Menantu Laki-Laki Sang Raja Naga

Aku Sudah Punya Orang Yang Kusukai



Aku Sudah Punya Orang Yang Kusukai

0"Silakan duduk! Silakan minum, juga!" kata Xie Wanjun, yang mengenakan kaus dan celana pendek, kepada Hao Ren dengan santai. Kemudian, dia mengambil sebotol bir dari sudut dan membukanya.     
0

"Yujia boleh minum juga."     

"Hmm, sedikit saja," kata Xie Yujia dengan suara lembut sambil mengambil sebuah cangkir.     

Xie Wanjun tidak ingin memaksa adik perempuannya sehingga dia hanya menuangkan sedikit untuknya. Kemudian, dia mengeluarkan dua cangkir kosong dan mengisinya sampai penuh.     

Hao Ren merasa tidak enak untuk menolak tawaran Xie Wanjun, karena pria ini terlalu bersemangat dan dia adalah kakak Yujia. Oleh karena itu, dia mengambil cangkirnya dan meminumnya sedikit-sedikit.     

"Aku telah memahami kejadian yang terjadi sebelumnya," Xie Wanjun menaikkan cangkirnya, "Aku meminta maaf untuk kesalahpahaman yang telah terjadi."     

Hao Ren mengambil cangkirnya dan dengan perlahan mengadunya dengan cangkir Xie Wanjun. "Jangan khawatir, bukan masalah besar."     

"Yah, dan aku berpikir." Xie Wanjun langsung berbicara pada inti masalahnya. "Orang-orang bodoh di Tim Basket itu selalu menimbulkan masalah, jadi aku berencana untuk tidak membiarkan mereka bermain melawan Universitas Jinghua. Sebaliknya aku mengeluarkan mereka sehingga mereka bisa belajar dari kesalahan mereka."     

Hao Ren merasa Xie Wanjun belum selesai, jadi dia menunggunya untuk melanjutkan.     

Seperti yang dia kira, Xie Wanjun melanjutkan bicara, "Namun, pria-pria itu tidak memiliki kemampuan lain selain bermain basket. Ini akan menjadi akhir karir mereka jika mereka tidak bisa lagi bermain basket. Oleh karena itu, aku akan memasukkan mereka kembali setelah pertandingan antara Lautan Utara dan Jinghua berakhir. Bagaimana menurutmu?"     

Tidak menerima tanggapan dari Hao Ren, Xie Wanjun melanjutkan, "Mereka telah berjanji padaku bahwa mereka akan menjauhkan diri mereka dari si keparat Huang Xujie dan hanya berkonsentrasi bermain basket. Mereka tidak akan ikut campur dengan hal lain."     

Melihat begitu tulusnya pria ini, Hao Ren tidak punya alasan untuk menghentikannya. Dia menjawab, "Jika itu masalahnya maka ajaklah mereka kembali."     

"Namun," Hao Ren segera berkata, "Zhao Jiayi harus menjadi pemain utama, itu tidak bisa diubah."     

"Performa Zhao Jiayi sampai sejauh ini sangat baik, tetapi apakah dia akan menjadi pemain utama tergantung pertandingannya minggu depan." Xie Wanjun menyeruput birnya. "Kau mungkin juga menyadari tinggi badannya dapat menjadi penghalangnya, tetapi jika dia dapat membalikkan kekurangannya menjadi kelebihannya, dia masih memiliki kesempatan menjadi pemain tim inti. Terlebih lagi, jika dia pernah menunjukkan karakter seorang pemimpin, aku dapat memberikannya posisi Kapten."     

Perkataan Xie Wanjun tentu saja telah menenangkan pikiran Hao Ren. Kunjungan hari ini tidak sia-sia karena janji yang dibuat Xie Wanjun.     

Sambil mendengarkan diskusi mereka tentang bola basket, Xie Yujia hanya duduk di samping mereka dan menyeruput birnya. Tidak lama, semburat merah muncul di setiap sisi pipinya yang putih dan lembut.     

Xie Wanjun menikmati makanan dan birnya sambil berbicara tentang bola basket. Tiba-tiba, dia mengubah topiknya, "Sekarang kita harus berbicara mengenai Yujia."     

Dia melihat kepada Hao Ren dan berkata, "Aku tidak akan menolak apabila kau ingin mendekati Yujia, tetapi ada beberapa hal yang kuingin kau ketahui."     

Xie Yujia, yang sedang makan dan meminum birnya, tiba-tiba menaikkan kepalanya terkejut. Dia segera memotong Xie Wanjun, "Kakak! Apa yang kau bicarakan!"     

"Aku tidak bilang apa-apa!" pura-pura tidak bersalah, Xie Wanjun melihat Xie Yujia dengan polos.     

"Ini yang kau sebut tidak tidak ada apa-apa?!" Xie Yujia menggigit bibirnya dan cemberut.     

"Hei, kau sendiri yang bilang kepadaku ada pria yang baik bernama Hao Ren di kelasmu," Xie Wanjun berkata dengan sengaja.     

"Wajah Xie Yujia berubah memerah seperti apel. Dia menatap Xie Wanjun beberapa saat sebelum memalingkan kepalanya pada Hao Ren dan berkata, "Jangan dengarkan omong kosongnya."     

Sebaliknya, semakin Xie Yujia berusaha membenarkan dirinya, semakin dia membuka dirinya.     

Xie Wanjun melanjutkan, "Jangan bilang kau belum melupakan pria dari masa lalumu."     

"Kakak! Kau sudah keterlaluan!" Xie Yujia berdiri tiba-tiba, menarik Hao Ren dari tempat duduknya, membuka pintu keamanan, dan bergegas keluar.     

"Yujia," Xie Wanjun berteriak dari ruangan itu.     

"Kau bisa minum sendirian!" Menarik Hao Ren ke tangga, Xie Yujia membanting pintu keamanan dengan suara keras.     

Hao Ren tidak mengira keadaannya akan berakhir seperti ini. Xie Yujia benar-benar marah besar.     

Berjalan keluar gedung, Xie Yujia perlahan-lahan menjadi tenang. Dia berbalik ke arah Hao Ren dan bertanya, "Kau tidak ketinggalan sesuatu di dalam sana, bukan?"     

"Tidak." Hao Ren menggelengkan kepalanya sebelum melihat ke atas apartemen, " Apa tidak apa-apa seperti ini?"     

"Dia minum terlalu banyak. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya!" Xie Yujia berkata dengan marah.     

Setelahnya, Xie Yujia melihat ke langit dan berkata, "Sudah semakin malam, mungkin sebaiknya kau pulang ke rumah sekarang; aku akan menemanimu ke perhentian bus."     

"Oke." Hao Ren mengangguk.     

Jadi, Xie Yujia berjalan keluar lingkungan tua itu dengannya. Menatap matahari cerah terbenam, mereka menuju perhentian bus.     

Dalam perjalanan, Xie Yujia tiba-tiba cemberut dan berkata, "Tolong jangan anggap serius apa yang dikatakan kakakku hari ini. Kita teman sekelas, dan baru-baru ini kita juga telah menjadi teman baik; dia terlalu memikirkan hubungan kita. Terlebih lagi, aku terkadang terlalu sembrono karena aku telah terlalu lama tinggal dengan kakakku. Jadi tolong jangan salah paham."     

"Ya, aku tahu," Hao Ren menjawab sambil berjalan dan melihat ujung sepatunya sendiri.     

"Sejujurnya, aku sudah memiliki orang yang kusukai," kata Xie Yujia tanpa disangka-sangka setelah berpikir sejenak.     

Langkah kaki Hao Ren terhenti sesaat; kalimat 'aku sudah mempunyai orang yang kusukai' menghantam hatinya cukup keras.     

"Tetapi aku rasa itu hanya cinta yang tak berbalas. Apa kau akan menertawakanku?" Xie Yujia bertanya.     

"Hehe, orang yang Ketua Kelas suka, apa dia sangat brilian?" tanya Hao Ren.     

"Ya, dia tidak lagi tinggal di Kota Lautan Timur, tetapi aku percaya dia akan kembali suatu saat nanti," kata Xie Yujia.     

"Alasan Xie Yujia belajar sangat keras mungkin supaya tidak ketinggalan dengan orang yang dia sukai," Hao Ren bertanya-tanya dalam hati.     

Percakapan dengan mendadak berhenti; Hao Ren tidak bertanya tentang hal lain, dan Xie Yujia juga tidak mengatakan apa-apa.     

Tidak lama, Xie Yujia menyaksikan Hao Ren naik ke atas bus. Kemudian, dia melambai padanya dan pergi. Hao Ren, yang duduk di bus dan menatap bayangan kesepian Xie Yujia, tiba-tiba merasa sedikit kesal.     

"Xie Yujia menunggu pria itu. Itulah mengapa dia begitu bekerja keras dan tidak tertarik dengan hubungan sebelum tahun ketiga."     

Bus itu melaju perlahan. Hao Ren bersandar ke jendela bus dan jatuh tertidur tanpa sadar.     

Dia berjalan ke kamarnya dan pergi tidur segera setelah dia sampai ke rumahnya di pantai. Pada akhir pekan, ia mempekerjakan seseorang untuk memasang tiang basket sederhana di halaman belakang, dan ia kemudian menghabiskan semua energinya bermain bola basket.     

"Apakah Ren baik-baik saja? Dia bermain bola sangat giat akhir-akhir ini." Nenek bertanya pada Yue Yang dengan keprihatinan besar saat mereka melihat halaman belakang dari ruangan di lantai dua.     

"Jangan khawatir; akan ada pertandingan basket minggu depan, dan itulah mengapa dia berlatih begitu keras," Yue Yang menjawab dengan senyum di wajahnya.     

"Aku tidak tahu bahwa Ren kita tahu cara bermain bola basket." Nenek mulai tersenyum. "Bolehkah aku menonton pertandingan bola basket minggu depan?"     

"Bu, kamu tidak tahu apa-apa tentang basket."     

"Siapa yang mengatakan itu? Setidaknya aku tahu kapan Ren membuat skor!" Nenek berkata dengan keras kepala.     

"Baiklah, aku akan membawamu ke pertandingan minggu depan." Yue Yang tidak punya pilihan lain selain mengangguk setuju.     

Nenek adalah bos keluarga; tidak seorang pun yang akan menentang keinginannya.     

Waktu berlalu dengan cepat. Segera, sudah hari Senin lagi. Hao Ren di antarkan ke universitas oleh Yue Yang sambil membawa sekantong besar makanan ringan yang disiapkan oleh Neneknya.     

"Ren, pertandingannya Kamis malam, kan?" Yue Yang bertanya saat dia mengemudi.     

"Ya, pertandingannya dimulai jam tujuh. Ibu yakin mau datang?" Hao Ren bertanya.     

"Tidak hanya ibu tetapi juga nenekmu. Selain itu, aku menelepon ayahmu kemarin dan memberinya ultimatum. Karena itu, dia akan kembali lebih awal untuk menonton pertandinganmu dengan kami," kata Yue Yang.     

Dalam pikiran Hao Ren, dia bertanya-tanya apakah dia mungkin telah menyeret terlalu banyak orang ke pertandingan karena dia bahkan bukan pemain utama. Namun, ia harus bermain keras dan serius dalam pertandingan itu karena bahkan neneknya yang tidak tahu apa-apa tentang bola basket datang untuk menontonnya bermain.     

"Kau harus pergi ke rumah Zi untuk membantunya mengerjakan PR malam ini, bukan?" Yue Yang bertanya lagi.     

"Ya, ada apa?"     

"Tidak ada apa-apa sebenarnya, hanya saja nenekmu sangat merindukan Zi, dan dia ingin mengundang keluarga Zi untuk makan malam," Yue Yang menjelaskan.     

"Ok, aku akan mencoba." Hao Ren mengangguk.     

Hao Ren tahu bahwa neneknya selalu ingin memiliki cucu yang cantik, dan penampilan Zi membuat harapannya menjadi kenyataan.     

Mengenai keinginan besar yang dimiliki Nenek, itu mungkin terlalu ….     

Saat itu baru pukul enam ketika dia sampai di universitas; masih ada waktu bagi Yue Yang untuk kembali bekerja. Hao Ren berjalan melalui area asrama Selatan di luar kampus sambil membawa sekantong besar makanan ringan. Kemudian, dia berjalan menuju Gedung Asrama No. 7.     

"Treet, treet," Telepon di kantungnya mulai bergetar.     

"Siapa yang menelpon begitu pagi?" pikirnya.     

Hao Ren mengeluarkan telepon dan melihat nomor ayahnya di layar.     

"Halo." Hao Ren mengangkat telepon, bertanya-tanya mengapa ayahnya menelepon karena ayahnya berada di Amerika Serikat untuk konferensi saat ini. Tapi setelah menghitung perbedaan waktunya, Hao Ren menyadari bahwa saat itu mungkin senja di sana.     

"Ren!" Suara Hao Zhonghua penuh kegembiraan. Berdasarkan pengalaman masa lalu, dia hanya akan mengeluarkan suara seperti ini ketika dia baru saja melakukan terobosan pada penelitian ilmiah yang sulit.     

"Tebak siapa yang aku temui hari ini ?!" dari sisi lain telepon, Hao Zhonghua bertanya dengan penuh semangat.     

"Siapa?" tanya Hao Ren bertanya lesu.     

"Ayah Wortel Kecil! Apakah kamu masih ingat Wortel Kecil?" Hao Zhonghua sangat bersemangat.     

"Oh, itu dia?" Hao Ren menjadi tertarik. "Bagaimana keadaan Paman?"     

"Dia memulai sebuah pabrik di Amerika. Dia biasanya sangat sibuk, tetapi saya dengar dia bisa menghasilkan lebih dari 300.000 dolar setahun. Dia cukup berhasil," kata Hao Zhonghua.     

"Lalu, bagaimana Wortel Kecil? Dia seharusnya belajar di universitas di sana, kan?" Hao Ren bertanya.     

Dia cukup bersemangat dalam pikirannya. Lagi pula, Wortel Kecil adalah gadis kecil yang sering menghabiskan banyak waktu bersamanya di masa kecilnya. Meskipun ia hanya memiliki kesan yang samar-samar tentangnya, mereka masih memiliki persahabatan yang baik.     

"Kita hampir seusia, jadi dia pasti telah tumbuh dari seorang gadis kecil menjadi seorang wanita sekarang. Apakah dia masih secantik dulu dan suka menangis seperti dahulu?" Hao Ren berpikir.     

"Aku baru saja hendak memberitahumu!" Hao Zhonghua terus berbicara dengan penuh semangat, "Ternyata Wortel Kecil masih di China dan juga belajar di Universitas Lautan Timur!"     

"Ah?" Hao Ren kaget. "Wortel Kecil tidak pergi ke luar negeri dan teman sekolah saya?"     

"Itu karena ketika mereka pindah ke luar negeri, orang tuanya menemukan bahwa lingkungan belajar di Amerika terlalu santai, dan mereka lebih suka gaya pendidikan di China. Oleh karena itu, mereka mengirimnya kembali. Lupakan, aku tidak akan membuang-buang waktu di sini. Bagaimana kalau kau mencari Wortel Kecil karena kalian berdua belajar di Universitas Lautan Timur? "     

"Siapa namanya?" tanya Hao Ren merasa nbersemangat juga     

Dia hanya ingat nama panggilan Wortel Kecil dari semenjak masa kecilnya tetapi tidak pernah tahu nama aslinya. Bahkan Hao Zhonghua begitu terbiasa memanggilnya Wortel Kecil sehingga dia sendiri juga lupa nama aslinya.     

"Akan menyenangkan untuk bertemu seorang teman lama dari masa lalu. Tidak yakin seperti apa Wortel Kecil sekarang …" pikir Hao Ren.     

"Namanya, Xie Yujia." Suara Hao Zhonghua bergema melalui telepon karena dia berada di sisi lain dari lautan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.