JURAGAN ARJUNA

BAB 381



BAB 381

0Aku ndak bisa berkata apa-apa setelah mendengar jawabannya yang sangat polos itu. jadi dia mengambil jalan ini bukan karena dia tahu kalau jalan ini pasti akan menuju ke arah Kemuning, tapi hanya karena jalan ini searah dengan jalan yang tadi kita lewati. duh Gusti Bima ini benar-benar kenapa ada orang menyebalkan, kenapa ada orang seperti dia hidup di dunia ini. kalau nanti kita sampai kesasar dan ndak bisa pulang bagaimana? mungkin menurutnya kesasar adalah hal yang sangat menyenangkan, mengingat dia adalah orang gunung yang sukanya mencari jalan-jalan baru untuk dia bisa pulang.     
0

"kamu ini adalah manusia yang sangat sakti sekali. bagaimana bisa kamu mengambil jalan yang sama sekali kamu ndak yakin kalau ini adalah jalan kita menuju Kemuning? kalau sampai kita kesasar bagaimana? kita harus pergi ke mana lagi? duh Gusti Bima, Bima aku benar-benar ndak paham dengan apa yang kamu pikirkan. caramu menyelesaikan masalah itu benar-benar sangat ekstrem," keluhku kepadanya. pada akhirnya dia malah tertawa mendengar ucapanku, dan dia masih melajukan mobilnya dengan mantap dan kencang. kira-kira kita akan berakhir sampai mana pun aku ndak tahu atau maaf kita akan bermalam di jalan sampai pagi menjelang karena kita tidak tahu arah jalan pulang.     

"kang Mas... kang Mas apa gunanya kita punya mulut, kenapa kita terlalu takut untuk kesasar. kalau semuanya jalan ini tidak menuju ke arah Kemuning, kita bisa tanya kepada orang-orang yang ada disekitar kan? lagipula aku sudah terbiasa mencari jalan-jalan kecil seperti ini agar setidaknya aku tahu apakah jalan-jalan seperti ini bisa aku lewati jika mungkin situasinya genting dan jalan utama tertutup, dan selama ini apa yang kulakukan selalu benar aku tidak pernah keliru aku selalu sampai tujuanku dengan mengikuti instingku."     

"oke mari kita sekarang mempercayai semua instingmu yang sangat sempurna itu, aku akan diam dan melihat bagaimana akhirnya. kita sekarang apakah kita akan menemukan jalan ke Kemuning atau hanya berputar-putar atau malah yang lebih parah daripada itu adalah kita kesasar ke dalam hutan."     

dan benar saja jalan yang kami lalui benar-benar sangat mengerikan sudah beberapa jam kami melajukan mobil jalanan yang awalnya lebar itu kini perlahan dengan banyak cabang-cabang jalan lainnya yang benar-benar membuat bingung Bima agaknya tampak ragu sesekali dia berhenti di pertigaan ataupun perempatan untuk sekadar meyakinkan diri jalan mana daripada jalan-jalan baca bang itu yang harus dilewati hingga saat akhirnya kita berada di sini di sebuah jalanan yang hanya muat untuk dilewati satu mobil bahkan jalanan ini cukup jelek karena masih penuh dengan bebatuan.terlebih laki lampu-lampu yang ada di kanan kiri pelan-pelan jumlahnya semakin sedikit dan menghilang ini benar-benar tidak baik sepertinya kita benar-benar sudah kesasar selalu terlalu jauh dari pemukiman warga untuk kemudian Bima mulai menyadari sesuatu lalu dia menghentikan mobilnya dengan mimik wajah emosinya Aku sama sekali tidak merasa jika hari ini adalah sebuah hal yang sangat lucu atau kehendak menertawakan kekalahannya atas apa yang telah dia yakini hanya saja melihat dia yang tidak menuruti ucapanku seolah-olah ingin membuatku memberi pelajaran kecil kepadanya.     

"nah kita kesasar toh sekarang kita ini ada di mana? kanan kiri hutan dan di depan juga hutan bahkan hutan ini benar-benar sangat mengerikan. kalau kita lanjut memaksakan diri ke depan aku takut bukan malah sampai ke Kemuning kita malah akan nyasar ke mana-mana dan nggak bisa pulang untuk selamanya."     

kulihat Bima tanpa menggaruk tengkuknya kemudian dia tersenyum hambar kearahku, kupalingkan saja wajah ku dari wajahnya yang menyebalkan itu, karena aku merasa sangat sebal atas keras kepalanya itu.     

"lalu sekarang kita harus bagaimana apakah kita langsung putar balik saja kang Mas? mumpung kita masih belum terlalu jauh melewati rumah-rumah penduduk.nanti kita akan bertanya kepada mereka mana jalan yang menuju ke arah kemuning sebenarnya."     

"di tengah malam seperti ini apakah ada manusia yang masih berada di luar untuk kita tanya-tanyai? yang ada hanya para lelembut yang bergentayangan sampai pagi tiba."     

"benar juga apa yang kamu katakan ini sudah lewat tengah malam di tengah hutan seperti ini mana manusia yang bisa kita tanya-tanya? mereka pasti sudah pada pulang ke rumah mereka masing-masing dengan akan kembali beraktivitas keesokan paginya. lagipula bahkan pagi sampai siang pun aku juga rapuh disini ada manusia yang lewat atau tidak."     

"Ya sudah langkah pertama yang harus kita tempuh adalah untuk cepat-cepat keluar dari tempat ini mencari jalanan yang cukup besar yang padat rumah-rumah warga, setelah itu kita kembali saja ke jalan utama. kita ndak mungkin akan bertaruh lagi untuk mencari jalan yang bahkan kita ragu di mana jalan yang benar kita harus kembali ke jalan utama agar lekas bisa pulang. malam sudah larut begini kemungkinan kalau kita lekas kembali ke jalan utama tadi menjelang pagi kita sampai ke Kemuning semoga saja perkiraan kita ndak meleset,"     

Bima akhirnya mengangguk patuh sekarang dia ndhak protes dalam hal apa pun lagi. dia melajukan mobilnya dengan semakin kencang setelah putar menuju ke jalan sebaliknya. lama mobil ini melaju, bahkan mata ini benar-benar ndak bisa diajak kompromi untuk sekadar membuka lebar-lebar. aku benar-benar sudah sangat ngantuk tapi aku juga kasihan dengan Bima, sedari berangkat dialah yang mengemudi mobilnya dan aku hanya bisa diam disampingnya sambil terus menyalahkannya. seharusnya aku ndak seperti ini. seharusnya aku menggantikannya mengemudi agar dia bisa beristirahat sejenak saja.     

"Bima kamu berhentilah lalu kita tukar posisi sedari tadi pagi kamu terus yang mengemudi kamu bukan abdi dalem ku kamu adalah adikku bagaimana bisa aku membiarkanmu lelah sendiri. ayo hentikan mobilmu kamu istirahat sejenak aku akan membawamu ke Kemuning segera."     

"tapi aku lebih muda dari padaMu Kangmas stamina aku pasti jauh lebih besar daripada mu Aku lelah tapi aku juga yakin jika kamu juga sama lelah, bagaimana bisa aku membebankan masalah ini kepadamu tapi aku malah tidur sendiri yang seperti itu?"     

dia ini benar-benar, bahkan hanya masalah kecil seperti ini pun, sampai diperhatikan sedetil mungkin.     

"asal kamu tahu selama perjalanan yang tidak ada gunanya itu aku sudah tidur berjam-jam lamanya. jadi tenagaku cukup kuat untuk sekadar menggantikanmu mengemudi.sudah hentikan saja mobilnya kita ndak usah banyak berdebat lagi. aku sudah lebih dari tahu kalau kamu itu sangat lelah, dan kamu istirahat lah. besok kita akan melakukan hal-hal yang akan lebih berat daripada ini. jadi jangan menghabiskan tenagamu dalam satu hari ini kamu harus hemat energi. berhenti turuti perkataan,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.