JURAGAN ARJUNA

BAB 389



BAB 389

0Bima menengahi kami kemudian kami segera bergegas untuk pergi, sementara suwoto, tampak diam sejenak kemudian komat-kamit sambil menghentakkan kakinya tiga kali ke tanah. lalu kemudian dia mengikuti langkah kami masuk ke dalam mobil. kami akhirnya pergi kembali ke Kemuning. benar-benar sebuah perjalanan yang sangat menyebalkan perjalanan yang hampir membuatku gila karena ndak bisa membuat pikiranku jernih sama sekali. mereka sepertinya sangat tahu betul tentang kami, tentang apa yang kamu takuti. mungkin itu sebabnya kami bisa jatuh sampai seperti ini. dengan menyerang kelemahan kami mereka membuat kami lengah dan kehilangan kewaspadaan kami. dan disitu mereka mulai menyerang bertubi-tubi dari beberapa. yang endak kami sadari. musuh kami saat ini memang bukanlah musuh sembarangan, bisa dikatakan musuh kami adalah musuh yang paling mengerikan yang pernah kami hadapi selama ini.     
0

"omong-omong suwoto apa yang kamu lakukan tadi? kenapa kamu tampak komat-kamit sambil menghentakkan kakimu 3 kali ke tanah? apakah kamu memiliki cita-cita untuk melepas rindu dengan tempat terkutuk itu? atau kamu sekadar ingin mengucapkan selamat tinggal?" godaku kepada Suwoto, yang berhasil membuat Bima dan paklek Sobirin tertawa terbahak-bahak dibuatnya.     

suatu hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum simpul. "Aku ini bukan an-nur mengucapkan selamat tinggal kepada tempat itu Juragan. hanya saja Aku ingin mengerjai balik orang-orang yang telah mengerjai kita, biar mereka ndak tahu u kalau kita sudah pergi dari sana.dan biarkan mereka menunggu sampai mereka tua di tempat persembunyian mereka karena mengira kita masih tersesat di sana dan bisa kembali pulang,"     

"katamu kepalamu pusing kok ya masih sempat-sempatnya mengerjai mereka? tapi aku juga sangat setuju dengan apa yang kamu lakukan, biarkan mereka merasa trauma dan kalau bahkan biarkan mereka merasa sadar diri tentang siapa musuh yang mereka lawan sebenarnya."     

akhirnya percakapan-percakapan itu terus kami lontarkan secara timbal balik,bahkan waktu pun berjalan dengan sangat cepat tanpa kami sadari. dan saat ini kami sudah berada di ngargoyoso, sebentar lagi kami akan kembali ke Kemuning. wah rasanya sangat rindu dengan kampung asriku itu. rasanya aku rindu mencium segarnya aroma udara dari perkebunan teh yang membentang di sana. kurebahkan punggungku dan ku pejamkan rapat-rapat mataku untuk sekadar mengenali aroma dari kecamatan Kota ku ini. untuk setelahnya aku malah ketiduran dan berakhir kami sudah sampai di kemuning tanpa aku sadari. aku keluar dari mobil dan di depan rumah sudah ada paklek Juned, Simbah, Romo dan juga biung. mereka tampak begitu cemas bahkan mimik wajah tegang nya itu tampak kentara dengan begitu nyata. saat kami berempat keluar dari mobil, mereka langsung berlari menuju ke arah kami. memadu kami secara bergantian dengan linangan air mata mereka. aku yakin,orang-orang yang paling cemas bukankah kami yang berada di dalam keadaan seperti itu kemarin. akan tetapi merekalah yang sedang menunggu kami yang pasti cemas melebihi apa yang kami rasakan. dan kurasa setelah mereka mengetahui Kalau kami dalam keadaan sehat-sehat saja, mereka bisa lega.     

"syukurlah Gusti kalian pulang dengan selamat, biyung benar-benar ndak bisa saya membayangkan bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi kepada kalian. kalian berjanji kepada kami untuk berada di rumah sore hari, tapi bahkan sampai dini hari tadi Kalianda datang sama sekali. tahukah kalian betapa cemasnya kami disini, bahkan aku beberapa kali menyuruh suwoto untuk menjemput kalian. namun sayang seribu sayang, suwoto malah ikut-ikutan menghilang dan ndak kembali tanpa kabar. untungnya masih ada Sobirin orang yang sudah di mandati suwoto tentang keadaan darurat yang harus dilakukan. jadi pagi-pagi sekali aku sudah menyuruhnya untuk ke Purwokerto untuk menjemput kalian dan memastikan kalian dalam keadaan sehat dan selamat. dan akhirnya kalian datang juga kalian telah kembali dengan selamat sampai ke rumah ini,"     

"anak laki-laki itu harus kuat,jika masalah yang seperti itu saja kalian ndak mampu untuk menyelesaikannya, lantas untuk masalah-masalah penting lainnya kalian bisa menyelesaikannya dengan cara apa?malah aku pikir mungkin kalian hanya akan tinggal nama saja yang dikenal oleh penduduk kampung bukan sebagai pahlawan atau sesuatu yang bisa dibanggakan, akan tetapi kalian akan menjadi bahan ejekan oleh penduduk-penduduk yang ada di sini,"Romo Nathan pun bersuara sambil melipat kedua tangannya di belakang punggung dia meneliti ke arahku, mungkin tujuannya satu ya itu dia memang benar-benar khawatir, tapi terlalu tinggi hati untuk sekadar mengatakan perasaan cemas nya itu kepada kami.makanya dia melihat ke arah kami dengan cara seperti itu, karena dia ingin memastikan dengan mata dan kepalanya sendiri Kalau kami benar-benar selamat, dan ndak cacat satu apapun. "lagi pula suwoto ini, yang katanya sakti mandraguna yang ndak bisa dikalahkan oleh siapapun, bagaimana bisa dia malah yang paling luka-luka dengan cara seperti ini? apakah dia yang terlalu merasa sok pahlawan sehingga mengeroyok banyak orang-orang jahat untuk melindungi juragannya tanpa peduli kalau dia sedang dipukul dengan cara bertubi-tubi? suwoto... Suwoto, kamu ini benar-benar seorang abdi yang ndak bisa dibanggakan sama sekali. sepertinya aku harus mencari abdi lain yang memiliki kekuatan yang nyata bukan hanya omong kosong semata sepertimu ini,"     

sepertinya Romo Nathan sudah kembali seperti semula, lihatlah bagaimana dia mengatakan hal itu dengan tanpa dosa? meledek dan menjatuhkan orang dengan wajah yang sangat mengerikan. seolah-olah ndak ada orang lain yang patut untuk disegani selain dirinya. tapi aku juga ndak peduli terlebih setelah melihat paklik Sobirin membawa suwoto untuk masuk ke dalam rumah, untuk mendapatkan perawatan atas luka luka yang dia dapatkan.     

"sebenarnya kejadiannya bukan seperti itu Romo, suwoto terluka itu bukan karena melawan para kaki tangan Sujiwo. akan tetapi dia babak belur seperti itu karena aku dan kang Mas Arjuna memukulinya secara bertubi-tubi jadi dia sampai terluka separah itu," mendengar hal itu Romo Nathan malah tertawa terbahak-bahak seolah-olah apa yang dikatakan oleh Bima itu adalah hal yang sangat lucu. padahal kalau dipikir-pikir memang benar juga, itu adalah hal yang lucu bagi kami tapi merupakan hal yang sangat menyebalkan bagi suwoto saat itu.     

"kenapa kalian sampai bisa memukulinya? apa kalian ndak bisa mengenali abdi kalian sendiri? atau apa yang telah orang itu lakukan kepada kalian sampai kalian membuat babak belur orang jelek itu?"     

"sebenarnya ini adalah jawaban yang sangat klise romo," kubilang menjawab pertanyaan dari Romo Nathan. "karena waktu itu kami secara ndak sengaja tersesat ke dalam hutan larangan. dan pastinya Romo juga tahu kan bagaimana angkernya hutan larangan itu, dan di saat kami hendak keluar tiba-tiba di depan kami sudah ada suwoto yang berdiri di tengah jalan sendirian di tengah malam seperti itu. jadi romo bisa bayangkan saja bagaimana reaksi kami melihatnya waktu pertama kali kami di jalan waktu itu,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.