Devil's Fruit (21+)

Ujian Terakhir di Alam Schnee



Ujian Terakhir di Alam Schnee

0Fruit 663: Ujian Terakhir di Alam Schnee     
0

Tidak terasa, waktu sudah berjalan selama hampir 4 tahun di Alam Schnee. Tepatnya adalah 3 tahun 9 bulan. Namun, jika mereka keluar ke dunia manusia, itu hanya terhitung sekitar satu setengah bulan saja.      

Sudah dijelaskan oleh King Zardakh, bahwa dia mengatur waktu di Schnee berbeda dengan Bumi. Satu hari di Bumi Manusia, adalah 30 hari di Alam Schnee.      

Dikarenakan perbedaan yang besar dari waktu, maka pertumbuhan para bocah di sana juga sangat terlihat. Seperti Jovano, kini sudah tumbuh lebih tinggi, hampir menyamai tinggi ayahnya karena dia memang memiliki bakat tubuh jangkung.      

"Jo, kau sudah berumur berapa sekarang di Schnee?" tanya sang ayah saat mereka sedang duduk santai bersama Giorge sebelum berangkat tidur.      

"Hampir lima belas tahun, Dad." Jovano sendiri juga tidak mengira dia sudah begitu lama di Alam Schnee ini. Banyak teman-teman bocahnya juga sudah mulai tumbuh berkembang dan tambah tinggi.      

"Kalian sudah menjadi remaja semua sekarang, yah!" Giorge ikut berkomentar.      

"Benar, Poppa. Bahkan Zevo juga sudah sama tinggi denganku. Ohh, sepertinya malah lebih tinggi dia ketimbang aku." Jovano mengangguk.      

"Genetiknya Zevo memang seperti ayahnya, tinggi besar." Dante tidak memungkiri itu.      

"Benar, Dad. Dia sudah makin mirip ayahnya. Pirang dan tampan, tapi tentu saja masih lebih tampan aku, ya kan?" Jovano langsung berpose setampan mungkin dengan letakkan tangan di bawah dagu membentuk symbol centang.     

Dante dan Giorge tertawa bersama.      

"Kira-kira, kapan kita bisa keluar dari sini, yah?" tanya Tuan Vampir. Dia sudah tidak sabar ingin menyelamatkan putri tersayang.      

"Sabar, Poppa." Jovano menepuk santai lengan ayah keduanya. "Kita jika dihitung menggunakan kalender waktu Bumi, ini masih satu setengah bulan saja."     

"Gila, yah! Satu setengah bulan di Bumi, tapi sebenarnya di sini hampir empat tahun!" Tuan Nephilim geleng-geleng kepala. "Kekuatan Opa kamu memang tidak main-main, Jo."     

"He he, iya, Dad."     

"Oh ya, bagaimana dengan rune dan penempaan senjata kamu?"     

"Sudah lebih baik, Dad. Aku sudah bisa membuat pedang dari titanium!"     

"Woah! Itu yang dulu sempat jadi momok kamu, kan Jo?"     

"Benar, Poppa. Dulu aku tersendat di titanium. Kalau diingat-ingat saat itu, sangat menyakitkan, ha ha ha!"     

"Tak apa, Jo… nikmati prosesmu dan jangan patah semangat."     

"Dan bagaimana dengan rune kamu, Jo? Kau berlatih rune dengan mama kamu, ya kan?"     

"Iya, Dad. Aku dan Mommy selalu berlatih rune setiap ada libur. Kami saling bersaing, he he…"     

"Kalian ini, pasangan jenius."      

"Ha ha, terima kasih pengakuannya, Poppa!"     

"Tapi Mom sukanya memburu rune yang berhubungan dengan fashion, dan hal-hal yang receh, ha ha ha!"     

"Heh?! Siapa yang bilang aku memburu rune untuk hal receh, hah?!�� Tiba-tiba Andrea sudah muncul di dekat mereka.      

Jovano langsung saja tertawa dengan wajah kelabakan. "Hanya mencoba bicara jujur, Mom! Kau mengajarkan agar kita sering melakukan apapun secara jujur, iya kan? Ha ha ha! Oleh karena itu, tidak boleh marah, Mom!"     

"Tsk!" Andrea mendecih. Memang susah mengalahkan sang putra dalam hal debat. "Sana pergi tidur! Bocah kecil itu jam segini udah cuci kaki lalu tidur!" usir sang ibu.      

"Kenapa, Mom? Kau sudah tidak sabar having fun dengan Daddy dan Poppa?" goda Jovano.     

"Kamu, bocah!" Andrea mendelik dan acungkan kepalan tangannya.      

Jovano buru-buru melesat pergi sambil tertawa terbahak-bahak menuju ke kamarnya, begitu senang berhasil mengolok ibunya.      

"Ha ha, sudah sayank, jangan selalu marah pada Jo." Dante mengelus punggung istrinya.      

"Dia ini, loh! Kadang keterlaluan kalo ama aku!" Andrea cemberut.      

"Tapi yang dikatakan Jo itu benar, iya kan Rea?" Giorge memberikan senyum nakal dengan mata mengerling jenaka.      

Andrea jadi merah padam.      

"Ayo, kita buat istri kita ini mereda emosinya, Gio."     

"Baik, Senior! Sebagai junior yang baik, aku harus menurutimu!'      

Dua pria itu pun menyeret tangan Andrea, masuk ke dalam kamar mereka.      

"Eeeehhhh!?" Andrea berseru ingin protes. Namun, apa pernah dua suami dia yang mesum itu akan mendengar protes dari sang Cambion jika menyangkut bersenang-senang bertiga? Pfftt!     

-0-0-0-0-0-     

Paginya, Myren sudah mengumpulkan seluruh anggota tim. Meski pagi ini ada sedikit hujan salju, mereka tidak perduli. Mereka sudah terbiasa dengan badai salju, apalagi hanya sekedar hujan.      

"Soldiers! Kita hampir di ujung pelatihan!" Myren berseru sambil melayang di udara seperti biasanya.      

Semua anggota tim berdebar-debar. Akhirnya mereka akan mencapai hari penghujung di Alam Schnee.      

"Setelah hari ini, tidak ada lagi pelatihan di sini! Kalian dengar?" tanya Myren.      

"Dengar, Jenderal!" serempak mereka.      

"Maka dari itu, setelah kalian semua berlatih selama hampir 4 tahun di sini, aku ingin kalian membuktikan hasil pelatihan!" Myren berseru.      

Semua orang berdebar-debar menanti apa yang akan mereka terima sebagai pengujian. Sudah jelas ini nantinya adalah ujian atas usaha mereka bertahun-tahun di Schnee.      

"Ujian akhir ini… bisa dikatakan ujian hidup dan mati kalian! Kalian dengar itu?!"     

"Dengar, Jenderal!"      

Mendengar ucapan sang jenderal, banyak anggota lebih berdebar-debar lagi, tapi mereka tidak ada yang berani bersuara.      

"Aku harap, tidak ada satupun dari kalian yang sampai terbunuh! Ini karena… lawan kalian nantinya di ujian akhir… benar-benar kuat. Yah, kemungkinan besar memang kuat. Mereka bukan hal yang lemah seperti yang selama ini kalian pernah lawan."     

Myren berhenti sejenak sambil menatap seluruh anggota tim.      

Terlihat jelas wajah-wajah dari para prajuritnya penuh dengan antisipasi. Sedangkan wajah para bocah terlihat agak jatuh. Wajar saja, karena mereka jauh lebih muda ketimbang para prajurit dan orang dewasa lainnya.      

"Nantinya, kalian tidak akan bisa melakukan teleportasi, tapi kalian masih bisa menggunakan kekuatan lainnya seperti elemen dan terbang."     

Rupanya mereka sengaja ditekan agar tidak bisa melakukan teleportasi layaknya iblis pada umumnya. Tapi mereka berpikiran positif bahwa mungkin sengaja begini agar menyamakan dengan kondisi di Kutub Selatan.      

"Kalian boleh melakukan apapun untuk menang, apapun caranya! Hanya tidak bisa berteleportasi. Itu saja. Kalian boleh bekerja sama dengan yang lain, atau bertarung sendiri, semua ada di keputusan kalian sendiri."     

Dengan kalimat ini, para anggota tim bisa merasakan bahwa lawan mereka nantinya memang tidak sembarangan. Mereka membayangkan beast monster yang lebih mengerikan lagi dari yang pernah mereka lawan.      

Apakah akan ada hewan iblis yang sangat kuat nantinya?     

"Kalau kalian semua sudah bisa berhasil menumpas seluruh lawan kalian, tidak menyisakan satupun, maka… kalian bisa berkumpul lagi di depan benteng dan akan aku transfer kembali ke alam kalian masing-masing, ke Underworld bagi para prajurit iblis, dan ke Bumi untuk yang hidup di sana."     

Seluruh prajurit terus menanti dengan hati berdebar. Hewan iblis kuat? Seberapa kuat nantinya?     

Setelah itu, Myren pun menghubungi ayahnya. King Zardakh muncul dan disambut penuh hormat oleh prajurit iblis.      

"Kuharap tidak ada satupun dari kalian yang mati di sini. Oke, bersiaplah… lawan kalian di sini nantinya, adalah mereka!" Usai King Zardakh mengucapkan itu, Beliau melemparkan sebuah mutiara warna hitam ke udara, jauh beberapa ratus meter dari benteng.      

Begitu mutiara meledak, muncullah sosok-sosok mengerikan. Namun, itu bukan beast.      

"Mereka adalah para kriminal iblis yang mendapat hukuman seumur hidup dan hukuman mati. Bunuh mereka semua di sini, jangan sisakan satu pun! Atau kalian tidak bisa pulang!" titah King Zardakh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.