JURAGAN ARJUNA

BAB 393



BAB 393

0"aku ini tipikal orang yang ndak mudah percaya dengan siapapun yang kulihat adalah bukti, dan aku ndak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah, asalkan bukti itu mengarah ke 1 orang maka aku anggap orang itulah pelakunya. dan tentunya kamu sendiri juga tahu jika bukti-bukti itu mengarah hanya kepadamu, jadi berhentilah untuk membela diri apalagi berdalih jika cucu mu saat itu sedang sakit. siapa yang akan percaya? toh ucapan bisa jadi rekayasa, sama saja seperti sebuah kesaksian seseorang yang ada dalam sebuah persidangan. meski mereka sebelum mengatakan kesaksiannya disumpah dulu untuk berkata sejujurnya, tapi banyak dari mereka yang malah mengatakan sebaliknya. karena apa? karena mereka mau selamat sendiri dan mau untung atas kejadian tersebut,"     
0

aku bisa melihat orang tua itu tampak menunduk dia kemudian tersenyum getir setelah mendengar ucapan dari Romo. mungkin bagi sebagian orang ucapkan Romo kali ini benar-benar bukan seperti ucapkan Romo yang sebenarnya. karena dalam hidupnya belum pernah dia sekalipun menuduh seseorang yang tanpa menyelidikinya terlebih dahulu, apalagi hanya ada sebuah bukti keris pusaka itu tergeletak di kamar dari abdi tua itu, adalah sesuatu yang sangat janggal dan benar-benar belum bisa untuk dikatakan sebagai barang bukti konkrit. jadi aku rasa Romo benar-benar aneh hari ini. dan yang paling membuatku bingung adalah dia aneh kenapa? apakah ada sesuatu yang disembunyikan? ataukah malah ada sesuatu yang direncanakan di belakangku dan di belakang orang-orang kepercayaannya?     

"jadi sekarang semuanya sudah jelas untukku juragan, dan aku akan menerima apapun hukuman yang telah juragan tetapkan untukku. jika memang aku sudah ndak layak untuk tinggal di sini dan ndhak layak untuk mengabdi lagi denganmu juragan. maka dengan senang hati aku akan pergi dari sini. namun begitu perlu juragan ketahui, sebenci apapun juragan kepadaku saat ini, percayalah di mataku juragan adalah sosok yang sangat luar biasa. sosok yang selalu menjadi idola, dan sosok yang selalu kubanggakan dimanapun Aku berada.Aku juga ingin berpesan kepada mu juragan, jangan pernah berubah,tetaplah menjadi seorang juragan yang arif dan bijaksana. yang selalu disukai masyarakatnya, dan selalu mengayomi abdi dalemnya."     

romo tampak begitu diam dia ndak mengatakan apapun selain memandangi ke arah para abdinya secara satu persatu. untuk kemudian dia kembali memandang ke arah Abdi tua itu itu sambil memicingkan matanya. sorot matanya tampak tajam tapi aku sama sekali ndak bisa melihat satu titik kebencian pun yang ada di dalam matanya. dan bukankah mata adalah jendela hati?jika aku ndak menemukan kebencian lantas apakah benar kalau ini hanyalah sandiwara semata?     

lalu apa yang harus aku lakukan?apakah aku hanya akan tinggal diam di sini seperti orang bodoh? ataukah aku harus mengikuti alur dan pura-pura masuk ke dalam drama yang bahkan aku ndak tahu bagaimana awal dan akhirnya.     

"promo sebenarnya apa yang telah terjadi ini? bagaimana bisa pagi-pagi sekali Romo sudah membuat keributan di balai tengah seperti ini. menghakimi seseorang yang sudah tua aku rasa itu bukanlah gaya Romo. akan tetapi setelah aku mendengarkan dengan seksama, hal itu kiranya juga bukanlah sebuah kesalahan kecil yang bisa dimaafkan begitu saja. akan tetapi saranku sebelum promo memutuskan sesuatu terlebih memberi hukuman kepada seseorang, bukankah seharusnya Romo harus mencari tahu terlebih dahulu tentang siapa yang benar-benar melakukannya. bisa jadi pengakuan dari Abdi tua ini adalah benar adanya. dan jika itu sampai terjadi promo pasti akan merasa sangat malu karena telah menuduh orang yang sama sekali bukan melakukan kejahatan itu," kataku seolah membubuhi garam di atas luka. kemudian aku berjalan melangkah ke arah satu persatu dari Abdi yang ada di sana, mereka tampak menundukkan kepalanya dalam-dalam, dan ada pula yang sedang berbisik-bisik akan tetapi bisikan itu terkesan sangat mencurigakan. bukan perkara isi bisikannya, akan tetapi perkara gaya bahasa tubuhnya yang sangat mencurigakan.Aku cukup penasaran dengan mereka berdua ini. apakah mereka berdua ini ada kaitanya dengan sosok yang tadi kulihat yang ada ada di belakang balai tengah,kemudian dia mengendap-endap keluar dari sini ataukah mereka berbeda tujuan meski sama-sama melakukan kejahatan? entahlah, kenapa semakin lama semuanya semakin rumit. bahkan belum juga kasus Sujiwo selesai muncul lagi kasus-kasus yang lainnya yang ada di dalam rumah. padahal aku rasa selama ini hubungan antara Juragan dan Abdi sangat lebih dari harmonis seperti halnya hubungan antara keluarga. namun begitu pula aku juga paham, karena sama halnya dengan keluarga, hubungan itu kadang-kadang biasanya ada salah satu yang menjadikannya retak karena salah satu diantaranya itu memiliki pemikiran dan sifat yang berbeda.     

"paklik, kali ini aku sedang malas untuk berbasa-basi. jadi kurasa keputusanku itu sudah benar-benar jelas dan cukup gamblang untuk kamu mengerti. sekarang yang ke masih lah barang-barangmu dan silakan keluar dari rumah ini untuk selama-lamanya. karena aku ndak mau memiliki Abdi dalem seorang pencuri yang sangat mengerikan sepertimu. Aku ndak mau membiarkan seorang pencuri ada di dalam rumahku. jadi lebih cepat kamu pergi akan jadi lebih baik daripada kamu hanya tinggal di sini dan membuat mataku sakit."     

setelah mengatakan itu,Abdi tua itu langsung berjalan dengan wajah muram nya melangkah keluar dari balai tengah. aku bisa melihat betapa terpukulnya Abdi dalem itu. keputusan sepihak yang telah Romo buat benar-benar telah menyakiti hati abdi itu. dan entah kenapa aku merasa ikut sedih saat melihat wajah murung nya terlihat dengan begitu sangat nyata. jika ini benar sebuah keputusan dari Romo, Aku hanya ingin meminta maaf kemudian aku ingin mencari tahu kebenarannya. namun jika itu adalah sebuah siasat aku juga ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi sampai Romo berbuat sejauh ini pasti ada sesuatu hal yang buruk yang terjadi sampai ada insiden yang sangat menyakitkan seperti ini.     

setelah kepergian dari Abdi tua itu semua orang yang ada di balai tengah pun memutuskan untuk kembali ke tempat mereka masing-masing. dan kini hanya tinggal aku berdua dengan Romo yang masih saling diam. aku yang masih bingung ingin berkata apa atau malah aku ingin memastikan jika disini sudah benar-benar sepi pun akhirnya hanya bisa menyapu seisi ruangan ini dengan pandanganku yang penuh menyelidik. sementara Romo masih diam di tempatnya, sambil membaca buku dan seolah apa yang telah dia lakukan bukanlah sesuatu perkara yang sangat besar.saat ku pastikan jika di ruangan ini hanya benar-benar tinggal kami berdua, akupun memutuskan untuk mendekat ke arah Romo. dan memandang Romo sekilas kemudian kami tersenyum.     

"sandiwara apa yang sebenarnya telah Romo lakukan ini?" tanyaku pada akhirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.