The Alchemists: Cinta Abadi

Bersama Jean di Paris



Bersama Jean di Paris

0

Keesokan paginya Caspar bicara serius dengan Finland saat sarapan.

0

"Aku tahu kau tidak suka diikuti, tetapi aku akan jujur kepadamu, bahwa dari nanti siang, begitu aku pulang ke Jerman, aku akan meninggalkan Famke dan Ivan untuk menjagamu. Mereka tidak akan memberitahuku apa-apa yang kau lakukan, tetapi hanya memastikan keselamatanmu."

Memang Caspar pernah berjanji kepada Finland untuk berlaku seperti laki-laki normal terhadapnya, dengan tidak menggunakan akses informasi luar biasa yang dimilikinya untuk mengetahui segala sesuatu tentang Finland, termasuk menguntitnya.

Ia harus menelepon dan SMS seperti orang-orang biasa jika ia ingin mengetahui apa pun yang Finland lakukan atau inginkan, agar mereka menjadi setara.

Tetapi setelah mereka menikah dan Finland diperkenalkan kepada seluruh masyarakat Alchemist maka keselamatannya menjadi hal yang utama bagi Caspar, melebihi janjinya kepada Finland tersebut.

"Keselamatanku?" tanya Finland.

"Ya. Aku kan sudah bilang kalau aku punya musuh. Aku tak ingin mereka mengambil kesempatan ketika kau jauh dariku untuk mengganggumu," jawab Caspar. "Tadinya aku ingin melindungimu secara diam-diam, tetapi karena kita sudah menikah aku tak ingin menyembunyikan apa pun darimu. Maka dari itu, aku meminta izinmu untuk meninggalkan Famke dan Ivan di sini. Mereka akan memberimu privasi dan tidak akan melaporkan gerak-gerikmu dan apa pun yang kau lakukan, tetapi mereka akan melindungimu jika terjadi apa-apa."

Finland tertegun mendengarnya. Tadinya ia mengira dua minggu terakhirnya bersama Jean akan menjadi waktu terakhir yang dihabiskannya sebagai manusia biasa.

Mereka akan bertualang dan bepergian dengan transportasi umum, dan melakukan hal-hal yang mereka sukai hanya berdua saja, tetapi ternyata Caspar hendak mengirim pengawalnya untuk mengawasi mereka. Ia agak sulit menerimanya.

"Aku harus bilang apa sama Jean? Kau juga harus memberitahunya, karena kalian juga mengganggu privasinya, bukan hanya aku," kata Finland akhirnya.

"Famke dan Ivan tidak akan mengganggu privasi kalian. Mereka sangat profesional dan tidak akan menampakkan diri. Kalau aku tidak memberitahumu tentang hal ini, kalian tidak akan pernah tahu aku mengirim pengawal untuk menjagamu. Aku sekarang memberitahumu, karena aku tidak ingin menyembunyikan apa pun darimu."

"Tapi kami akan bepergian naik kereta dan bus, bagaimana mereka bisa mengikuti kami?" tanya Finland bingung.

Caspar tersenyum dan mengacak rambut Finland dengan sayang, "Kau tak usah memikirkan apa-apa. Biar mereka mengurus diri sendiri."

"Hmm.. baiklah kalau begitu." Finland tahu ia tak punya pilihan dan terpaksa mengiyakan.

Caspar akan langsung ke Jerman setelah sarapan dan Finland sudah berjanji untuk bertemu Jean di lobi hotel saat makan siang.

Sebenarnya walaupun Finland sangat senang akan bertemu lagi dengan Jean, ia merasa sedih karena harus berpisah dua minggu dari Caspar. Sungguh sayang, dalam hidup ini semua orang harus memilih dan tidak bisa mendapatkan semuanya.

"Aku berangkat dulu. Semua orang di hotel tahu kau adalah orang penting di sini. Mereka tidak tahu identitasmu kecuali general manager. Kalau ada apa-apa kau bisa mendatanginya atau telpon aku maupun Stanis," pesan Caspar sebelum ia pergi.

Finland mengangguk paham. Caspar menciumnya lalu pamit diiringi pandangan Finland yang sudah merindukannya.

***

Finland sudah membereskan satu koper kecil berisi barang-barangnya yang akan digunakan selama dua minggu ke depan. Ia akan meninggalkan sisanya di penthouse. Jean datang jam 12 kurang sedikit. Ia mengirim SMS kepada Finland begitu ia tiba dan gadis itu segera turun ke lobi dengan koper kecilnya.

"Hei, Finland. Bagaimana liburanmu?" tanya Jean saat melihat Finland datang. Ia memeluk sahabatnya erat sekali baru melepaskannya. Wajahnya terlihat lelah tetapi moodnya riang seperti biasa. "Tampangku agak kacau karena kurang tidur... ahaha, tapi kau kelihatan cantik."

"Terima kasih, kamu kalau tampang kacaunya sudah ganteng begini, aku nggak bisa bayangin kalau kamu tampil khusus untuk show. Lihat cewek-cewek di sebelah sana, dari tadi memperhatikanmu terus," Finland berbisik kepada Jean, "Kayaknya aku harus kasih mereka lap iler."

"Hahaha.... kau ini bisa saja." Jean tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. Ia sudah biasa mendapatkan pandangan kagum kaum hawa terhadap dirinya selama ini. "Sudah makan siang? Mau makan siang di sini atau di luar?"

"Di sini boleh. Kita bisa punya energi untuk jalan-jalan kalau sudah makan. Aku titip koper dulu ya."

Finland menitipkan kopernya pada concierge yang menerimanya dengan keheranan, karena mereka tahu ia tinggal di penthouse atas, lalu mengajak Jean masuk ke restoran di lantai dasar.

"Kau menginap di sini?" tanya Jean saat mereka sudah duduk di meja dan memesan makan siang.

"Iya, tapi selama dua minggu ini aku akan tinggal bersamamu." Finland menatap Jean dengan pandangan bersalah, "Ada banyak hal yang harus kita bicarakan."

"Tentu saja," kata Jean sambil tersenyum menenangkan. "Aku mengerti."

Ia menebak bahwa apa yang ingin dibicarakan Finland ada hubungannya dengan Katia dan Caspar, dan hubungan mereka selama 50 tahun.

Sebenarnya Jean sangat penasaran mengenai apa yang terjadi, tetapi ia tidak ingin memasuki ranah yang bukan bagiannya. Ia hanya menunggu sampai Finland menceritakan apa-apa yang ingin ia ceritakan kepada Jean.

Sementara itu, Finland yang sudah memutuskan untuk memberi Jean ramuan penghilang ingatan merasa bahwa tidak ada lagi hal yang perlu disembunyikan selama dua minggu ke depan. Ia ingin bersama Jean dalam kejujuran di saat-saat terakhir mereka bersama, karena setelah itu ia akan mengucapkan selamat tinggal, dan Jean akan melupakan semua yang pernah terjadi.

"Caspar itu bukan orang biasa..." kata Finland dengan suara pelan. "Ia lahir di tahun 1580, lebih dari 400 tahun yang lalu. Ia dan seisi keluarganya adalah bagian dari kaum Alchemist yang menemukan rahasia keabadian ratusan tahun lalu, dan sekarang ada ratusan orang di seluruh dunia, yang menjadi bagian dari kelompok mereka, yang seperti dia. Mereka tetap terlihat muda karena tubuhnya tidak mengalami penyakit maupun penuaan seperti manusia biasa. Mereka hidup di antara kita manusia biasa, namun identitas mereka dirahasiakan. Tentu kau mengerti sebabnya..."

Jean tertegun mendengar ucapan Finland. Ia tadinya tidak mengira benar-benar ada manusia abadi seperti yang disampaikan Finland barusan. Ia mengira apa yang diucapkan Katia mungkin hanya istilah yang mereka pakai sendiri dan tidak benar-benar memaksudkan 50 tahun... tetapi kini Finland justru memberitahunya bahwa Caspar adalah seorang manusia abadi...

Seorang Alchemist?

"Ini sangat mengejutkan..." kata Jean. Ia meneguk habis wine di gelasnya dan wajahnya tampak terguncang, "Lalu bagaimana denganmu? Kau kan bukan orang abadi seperti dia, apakah kalian bisa bersama?"

"Aku diberi ramuan abadi yang membuatku menjadi sama seperti mereka..." jawab Finland. "Tapi itu berarti aku juga harus hidup seperti mereka. Aku tidak akan menua dan karenanya aku tak bisa hidup sebagai Finland untuk seterusnya. Nanti semua orang di kantor akan terlihat semakin tua dan aku akan tetap terlihat seperti ini, orang akan curiga."

"Kau tahu bahwa itu adalah hal yang sangat berharga? Semua orang ingin awet muda dan hidup selamanya, dan kau mendapat ramuan abadi yang diidamkan semua manusia di bumi ini." kata Jean keheranan, "Tapi kenapa kau bicara dengan nada sedih seolah kau mendapat kemalangan?"

"Walaupun hidupku tidak terlalu menarik dan bahagia, tapi aku menyukai diriku dan identitasku. Aku menyukai pekerjaanku di kantor, aku mulai punya teman di perusahaan, dan aku menyukai hal-hal yang bisa kita lakukan bersama seperti ini," jawab Finland sedih, "Nanti setelah aku masuk ke dalam masyarakat mereka, aku tak akan bisa hidup seperti manusia normal. Kami harus mengambil identitas baru setiap beberapa belas tahun."

Lama sekali Jean tidak berbicara. Ia juga tidak menyentuh makanannya, hanya menambahkan wine ke gelasnya dan minum sambil mencerna semua ucapan Finland. Finland sendiri tidak memaksanya untuk segera menanggapi. Ia tahu semua ini sangat mengejutkan bagi Jean.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Jean mengangguk dan tersenyum sedikit, "Aku mengerti. Ini adalah rahasia besar. Aku akan menyimpan rahasia ini baik-baik. Aku hanya sedih karena suatu hari nanti aku akan menjadi tua dan tidak akan bisa lagi bersamamu. Kematian pasti akan memisahkan kita..."

Finland buru-buru memegang tangan Jean dan menghiburnya, "Jangan bicara hal menakutkan seperti kematian di saat seperti ini... Kau masih sangat muda. Kau juga keturunan Asia, sampai umur 40-an pun penampilanmu tidak akan terlihat berubah. Aaron Kwok sudah 55 tahun dan dia masih kelihatan seperti 30an."

Jean mengangkat bahu, "Kau tahu maksudku."

Mereka tidak membahas lagi tentang rahasia kaum Alchemist yang harus mereka simpan rapat-rapat. Finland mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan tentang rencana perjalanan mereka.

"Kita menjelajahi Paris selama beberapa hari, aku akan menunjukkan tempat-tempat penting di kota ini. Lalu kita bisa melanjutkan ke Colmar, itu kota tua yang cantik sekali. Ada banyak bangunan tua bergaya pedesaan Jerman dan kanal yang bikin kamu merasa seperti masuk ke dalam kartu pos, saking bagusnya. Habis itu kita lanjut ke Belgia dan Belanda, lalu balik ke Paris lagi."

"Kita naik apa?" tanya Finland.

"Aku sudah beli tiket kereta dan bus untuk kita, biar kamu merasakan pengalaman traveling yang otentik. Tapi dari Paris ke Colmar aku bawa mobil. Nanti kita baru naik kereta ke Belanda."

"Wahhh... sepertinya seru banget." Finland benar-benar bersemangat mendengar rincian yang disampaikan Jean. Ia belum pernah merasakan traveling di Eropa begini, hanya membaca cerita-cerita para traveler selama ini.

Ia senang ada Jean di sampingnya yang mengenal lokasi dan dapat membantunya menavigasi kota-kota cantik yang selama ini hanya dilihatnya di internet.

Bepergian dengan Caspar juga menyenangkan, tetapi mereka tak pernah menggunakan transportasi umum dan ia merasa kikuk saat harus menggunakan bus atau kereta sendiri.

"Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan," kata Jean sambil mendentingkan gelasnya ke gelas Finland, "Selamat datang di Paris."

Setelah mereka selesai makan siang, Finland mengambil kopernya dari concierge. Mereka akan ke apartemen Jean untuk mempersiapkan petualangan mereka. Jean mengambil koper dari tangan Finland dan mendorongnya saat membawa Finland berjalan ke arah apartemennya.

"Flatku tidak jauh dari sini. Hanya 10 menit berjalan kaki dari Menara Eiffel."

"Keren sekali!"

"Aku sudah tinggal di sana selama 4 tahun ini. Tempatnya nyaman dan dekat stasiun metro."

Buat Jean yang praktis, lokasi menjadi pertimbangan utamanya dalam memilih tempat tinggal. Apartemennya yang di Robertson Road juga sangat strategis dan berharga mahal. Walaupun ia lebih banyak tinggal di Paris, ia masih mempertahankan apartemennya yang di Singapura karena nilai sentimentalnya.

Jean tinggal di Arr 13, yang merupakan salah satu distrik paling strategis karena dekat dengan Menara Eiffel dan tempat wisata lainnya, dan terlebih ia dapat berjalan kaki ke mana-mana.

Finland terus-menerus berdecak kagum melihat kecantikan kota Paris saat berjalan melintasi trotoar menuju apartemen Jean.

Tidak habis-habisnya monumen, patung berhias emas, dan gedung-gedung tua yang berasal dari ratusan tahun lalu dilewatinya dalam perjalanan. Jean hanya tertawa melihat tingkah Finland yang seperti anak kecil di toko permen.

"Kamu ini lucu banget ya. Kalau suka banget sama Paris, kamu pindah saja ke sini. Aku yakin Caspar tidak keberatan," katanya.

Finland hanya tersenyum, tidak menjawab. Caspar juga mengatakan hal yang sama. Mungkin suatu hari nanti Finland akan meminta Caspar untuk membawanya pindah ke Paris. Tapi sementara ini, ia mau melihat dunia dulu dan menentukan kemudian, mana yang akan menjadi rumah berikutnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.