kita harus giat latihan!" sungut Andrea dengan nada ketus. "Tapi liat, deh! Berhari-hari dikasi badai salju mulu! Apaan, cobak?!" kesalnya.     

Myren tidak kalah kesal. "Bapak gila itu sepertinya butuh direparasi otaknya agak berpikir sedikit. Hmph! Hmph!"     

Jovano yang tak sengaja mendengar, mendekat. "Kalian, ada apa? Mom? Aunty? Sedang kesal?"     

Andrea menoleh ke anaknya. ���Tentu saja! Gimana enggak kesal kalo simbah kamu itu bisa-bisanya ngasih badai salju berhari-hari gak kira-kira gini!"      

"Opa?" tanya Jovano sambil angkat kedua alisnya.      

Andrea dan Myren mengangguk bersamaan.      

"Ini jelas kerjaan simbahmu, Jo! Simbah somplak yang butuh digaplok sesekali! Grrhh…" Andrea masih kesal.      

Tapi, Jovano justru kerutkan kening sambil menampilkan wajah berpikir. "Umm… begitu, yah? Badai ini disinyalir ulah Opa, yah?"     

"Kalau bukan dia, siapa lagi yang kelakuannya absurd? Sudah tau kita butuh berlatih, tapi malah dikasi begini selama berhari-hari ini!" Myren menyuarakan kegeraman dia.      

"Jo, gih panggil simbahmu sana! Biar dia muncul, biar Mama getok dia!" Andrea mengacungkan kepalan tangannya.      

"Sebentar, sebentar, Mom… Aunty… sabar…" Jovano mencoba tenangkan kedua emak-emak yang sedang emosi ini.      

"Sabar gimana, Jo? Kita jadi terus tertunda jadwal latihannya, ya kan?"     

"Mom… kita di sini untuk berlatih, iya kan?"     

"Iya lah! Bukan untuk tamasya! Apalagi untuk nonton badai salju doang!"     

"Kenapa kita berlatih di sini?" Jovano bertanya ke dua emak-emak tadi.      

Myren menjawab, "Tentu saja agar kita bisa terbiasa dengan cuaca ekstrim di Kutub Selatan. Ya, kan?"      

"Jadi, apa salahnya jika ada badai salju?"      

Ucapan Jovano yang dibarengi senyum penuh arti membuat dua emak terdiam. Kedua panglima juga sama terdiam.      

Namun, tiba-tiba Kenzo berseru, "Astaga! Ternyata begitu!"      

"Begitu gimana, Ken?" tanya Andrea ingin tau.      

"Untunglah kalau Uncle Ken paham, he he…" Jovano meringis.      

"Bisa dijelaskan ke kami, Jo?" pinta Myren.      

"Karena kita ada di sini untuk terbiasa dengan kondisi di benua Antartika alias Kutub Selatan, maka namanya badai salju juga pasti ada di sana, benar? Nah, daripada berkeluh kesah di saat badai begini, kenapa kita tidak mencari solusi untuk menembusnya sehingga latihan tetap berjalan?" Jovano terpaksa menjabarkan setengahnya.      

"Jadi…" Andrea terdiam sambil kerutkan kening.      

"Putri, Baginda Zardakh sengaja memberi kita tantangan badai salju untuk menyamakan keadaan di Kutub Selatan nantinya. Jika badai begini saja kita tidak berdaya, bagaimana kita akan berperang di Kutub Selatan jika di sana terjadi badai?" Kenzo terpaksa menjelaskan sebagian lainnya dari pemikiran Jovano.      

Jovano langsung melakukan toss dengan Panglima Kenz.      

"Astaga…"     

"Ya ampun…"     

"Bajindul dah!" Yang ini jelas dari Andrea.      

Myren dan Andrea akhirnya paham maksud dari perkataan Jovano. Mereka mulai tercerahkan saat ini.      

Swuusshh~     

Tiba-tiba muncul sosok yang mereka harapkan dari tadi. King Zardakh.      

"Kau!"     

"Beh!"     

Myren dan Andrea segera berteriak begitu ayah mereka muncul di antara mereka.      

"Fu fu fu … Apa kalian tidak malu kalah tajam berpikir dari bocah seperti Jovano?" ledek King Zardakh.      

"Kamu!" Myren sudah hampir angkat kepalan tangannya, namun sang ayah malah bersembunyi di belakang tubuh Jovano.      

"Hei, hei… ini kenyataan, kan? Kalian sibuk mengeluh tanpa melihat esensi dari masalah yang muncul. Sedangkan Jovano mampu melihat dari sisi lain." King Zardakh berdalih.      

"Beh! Gak usah ngumpet di belakang bocah! Malu-maluin, oi!" Wajah Andrea sudah menghitam karena kesal. Agak menurunkan harga diri juga karena kalah bijak dari sang putra.      

"He he he… ternyata kalian kalah berpikir dari Jo. Kalian kurang pantas menjadi ahli warisku."     

"Memangnya siapa yang ingin jadi ahli warismu!" Andrea dan Myren berteriak bersamaan.      

King Zardakh terkekeh. Lalu dia menatap cucunya, "Jo, sepertinya tampuk kekuasaan harus berlanjut padamu. Kau siap?"      

Jovano terkekeh kecil. "Opa, jangan goda mereka terus, kenapa? Kau ini ingin sekali dipukul mereka, yah?"     

Sang kakek tersenyum nakal. "Oke, kalian pikirkan solusi untuk masalah kalian, bye!" Dan si raja itu pun menghilang tanpa bekas.      

Andrea dan Myren mengutuk ayah mereka dalam hati.      

Karena sekarang mereka sudah mengetahui alasan adanya badai salju berhari-hari, yang harus mereka lakukan sekarang memang mencari solusi ketimbang terus berkeluh kesah.      

"Coba aku teleportasi. Jika bisa, maka ini solusi untuk kita." Myren maju mendekat ke tepi kastil dan mencoba berteleportasi ke tempat lain di luar.      

Namun, ia sudah mencoba beberapa kali bahkan konsentrasi penuh, dia tetap tidak bisa melakukan hal paling mudah yang biasanya dilakukan para Iblis.      

"Kak?"     

Myren menoleh ke adiknya sambil menggeleng. "Nggak bisa, Ndre."     

"Ehh? Gak bisa?" Dan sekarang Andrea yang ingin mencobanya sendiri. Ia pejamkan mata dan berkonsentrasi.      

Sayangnya, tidak ada perubahan yang terjadi pada diri sang Cambion. Dia masih tetap ada di kastil, di tempatnya berdiri semula.      

"Gimana? Nggak bisa, yah Ndre?"     

Andrea gantian menggeleng ke sang kakak perempuannya. "Kok kemampuan dasar kita gak mempan sekarang yah Kak? Jangan-jangan…"     

"Jangan-jangan ini adalah salah satu kondisi yang akan kita hadapi di Kutub Selatan sana, Mom, Aunty…" Jovano menyela.      

Myren dan yang di situ melongo menatap ke Jovano. "Begitu kah?"     

"Yah, siapa tau, ya kan Aunty?" Jovano angkat kedua pundaknya. "Kita semua belum mengetahui medan di Kutub Selatan. Di sana adalah markas dari kerajaan Vampir, tentu saja di sana tidak mungkin mudah ditembus siapa saja selain mereka sendiri, bahkan para Iblis."      

Andrea melengkungkan bibirnya ke bawah sambil berpikir. "Ucapan kamu masuk akal, sih Jo… hmm…"      

"Jadi, sekarang kita harus mencari solusi menembus badai salju seperti ini sekaligus bertahan tanpa menggunakan kekuatan teleportasi?" Panglima Ronh juga memikirkan ini.      

"Sepertinya begitu, Uncle Ronh." Jovano mengangguk. "Kalau memang di Kutub Selatan ternyata ada hal yang membuat para Iblis menjadi lemah, maka akan menjadi pukulan telak untuk penyerangan kita nantinya."      

"Hmm… oke, berarti sekarang kita harus cari cara menembus badai salju dengan kekuatan lainnya." Myren mengangguk kecil.      

"Mungkin dengan kekuatan elemen bisa, Aunty." Jovano mengusulkan itu.      

Myren pun mencoba mengeluarkan elemen angin dia dan ternyata itu bisa menerbangkan salju di depannya yang menumpuk tebal. "Bisa!"      

"Nah, berarti setidaknya masih ada jalan keluar untuk kita." Jovano tersenyum.      

Andrea melirik anaknya. Bocah ini memang bisa diakui lebih jenius ketimbang dia. Benar-benar anak yang 'mengerikan'. Pantas saja tadi ayahnya berkata demikian akan Jovano.      

"Oke, kita akan gunakan kekuatan elemen untuk menembus badai salju!" teriak Myren.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.