Menantu Laki-Laki Sang Raja Naga

Aku Benci Sekali!



Aku Benci Sekali!

0Bang! Sebuah bola basket yang berat jatuh ke lapangan dan memantul beberapa saat, dan para murid pria di lapangan bergegas menyebar untuk menghindarinya.     
0

"Maaf, Zi kecil. Kami ke sini untuk mengambil bola basket," salah satu pria berkata pada Zhao Yanzi.     

Jelas sekali itu hanya sebuah persekongkolan karena mereka sudah mendekati murid-murid sekolah menengah sebelum bola basket itu terbang ke sini.     

Namun, meskipun murid-murid sekolah menengah mengetahui para murid sekolah tinggi ini berbohong, mereka tidak berani mengatakannya.     

Zhao Guang sengaja mengatur Zhao Yanzi untuk bergabung di kelas ini karena para muridnya sebagian besar berasal dari keluarga biasa dan memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Kelas ini penuh dengan murid-murid yang berkelakuan baik, dan tidak ada anak-anak sombong dari keluarga yang kaya dan berkuasa.     

Itulah mengapa para murid dari kelas-kelas lain mengira Zhao Yanzi berasal dari sebuah keluarga biasa, dan beberapa anak-anak kaya bahkan berani menulis surat-surat cinta untuknya.     

Tentu saja, surat-surat cinta itu hanya kelakuan murid-murid sekolah menengah. Murid-murid sekolah tinggi lebih terus terang; mereka akan mendatangi Zhao Yanzi saat istirahat makan, dan beberapa bahkan berani mengajaknya keluar di akhir hari sekolah.     

Tidak dapat disangkal, Zhao Yanzi telah menolak semua usaha mereka.     

Zhao Yanzi menghentikan bola basket yang bergulir ke arahnya dengan menginjaknya dengan satu kaki. Dia kemudian menendang bola itu ke arah para pria dan berkata, "Pergi dari sini dengan bolamu!"     

"Wah, wah, Zi Kecil sedang galak hari ini." Pria dengan rambut yang sedikit panjang menangkap bola itu sebelum melemparkannya kembali ke lapangan basket yang berada di kejauhan untuk menunjukkan kekuatannya.     

Tidak terkesan, Zhao Yanzi mengabaikannya. "Itu kekuatan yang sangat kecil! Salah satu dari para tetua di sekitarku bisa dengan mudah mengangkat sebuah gunung," pikirnya.     

Dia berteriak pada para murid laki-laki di kelasnya, "Ayo kita lanjutkan pertandingannya!"     

Anak laki-laki yang memegang bola adalah murid yang baik, tetapi dia begitu pemalu sehingga dia tidak berani memukul bola saat dia melihat para murid sekolah atas memelototinya.     

Tidak ada sosok yang tangguh di kelas Zhao Yanzi; bahkan Ling hanya memelototi para pria, tidak berani mengusir mereka pergi.     

Namun, para murid sekolah tinggi merasa dipermalukan karena Zhao Yanzi mengabaikan mereka. Mereka melambai ke lapangan basket, dan sebuah bola basket lain jatuh ke arah lapangan bola voli, berusaha mengganggu pertandingan bola voli kelas Zhao Yanzi.     

Sekarang, Zhao Yanzi benar-benar marah. Dia baru saja akan meledak ketika sebuah telapak tangan muncul di udara dan menangkap bola basket itu.     

Tidak sulit menangkap bola basket dengan satu tangan, tetapi tidak setiap orang bisa menangkap bola yang dipukul keras ke arah mereka dari jarak 50 meter jauhnya     

Zhao Yanzi berbalik dan terkejut melihat Hao Ren di sana.     

"Mengganggu murid sekolah menengah? Memalukan!" Hao Ren menangkap bola itu dan mengamankannya di antara kedua tangannya.     

"Siapa sebenarnya kau?" Pria dengan rambut yang panjang menatap marah Hao Ren yang datang entah dari mana.     

Hao Ren bukan salah satu murid karena dia tidak mengenakan seragam, tetapi dia tidak terlihat cukup tua untuk menjadi seorang guru. Juga, murid sekolah tinggi sedikit terkejut saat mereka melihat Hao Ren menangkap bola basket itu.     

"Kembali lah bermain basket dan jangan mengganggu murid-murid dari kelas lain," Hao Ren melanjutkan menegur mereka.     

Murid-murid sekolah tinggi melihat Hao Ren dengan curiga, bertanya-tanya apakah dia guru baru di sini. Namun, Hao Ren terlihat lebih seperti murid sekolah tinggi di mata mereka.     

"Dari sekolah mana dirimu?"     

"Bagaimana kau masuk kesini?"     

"Jangan ikut campur!"     

Para murid sekolah tinggi berteriak satu demi satu. Karena Hao Ren sendirian dan mereka ada beberapa, mereka tidak mau mengakui kekalahan.     

Mengabaikan perkataan mengejek mereka, Hao Ren menaikkan bola basket di atas kepalanya, terlihat seolah-olah dia kan menembaknya.     

Melihat postur standar menembaknya, ekspresi Zhao Yanzi berubah dari keheranan ke kekalahan,"Sudahlah! Hentikan bersikap keren! Kau akan gagal!"     

Murid-murid sekolah tinggi dan teman-teman sekelas Zhao Yanzi semua melihat Hao Ren seolah-olah dia sudah gila.     

"Kau bisa melempar hampir 20 meter dengan postur ini. Jika kau ingin melempar sejauh 50 meter, kau harus menggunakan sikap melempar lembing.     

Swuush..     

Dengan jentikan pergelangan tangannya, bola basket itu melayang dari telapak tangan Hao Ren.     

Dengan lengkungan yang panjang, bola itu melayang menuju ring basket yang 50 meter jauhnya.     

Hanya menggunakan jentikan pergelangan tangannya!     

Kecuali Zhao Yanzi, semua yang hadir tertegun.     

"Paman bodoh! Apa gunanya menggunakan gaya kerenmu jika kau gagal? Aku tahu kemampuan basketmu buruk," pikir Zhao Yanzi.     

Bola basket itu melayang di atas satu sisi lapangan sepak bola, dan para siswa sekolah tinggi yang sedang bermain sepak bola juga mendongak.     

Swuush..     

Bola itu masuk ke dalam keranjang sebelum jatuh ke tanah.     

Di lapangan bola voli, murid-murid sekolah menengah tinggi yang berdiri di sebelah Hao Ren semuanya terkesiap takjub.     

Zhao Yanzi juga melihat Hao Ren dengan takjub. Kekuatan dan ketepatannya tidak sama seperti dulu. Hao Ren tidak saja memiliki kekuatan menembak bola ke lapangan, tetapi dia juga mendapatkan nilai.     

Tiba-tiba, Zhao Yanzi melihat Hao Ren, yang tetap berada dalam posisi menembaknya di bawah sinar matahati, terlihat cukup menawan.     

"Bolamu sudah kembali. Bagaimana kalau kalian kembali dan melanjutkan permainan kalian?" kata Hao Ren sambil berbalik pada murid-murid sekolah tinggi.     

Melihat pada Hao Ren dengan gelisah, mereka menyadari mereka tidak bisa menggerakkan kaki mereka.     

"Paman," pada saat dia mengatakannya, Zhao Yanzi menghentikan dirinya dan mengganti kata-katanya, "Hao Ren, mengapa kau ke sini?" dia bertanya.     

"Aku dengar beberapa pria mengganggumu, aku hanya datang untuk melihat-lihat, " jawab Hao Ren.     

"Dia begitu menawan! Dia pasti anggota tim basket!"     

"Ya! Pakaiannya biasa saja, tetapi dia punya kharisma."     

"Ya, dia terlihat begitu tenang."     

Di lapangan bola voli, para gadis di kelas Zhao Yanzi berbisik satu dengan yang lain.     

Mendengar komentar mereka, keangkuhan Zhao Yanzi dipuaskan. Dengan senyum manis, dia menyelipkan tangannya di bawah tangan Hao Ren dan bertanya, "Bagaimana kau ke sini?"     

"Aku meninggalkan kartu mahasiswa di kantor penjaga, dan dia memperbolehkanku masuk."     

Melihat Zhao Yanzi memegang tangan Hao Ren dengan mesra, para murid sekolah tinggi semuanya tertegun. "Zhao Yanzi punya pacar dan pacarnya orang yang keren!" pikir mereka.     

Mereka saling menatap satu dengan yang lain sebelum mengendap-endap kembali ke lapangan basket.     

Melihat teman-teman sekelas Zhao Yanzi menatapnya, Hao Ren merasa sedikit tidak nyaman. Dia merendahkan kepalanya dan bertanya, "Apakah melanggar aturan jika kita berjalan sekitar sekolah?"     

"Tidak, tidak melanggar aturan!" Zhao Yanzi menggelengkan kepalanya, menggosok wajahnya ke lengan Hao Ren dengan wajah gembira.     

"Ayo pergi." Hao Ren membawanya keluar dari lapangan voli, dan Zhao Yanzi mengejarnya dan menggenggam tangannya.     

Hao Ren merasa aneh ketika dia berpegangan tangan dengan Zhao Yanzi, bertanya-tanya apakah ini sebuah pertunjukan mencolok dari cinta monyet.     

Dengan komentar teman-teman sekelasnya tentang pacarnya yang tampan dan penuh sayang masih tergiang di telinganya, Zhao Yanzi menarik Hao Ren keluar dari lapangan olahraga menuju danau di tengah sekolah.     

Pada saat mereka sampai di danau dan jauh dari pandangan teman-teman sekelasnya, Zhao Yanzi mengibaskan tangan Hao Ren menjauh. Hao Ren kehilangan kata-kata pada perlakuannya yang kejam.     

Hari ini, kamu berperilaku baik. Aku akan mentraktirmu makan siang," katanya pada Hao Ren sambil mengusap tangannya.     

Melihat wajahnya yang tanpa ekspresi, Hao Ren tahu dia dipergunakan lagi.     

"Di mana kita makan?" Hao Ren bertanya.     

"Sesuatu dari kantin," jawab Zhao Yanzi tanpa berpikir.     

Kampus Sekolah Menengah LingZhao memang sangat indah. Pohon-pohon berjajar di tepi danau dan membentuk jalan melingkar yang teduh. Sinar matahari menembus daun dan jatuh dengan lembut di jalur batu dan wajah Hao Ren dan Zhao Yanzi.     

"Apakah tidak apa-apa bagimu untuk keluar dari kelas pendidikan jasmani dan berjalan di sekitar kampus?" Hao Ren bertanya padanya.     

"Bukan masalah besar. Aku akan kembali sebelum kelas selesai," kata Zhao Yanzi dengan acuh tak acuh.     

"Berapa lama waktu yang kamu miliki sebelum kelas berakhir?" Hao Ren bertanya.     

"Berhenti mengomel! Waktu pembelajaran satu kelas 45 menit, jadi kita masih memiliki waktu setengah jam!" Zhao Yanzi memarahinya dengan tidak sabar.     

Hao Ren terdiam mendengar jawabannya. Dia berpikir sejenak sebelum berkata, "Penjaga itu mengatakan bahwa aku hanya bisa ada di sekolah selama satu jam. Aku takut aku tidak bisa pergi ke kantin untuk makan siang setelah kelas berakhir,     

"Bodoh!" Zhao Yanzi memberinya pandangan tajam. "Tunggu di sini!"     

Dia berlari menuju gerbang sekolah, meninggalkan Hao Ren yang tertegun yang tidak punya pilihan selain menunggunya     

Udaranya segar, dan burung-burung berkicau. Dari Gedung Pengajaran yang berjarak sekitar beberapa meter jauhnya, terdengar suara murid-murid yang sedang membaca bersama.     

Beberapa menit kemudian, Zhao Yanzi berlari kembali dengan kartu pengenal mahasiswa Hao Ren di tangannya. Dia melemparkannya ke arahnya dan berkata, "Yah, semuanya sudah beres."     

"Bagaimana kau akan mendapatkannya?" tanya Hao Ren     

"Menjadi manis dan bermain manis, tidak ada yang tidak bisa aku dapatkan," Zhao Yanzi meliriknya dan berkata.     

Hao Ren terdiam, bertanya-tanya apakah itu adalah salah satu hak istimewa gadis seusianya.     

Namun, dia masih merasa tidak nyaman sebagai orang luar yang berkeliaran di sekolah mereka. Dia terutama takut bertemu Wali Kelas Zhao Yanzi.     

"Aku akan kembali untuk bermain voli. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan di sini," Zhao Yanzi mengangkat kepalanya dan berkata pada Hao Ren     

"Bisakah aku melihatmu bermain?" Hao Ren bertanya.     

"Aku tidak ingin paman aneh sepertimu memperhatikanku bermain bola voli!" Zhao Yanzi memutar matanya ke arahnya sambil sedikit memerah.     

Hao Ren kehilangan kata-kata. Dia benci dipanggil Paman, tetapi Zhao Yanzi hanya memanggilnya 'Hao Ren' satu kali ketika dia membutuhkannya sebagai perisai; Hao Ren merasa kasihan pada dirinya sendiri.     

"Kamu temukan suatu tempat dan tunggu aku. Aku akan mendatangimu ketika kelas pendidikan jasmani. berakhir."     

Setelah mengatakan itu, dia berlari menuju lapangan olahraga.     

Hao Ren, di sisi lain, menemukan paviliun merah di dekatnya dan berjalan mendekat. Setelah menemukan kursi yang cukup lebar untuknya, dia berbaring di atasnya.     

"Dengan temperamennya yang berubah-ubah, jika aku kembali ke Universitas Lautan Timur sekarang dan dia tidak bisa menemukanku setelah kelas berakhir, dia akan menjadi marah. Aku tidak tahu bagaimana menangani dia!" Hao Ren meratap sambil melihat sinar matahari menembus daun.     

Dia menutup matanya.     

Waktu berlalu tanpa dia sadari. Hao Ren sedang mensirkulasikan Esensi Alamimengikuti Gulungan Konsentrasi Jiwa kira-kira beberapa belas kali, dan seseorang tiba-tba menendang kursinya.     

"Hei! Ayo makan siang!" Zhao Yanzi telah berganti kembali ke seragam sekolahnya yang biasa. Dengan pakaian olahraganya di tangannya, dia berteriak pada Hao Ren yang berbaring di kursi seperti pria tunawisma.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.