Devil's Fruit (21+)

Tenang Sebelum Berguncang



Tenang Sebelum Berguncang

0Fruit 899: Tenang Sebelum Berguncang     
0

Ketika King Zardakh dihadirkan di sana, sang raja berkata: "Bukankah sebelumnya aku sudah pernah bilang bahwa anak bungsumu ini beraroma malaikat, Andrea?"      

Andrea kerutkan keningnya. "Masa sih, Beh? Kapan yak Babeh ngomong gitu?" Ia lumayan lupa mengenai itu.      

King Zardakh menepuk dahinya secara kecewa. "Hancurnya hatiku ternyata ucapanku tidak didengar bahkan tidak digubris anakku."      

"Halah, gak usah lebay, Beh! Tinggal kasi tau aja, kapan?" Andrea memutar bola matanya.      

"Yah waktu Zizi ulang tahun kelima, lah!" King Zardakh seperti ingin berteriak kalut. Sudah, king ... jangan lebay. Anakmu sudah memperingatkan.      

"Ohh, beneran? Ha hah! Aku gak gitu ngeh waktu itu mungkin." Nyonya Cambion terkekeh santai.      

"Bahkan waktu itu kau menolak opini Ayah, Andrea zeyeeenk." King Zardakh gemas sekali.      

"Dih! Gak usah pake omongan anak muda gitu, Beh! Gak cocok! Inget umur, Beh!" ledek Andrea tanpa ragu ke ayahnya. Dia sudah biasa mengejek tuan raja.      

"Opa, jadi ini apakah Zizi akan baik-baik aja?" Jovano menginterupsi perdebatan tak jelas ibu dan kakeknya. Jika dibiarkan, mereka bisa saling ledek sampai besok pagi.      

King Zardakh menghampiri tubuh lunglai Zivena yang belum sadarkan diri. Lalu memegang dahi Zivena. "Ohh, dia baik-baik saja, jangan khawatir. Dia hanya ... sedang me-recharge daya dia."      

"Maksudnya, Beh?" Andrea bingung.      

"Seperti ponsel yang kehabisan baterai. Nah, ini yang sedang terjadi pada Zivena." King Zardakh memberikan perumpamaan menggunakan ponsel.      

Andrea dan yang lainnya pun paham sekarang.      

"Jadi, sebenarnya ini kekuatan baru Zizi, yah?" Jovano penasaran. Dia tadi melihat sendiri ketika Zizi datang secara tiba-tiba, Ivy yang sedang kalap bisa langsung tenang begitu dipegang oleh si adik bungsu.      

"Opa tidak tau apakah itu kekuatan baru atau kekuatan yang dia sembunyikan selama ini." King Zardakh mengangkat dua bahunya.      

"Kekuatan yang disembunyikan?" Kuro menyahut dengan kalimat serupa dari sang raja iblis kerajaan Orbth.      

"Yah, siapa tau, ya kan? Harus tanya sendiri ke yang bersangkutan." King Zardakh duduk santai di salah satu sofa kecil di kamar tersebut.      

"Kenapa anak-anak Mama memiliki kekuatan yang berbeda-beda, yah?" Kuro bertanya pada dirinya sendiri namun dia suarakan.      

"Namanya juga sebuah entitas, Kak Kuro," sahut Jovano. "Manusia meskipun dari orang tua yang sama pun memiliki bakat dan kemampuan sendiri-sendiri."      

"Kalau menurut Opa ..." King Zardakh bersuara lagi. "... Tidak hanya karena itu kalian bisa berbeda memiliki kekuatan."      

"Lalu faktor apalagi yang bisa mempengaruhi kekuatan lahiriah seorang anak, Opa?" tanya Jovano ke kakeknya.      

"Faktor ketika anak itu berada di dalam kandungan juga mempengaruhi kekuatan sang anak ketika lahir." King Zardakh manggut-manggut sambil angkat satu kaki untuk ditumpukan ke paha satunya.     

Andrea merenungkan ucapan sang ayah. "Hm, gak tau deh apa ini cuma cocoklogi atau emang beneran. Dulu kan waktu aku hamil Jo, aku emang sempat dendam ke malaikat en iblis. Dan ingin musnahin mereka aja karena bikin ribet hidupku. Ehh, ternyata Jo punya kekuatan yang emang bisa musnahin iblis dan juga malaikat di tangan dia."      

"Huoohh! Mama ternyata dulu sempat punya pikiran gitu, yah?" Kuro menangkupkan dua pipi menggunakan tangannya.      

"Yah, abis gimana lagi dong? Mama dikejar-kejar ama iblis dan malaikat, mo dibunuh en Jo juga mo dimusnahin. Wajar dong sebagai seorang ibu aku emosi dan dendam ke dua ras itu." Andrea menjawab ke Kuro.      

Benar, sewaktu kehamilan Jovano, Andrea memang dikejar-kejar dua pihak yang berlawanan. Iblis memburu Andrea untuk menambah kekuatan mereka, sedangkan malaikat memburu Andrea hanya karena ingin memusnahkan Jovano yang diramalkan akan membawa bencana pada dunia manusia sekaligus dunia malaikat.      

"Lalu bagaimana dengan kehamilan Ivy, Ma?" Kuro ingin tau, karena diantara semua anak Andrea, hanya Ivy yang susah.      

"Hm, dulu ... waktu hamil Ivy, itu aku lagi dalam kondisi depresi, sih! Dan sempat marah ke dunia dan juga ke takdir. Pokoknya itu termasuk kehamilan aku yang penuh amarah karena kehilangan Dante. Ehem! Dan, gak usah ge-er, yak!" Andrea melirik suaminya.      

Tuan Nephilim tertawa kecil. "Aku tidak menyangka memiliki begitu impact besar terhadap dirimu, sayank."      

"Ni orang disuruh jangan ge-er malah ngelunjak." Andrea mendelik ke suami Nephilim dia.      

"Lalu, lalu ... kalau jaman hamil Zizi? Apa yang Mom ngerasa apa aja?" Kini Jovano malah ikut-ikutan penasaran.      

"Waktu hamil Zizi itu kehamilan super santai dan tidak mikir jelek apapun. Beneran kehamilan tanpa beban dan waktu itu cuma berharap banyak terjadi kedamaian di sekitar Mama. Kan waktu itu Ivy masih masa kalut dia. Nah aku sempat berharap keadaan bisa damai lagi." Andrea mengenang kehamilan dia yang paling akhir.     

"Nah, benar-benar mempengaruhi kekuatan anak-anak kamu, kan Nak? Ayah benar, kan?" King Zardakh menatap putrinya dengan dagu terangkat, penuh kebanggaan akan dirinya sendiri. Yah, namanya juga iblis, tidak mungkin tidak sombong.      

Andrea mendecih sebal melihat reaksi sang ayah. "B aja kaliii!"      

Malam itu, keadaan pun damai tanpa adanya lagi pertengkaran atau perdebatan sengit di dalam mansion. Semua benar-benar terasa damai dan menentramkan.      

Zivena juga mulai siuman esok harinya, tepat di jam 6 sehingga Andrea tidak jadi membuat surat keterangan tidak masuk sekolah untuk sang anak bungsu yang sedianya akan dia berikan ke wali kelas Zivena.      

Maka, hari itu berlangsung dengan menyenangkan bagi semua orang.     

Namun, itu adalah ketenangan sebelum badai. Karena keesokan malamnya, ada berita bahwa terjadi pembunuhan terhadap salah satu juri kontes cosplay yang waktu itu.      

Andrea dan yang lainnya yang mendengar berita itu terkejut bukan kepalang. Tuduhan mengarah pada satu orang, tak lain dan tak bukan adalah Ivy.      

Sangat jelas bahwa Ivy menaruh dendam atas keputusan juri yang menyatakan dia juara 2. Apalagi jasad salah satu juri itu dada kirinya berlobang seperti ditembus benda tumpul sebesar tangan anak kecil.      

Polisi yang menangani kasus ini merasa buntu karena tidak menemukan barang bukti apapun. Bahkan tidak bisa mendeteksi kira-kira senjata apa yang digunakan untuk membunuh pria salah satu juri itu.      

Jovano yang paham cara sang adik mengeksekusi para korbannya pun langsung mendatangi kamar sang adik keesokan harinya. "Ivy sweetie, bisa jujur ke Kakak?"      

Ivy sedang mengemasi buku-buku dia untuk dimasukkan ke dalam tas. "Hm? Tentang apa, Kak? Tentu saja aku bisa jujur kalau itu bukan pertanyaan yang memalukan seperti misalnya Kak Jo bertanya kapan aku terakhir menstruasi, atau apakah aku pernah beronani. Aku takkan menjawab jujur hal begitu."      

Jovano menghela napas secara keras dan duduk di bangku belajar sang adik sementara Ivy sedang berdiri di sebelah mejanya. "Tentu aja Kak Jo kagak bakalan tanya hal yang begituan, lah!"      

Tatapan mata Ivy yang tajam, entah karena riasan mata smokey eyes dengan eyeliner tebal yang dia gunakan, atau memang gadis itu sedang memandang tajam ke kakaknya, menatap lurus ke manik netra Jovano.      

"Sweetie, apa kau melakukan sesuatu yang buruk ke salah satu juri kontes cosplay kemarin?"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.