JURAGAN ARJUNA

BAB 377



BAB 377

0Bima tertawa mendengar tuduhan ku itu. sepertinya apa yang akukatakan adalah hal yang lucu baginya padahal aku ini benar-benar sangat penasaran dengan dirinya sebenarnya siapa.     
0

"Kangmas kamu ini bisa saja Aku mengatakan itu semua bukan karena aku menerawang atau melakukan ilmu batin apapun, aku hanya meneliti dari bentuk wajahnya dan dari tubuhnya saja. Ya itu benar berarti tebakanku adalah benar tapi jika itu salah ya jangan salahkan aku Aku kan hanya menebak nya saja tidak ada masud lainnya,"     

jawabnya kepadaku enteng benar memang mendengar jawaban yang seperti itu makan apa yang diucapkan benar-benar diluar nalar ku, seorang seperti Bima melakukan gurauan yang sangat ndak jelas aku baru tahu kalau dia memiliki sifat-sifat yang unik juga.     

"Ya sudah, ini sudah terlampau sore. ayo kita kembali ke Kemuning karena kita harus melakukan banyak hal dan perencanaan sebelumnya kita juga harus menunggu telepon dari Purwokerto tentang kabar baik yang akan kita terima nanti,"     

aku melihat langit sudah mulai menguning, matahari sudah mulai berjalan ke ufuk barat. ini emang sudah terlampau sore, Kalau kami ndak segera kembali ke Kemuning aku yakin besok pagi atau tengah malam kita baru sampai. aku pun bergegas berdiri dan orang-orang yang ada di sekitarku pun ikut berdiri, mereka agaknya sedih karena mungkin aku tinggal lagi.     

"Ya sudah kami pamit dulu kami harus segera ke Kemuning untuk mengatur strategi baru agar masalah ini lekas selesai. nanti saat semuanya sudah kembali membaik aku akan datang ke sini lagi kalian ndak perlu cemas akan hal itu,"     

"kalian juga harus hati-hati dalam perjalanan pulang bisa jadi orang-orang jahat itu masih ada di sekitar sini untuk sekadar mengintai dan memata-matai gerak-gerik kalian selama ada disini. atau hal yang lebih parah daripada itu adalah mereka telah merencanakan sesuatu hal jahat untuk membuat kalian celaka di dalam perjalanan pulang." manis tampak sangat cemas kepadaku juga Bima.aku tahu kalau kecemasannya ini sangat berdasar siapa toh yang gak akan cemas, kalau suami serta adik ipar nya akan pergi kembali ke medan perang. mungkin jika dia bisa dia kan melarangku pergi tapi bagaimana lagi tugas tetaplah tugas aku harus segera kesana sebelum semuanya terjadi apa-apa.     

manis pun kembali memelukku, kemudian dia menyentuh pipiku, pandangannya tampak nanar, senyumnya pun tampak memudar. tapi aku akan terus mencoba untuk menenangkan hatinya jika aku disana akan baik-baik saja.     

"Aku pergi dulu sayang dan tunggulah aku kembali doakan aku agar selalu sehat dan kuat dalam menjalani masalah ini, "     

setelah itu kami pun berpamitan kemudian aku dan Bima pergi. melanjutkan perjalanan panjang kami menuju ke Kemuning di sepanjang perjalanan sesekali Bima tampak menebarkan pandangannya di jalanan yang cukup petang yang bahkan tidak terlalu jelas dengan penerangan.barangkali dia ingin memastikan apakah benar orang-orang dari jiwa itu tidak ada satu pun yang mengikuti kita. atau kalau ndak begitu dia ingin memastikan sesuatu yang lainnya.     

"ternyata apa yang menjadi firasat Mbak manis itu benar adanya kangmas lihatlah yang memakai motor yang berada di belakang kiri kita itu,bukankah itu orang-orang yang tadi yang mengintai kita mulai dari Kemuning sampai pasar Purwokerto. yang aku herankan bagaimana dia bisa tahu kita berada di titik ini padahal tadi saat kita berada di Semarang sepertinya dia dan yang lainnya tidak mengikuti kita sama sekali. ataukah sama padi dia hanya menunggu dengan memerhatikan plat mobil kita dari tepi jalan, dan saat mereka melihat mobil kita, mereka bergegas mengikuti kita kembali.kurasa mereka mereka ini memiliki pendirian yang sangat teguh atas angin bodohnya sekadar begitu patuh dengan Sujiwo. sebab kalau dihitung-hitung bukankah perjalanan kita sangat lama sekali tadi, apa mereka tidak lelah memperhatikan satu demi satu mobil yang lewat hanya demi menangkap kita berdua."     

"Bima, apa kamu ndak merasa aneh? coba saja bayangkan kalau semuanya mereka berniat hanya mengikuti bukankah seharusnya mereka sudah pergi dari tadi? yang mereka butuhkan hanyalah mengikuti sampai di mana kita pergi bukankah seperti itu yang seharusnya? tapi mengapa mereka harus menunggu kita kembali bahkan dalam waktu yang selama ini apa kamu ndak berpikir jika ini adalah hal yang aneh? apakah mereka memiliki maksud lain? atau jangan-jangan benar jika mereka ingin mencelakai kita, bisa jadi komplotan yang lainnya telah merencanakan suatu jebakan untuk merusak mobil kita atau malah yang lebih parah daripada itu adalah mereka menyewa sesuatu untuk menabrak mobil kita?"     

mendengar Aku mengatakan hal itu bukannya malah panik ataupun tegang Bima malah kembali tertawa. sontoloyo benar pemuda satu ini bagaimana bisa dia tampak begitu santai disaat ada situasi yang sangat buruk seperti ini?     

"sepertinya kamu sini terlalu banyak menonton pewayangan pewayangan yang sangat jahat, sehingga yang ada di otak Kangmas adalah potongan-potongan dari adegan-adegan jahat yang sangat mengerikan. kang Mas ini tenang saja ada aku semuanya akan baik-baik saja. tidak akan pernah terjadi apa-apa kepada kita sampai kapanpun itu,"     

aku berdecak mendengar ucapannya yang sombong setengah mati itu seolah-olah dia adalah seorang Gusti Pangeran, yang sangat tebal dan ndhak bisa dibunuh oleh siapapun yang ada di dunia ini. padahal dia ini hanyalah seorang Bima seorang pemuda Jakarta yang sangat menyebalkan. rasanya benar-benar aku ingin merobek mulutnya yang menyebabkan itu.     

"kang mas lihat dua mobil hitam yang ada di belakang kita, mereka adalah orang-orang ku yang sedari berangkat tadi mereka sudah berada di belakang kita untuk melindungi kita. dan aku yakin kamu tidak akan pernah sadar karena yang kamu perhatikan hanyalah kumpulan orang-orang tidak jelas itu yang sedang mengikuti kita kemanapun kita pergi. jadi itulah sebabnya aku penyombongan diri. bukan karena aku kebal dari maut ataupun Aku adalah sosok yang bisa hidup abadi. bukan, bukan sama sekali. Aku cukup percaya diri karena aku sendiri memiliki kemampuan bela diri yang cukup mumpuni, ditambah lagi dengan mereka. yang ada bukan kita yang mati tapi mereka yang mati konyol karena mengantarkan nyawa. coba saja mereka suruh untuk macam-macam kepada kita, atau coba saja dulu mereka untuk menjalankan aksi konyol. maka yang berbicara bukan lagi mulut atau pun sebuah pukulan-pukulan yang menyakiti mereka. akan tetapi timah panas yang akan menembus sampai ke jantung mereka. dan mereka bukan hanya sekedar sekarat,atau pun terluka ringan dan lain sebagainya. tetapi mereka akan langsung mati ditempat dengan cara yang sangat mengenaskan. karena orang-orang ku itu bukan hanya sekedar orang suruhan yang pandai beladiri, akan tetapi segerombol mafia yang bisa membunuh orang tanpa pernah meleset sedikitpun,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.