JURAGAN ARJUNA

BAB 388



BAB 388

0dan setelah beberapa saat kami berjalan, akhirnya kami melihat sebuah mobil sedan yang nggak asing melintas melalui jalan raya ini. kami pun menoleh secara serentak, sampai saatnya kami sadar jika si pengemudi mobil itu adalah Pak Sobirin.     
0

"Pak Sobirin!!"     

teriak kami secara bersamaan sambil berlari mengejar mobil itu, kami benar-benar berharap kalau paklek Sobirin mendengar teriakan kami. terlebih jalanan sekarang yang sangat lenggang jadi kurasa dia cukup memiliki pendengaran bagus untuk sekadar mendengar teriakan kami yang kelewat kencang. namun kurasa kali Sobirin cukup tuli untuk mendengar teriakan kami, lihat saja itu mobil tetap melaju dengan kencangnya dan bahkan ndhak melihat kanan kiri. awas aja nanti aku pasti akan memotong gajinya dan akan ku ambil semua kerbau yang ada di kandang. kalau ndak begitu aku akan membakar kerbaunya sekandang itu biar jadi kerbau panggang dan hangus sekalian.     

kami menghentikan larian kami, karena kami rasa apa yang kami lakukan telah percuma. meskipun kita berlari sampai kaki kita lepas dari tempatnya pun, kurasa mobil itu akan tetap melaju lebih kencang dan kencang lagi.     

"kurang ajar sekali paklek Sobirin ini, apa dia tidak melihat kita 3 manusia yang besar-besar seperti ini. kita juga bukan semut yang tidak bisa dilihat dari jarak dekat, dengan teriakan kita yang sudah melengkung seperti burung kutilang, kenapa orang tua busuk itu masih saja tidak mendengar teriakan kita? lalu apa gunanya dia ke sini kalau untuk menjemput kita saja tidak bisa. dasar menyebalkan sekali!" marah Bima sambil mengumpat-umpat dan meneriaki Pak Lik Sobirin yang bahkan ndak akan mendengar umpatan-umpatan nya itu.     

"kurasa Sobirin ke sini sambil ngelindur, itu sebabnya dia sampai ndak bisa mendengar apa yang kita teriakan. aku bener-bener ndak paham kok ya ada manusia tulis seperti dia ada di dunia ini," timpal suwoto, Bima dan suwoto pun tampak kesal. dan aku juga merasakan hal yang sama. kenapa paklik Sobirin menjadi ndak berguna sama sekali di saat kami benar-benar sangat membutuhkannya.     

"Ya sudahlah kita marah-marah di sini pun akan percuma, toh orang tua ndak tahu diri itu ndak akan pernah mendengarkan umpatan kita. lebih baik kita berjalan menuju perbatasan kemudian kita mencari alat transportasi yang sekiranya bisa sampai ke Kemuning dengan segera,"     

sebelum kami melangkah kami melirik ke arah belakang dan mobil sedan itu pun mundur ke belakang. sebongkah senyuman tersungging jika dua sudut bibir kami, seolah kami telah menemukan surga dari neraka yang beberapa hari ini kami lalui.     

kami bertiga melompat kegirangan, persis seperti anak kecil yang telah mendapatkan permen yang dia inginkan. hanya dijemput seperti ini saja, bagaimana bisa rasanya menjadi sangat indah luar biasa. duh Gusti terima kasih kamu telah mengirimkan Pak Lik Sobirin untuk datang ke sini. jika kalau ndak, aku sendiri ndak akan tahu bagaimana nasib kami bertiga setelah semua ini terjadi.     

"juragan Arjuna, juragan Bima, suwoto!" panggil Pak Lik Sobirin dengan wajah berbinar nya, seolah menemukan kami sama halnya dengan menemukan permata yang sangat berharga. dia langsung keluar dari mobil kemudian memeluk kami satu persatu, senyumnya mengembang begitu lebar dengan Titian air mata yang berada di sudut matanya. "duh Gusti, hampir saja aku merasa putus asa dan menyerah. hampir saja aku merasa pasrah dan takut jika aku ndak akan pernah menemukan kalian.sebab dari perjalanan keluar dari Kemuning dan mulai memasuki Kota Purwokerto semuanya terasa aneh. mobil-mobil berjalan berlalu lalang seperti biasanya, namun saat melewati jembatan yang ada di ujung sana suasananya menjadi berubah, aku menjadi bingung dan linglung, mendadak mobil-mobil yang aku lewati dan berlalu-lalang sedari tadi hilang entah kemana. dan itu sempat membuatku panik, aku merasa mulai ada yang ndak beres disini, meski aku sendiri pun ragu apa yang aneh di perjalanan ini. sampai saatnya Aku mengingat ucapan dari juragan Adrian waktu beliau masih hidup dulu. jika kita berada di satu titik dan titik itu terasa aneh bagi kita, itu tandanya kita sedang disesatkan oleh makhluk-makhluk ndak kasat mata. dan akupun diberi amalan untuk kubaca selama 7 kali tanpa bernafas. dan setelah aku membaca amalan itu, benar memang masih ndak ada mobil yang berlalu lalang. tapi aku melihat ada plang besar ar-rayyan tampak jelas menutupi jalanan. jika jalanan ini sedang rusak dan dalam perbaikan. meski aku ragu jika mungkin jalanan itu benar-benar sedang diperbaiki, tapi aku tetap mencoba untuk berjalan dan menyusuri jalanan ini. ndak tahu kenapa aku merasa kalau aku akan menemukan sesuatu di sini. dan benar saja aku menemukan kalian di sini juga. itu berarti firasatku ndak salah sama sekali, jika kalian sedang dikerjai oleh sosok yang ndak kasat mata. itu sebabnya kalian seolah-olah berputar-putar saja di tempat dan ndak bisa keluar kemana-mana. tapi yang membuatku lebih heran adalah, suwoto ini, bukankah dia itu abdi dalem yang paling sakti. kenapa dia sampai ikut-ikutan terjebak di sini dan ndak bisa untuk keluar dari sini. jika untuk mengatasi masalah seperti ini saja suwoto ndak mampu, lalu bagaimana kalau dia menghadapi masalah yang lebih dari ini. ini membuktikan kalau musuh kita bukanlah orang yang sembarangan, satu pergerakan dia saja bahkan bisa memporak-porandakan Kalian bertiga. apalagi kalau mereka sampai mengeluarkan jurus jurus andalan mereka, yang ada kita akan mati sebelum peperangan ini dimulai."     

apa yang dikatakan Paklik Sobirin benar-benar masuk akal, jika suwoto saja ndak lolos dalam jebakan yang termasuk ringan ini, lantas bagaimana jadinya jika suatu saat nanti sudjiwo mengerahkan semua kekuatannya untuk mengobrak-abrik kami. yang ada kita akan menjadi bulan-bulanan mereka, dan menjadi topeng monyet bagi mereka. dan mereka akan menertawakan kita karena kebodohan kita. dan Aku juga yakin seyakin-yakinnya kalau saat ini juga mereka telah menertawakan kita. mereka pasti mengintai entah dari sudut mana apa yang kita lakukan dan alami sekarang di sini. kurang ajar memang,ilmu perdukunan bahkan lebih mengerikan daripada ilmu beladiri tingkat manapun.     

"bagaimana aku bisa konsentrasi, disaat pikiranku saat itu udah bercabang-cabang karena dua juragan ini bahkan endak percaya kalau aku ini manusia. ditambah lagi lihatlah wajahku ini, aku dipukulin sampai babak belur dan kepala aku pun dipukuli sampai rasanya sakit sekali. bagaimana aku harus bisa konsentrasi jika badanku sakit semua gara-gara mereka," keluh suwoto membela diri. sambil terus memegangi kepalanya yang aku yakin pasti benar-benar sangat sakit. bagaimana ndak sakit lawong aku dan Bima memukul kepalanya sekuat tenaga. Untung saja kalau kepalanya itu ndak berdarah, atau untuk saja kalau orang itu ndak pingsan.     

"ya sudah kita jangan membahas apapun di sini, karena aku yakin mata-mata itu masih mencintai kita. kita harus pulang dulu kemudian kita memikirkan langkah selanjutnya,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.