JURAGAN ARJUNA

BAB 351



BAB 351

0"Aku benar-benar masih ndak percaya, jangan semua ini. bukan berarti jika aku meragukan kalian bertiga, bukan. bukan sama sekali, hanya saja bagaimana ceritanya sampai simbah Seno melakukan hal seperti ini? Mbah Seno sekarang coba katakan sesuatu sebab aku ingin mendengar penjelasan dari mulutmu secara langsung."     
0

mendengar perkataanku itu simbah Seno tampak masih diam dia seolah enggan untuk mengatakan apapun. bahkan sampai sekarang wajahnya masih menunduk dalam-dalam, antara takut atau malah dia ndak sudi untuk melihat ke arahku. namun begitu jujur sampai detik ini aku masih merasa jika ini hanyalah guyonan semata, diantara banyaknya semua abdiku bagaimana bisa seorang tua renta seperti Mbah saino lah yang melakukannya.     

"Mbah jika kamu dengan kami hanya diam saja dan memilih untuk menutup mulut mu rapat rapat, karena ini adalah kesempatan terakhir untukmu membela dirimu sendiri. sebab jika kamu masih diam mungkin kamu akan mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada ini," Suwoto berucap, sepertinya dia masih memiliki hati nurani untuk menghadapi seorang tua seperti simbah Seno. untuk kemudian simbah seno kini mulai berani mengangkat wajahnya kemudian dia memandang ke arahku dengan tatapan layunya itu.     

"Juragan Arjuna yang paling ku hormati, jika aku mengatakan sesuatu sekarang apakah kamu masih akan percaya denganku? ataukah kamu akan menganggapku seperti yang mereka anggap kan kepadaku. membuat sebuah karangan palsu hanya untuk terlihat benar di matamu dan juga di mata adik ipar mu. jika kamu bertanya tentang siapa yang mengambil bibit-bibit unggul yang ada di Berjo secara diam-diam dan menyerahkannya kepada juragan Sujiwo jawabannya adalah aku. tapi jika kamu bertanya apa alasan ku melakukan semua itu, apakah kamu masih akan percaya kepada-ku? "     

aku sama sekali bingung dengan apa yang diucapkan oleh si Mbah Seno, ucapannya itu terkesan penuh dengan teka-teki. seolah-olah ada satu rahasia lagi yang disembunyikan atau bahasa kasarnya sebagai alasan sampai dia melakukan hal seperti ini.     

"jika si mbah Seno menyuruhku untuk mendengarkan alasan dibalik simbah melakukan semua ini, maka sampai kapanpun aku akan menjadi pendengar yang setia untuk mendengar alasan apapun yang hendak simbah Seno katakan asalkan alasan itu masih masuk nalar, masuk akal, dan bisa diterima oleh logikaku. namun jika nanti alasanmu terkesan mengada-ngada maka maafkan aku, aku hanyalah manusia biasa, aku bukan dewa yang bisa memiliki rasa maaf dan rasa sabar seluas samudra. jadi saranku, katakanlah sekarang apa yang hendak kamu katakan."     

"beberapa waktu yang lalu, tepat awal-awal aku mulai bekerja di rumahmu, anakku yang paling kecil datang ke rumah. dia mencariku di mana-mana, dia pikir barangkali aku telah menghilang, atau malah aku telah dikuburkan karena mungkin aku telah mati. namun setelah dia melihatku sedang bersih-bersih di pekarangan rumahmu dia menghampiriku. kemudian dia bertanya untuk apa aku berada disini. sebagai seorang bapak yang telah lama ndhak bertemu dengan putranya, tentu aku sangat bahagia karena bisa bertemu dengan putraku meski itu sangat telat. aku menceritakan tentang awal mula pertemuan kita kepadanya. dan tentang bagaimana sikap baik kepadaku, sampai menganggap aku adalah si mbahmu sendiri. kebaikan yang ndak pernah bisa kubalas sampai kapanpun itu. jujur andai saja waktu bisa berputar kembali, andai saja aku tahu tapi aku sukanya lebih awal daripada sekarang. pasti aku akan memilih keluar dari rumahmu secepat mungkin. karena pada saat yang bersamaan dia ndak sengaja melihat beberapa pekerja membawa pulang hasil panen dari kebun juga dengan tembakau tembakau nya. saat itu dia bertanya kepadaku, apa benar itu adalah hasil panen dari keluarga Hendarmoko? dan aku mengatakan apa adanya sesuai yang kutahu. kemudian dia bertanya lagi, bagaimana bisa keluarga ini ini bisa mendapatkan panen dengan kualitas yang sangat luar biasa disaat perkebunan-perkebunan lain, sedang mengalami wabah penyakit yang sulit untuk dihindari, " Mbah Seno tampak menundukkan kepalanya lagi, kemudian dia tampak tersenyum getir. "dan saat itu aku ingat tentang percakapan beberapa pekerja kebun, jika juragan Bima telah berhasil membuat suatu terobosan baru yaitu bibit unggul untuk sayur mayur dan tembakau di kemuning. dan dengan bangga Aku mengatakan itu kepada putra aku, karena aku ingin sedikit memamerkan kepadanya jika aku bekerja kepada orang-orang yang hebat. dan aku bisa berdiri sendiri juga bisa hidup meski dia dan saudara-saudaranya juga dengan ibunya meninggalkanku sendirian di sini, menjadikanku seorang sebatang kara dan mereka seolah ndak peduli. namun sepertinya kebanggaanku itu seolah menjadi senjata makan tuan. setelah dia datang menemuiku untuk yang pertama kali, dan berkata jika emaknya sedang sakit parah dan merindukanku, hatiku yang membeku karena ditinggal mereka dulu pelan-pelan menghangat. rasa rindu itu mulai mencairkan gumpalan es yang awalnya aku pikir ndak akan pernah bisa meleleh oleh apapun. hingga akhirnya dia kembali datang dengan memberikan sebuah kabar yang benar-benar sangat mengejutkan. dia mengatakan kepadaku bahwa saat ini emaknya sedang dipaksa oleh seorang juragan untuk bekerja keras, dan dia dijadikan tahanan rumah karena putraku memiliki hutang yang cukup banyak. anaknya ndak akan dibebaskan selama hutang itu belum dilunasi. dan sebagai seorang orangtua naluriku untuk melindungi putra-putra aku dan keluargaku mulai bangkit. awalnya aku hendak mengatakan ini kepadamu juragan, untuk meminjam beberapa uang agar aku bisa melunasi hutang anakku. dan emaknya bisa segera dibebaskan oleh tawanan dari juragan jahat itu. namun ternyata aku keliru, yang Juragan jahat inginkan bukanlah imbalan atas pelunasan hutang berbentuk uang. akan tetapi sebuah perjanjian untuk melakukan sebuah pengkhianatan yang dilakukan secara diam-diam. dan aku adalah pemeran utama atas kisah pengkhianatan itu. Aku disuruh untuk mengambil sedikit demi sedikit bibit bibit unggul untuk kuserahkan kepada mereka, agar mereka bisa menanam dan merawat tanaman-tanaman itu dengan hasil yang sama atau lebih bagus daripada yang dihasilkan oleh keluarga ini. awalnya aku enggan untuk melakukannya, bagaimana aku disuruh berkhianat oleh seseorang yang bahkan telah menganggap ku seperti keluarganya sendiri. disaat keluargaku sendiri meninggalkanku dengan cara yang sangat kecil. tapi putraku terus saja memaksa dan menangis karena dia aku kalau kalau mbaknya dilukai atau bahkan dibunuh oleh juragan itu. hal itu entah benar-benar atau hanya rekayasa mereka aku juga ndak terlalu paham tentang hal itu. karena aku merasa kuatir juga akhirnya aku mau menyetujui apa yang mereka inginkan meski nuraniku benar-benar merasa ketakutan dan bersalah karena telah menjadi penghianat untuk seseorang yang sudah baik seperti juragan Arjuna. lalu setelah itu aku mulai mendekati beberapa pekerja perkebunan, sekedar berbasa-basi dan bertanya kepada mereka tentang bagaimana hasil perkebunan selama beberapa bulan terakhir. mereka sangat antusias mendengar pertanyaanku itu bahkan mereka sampai mengatakan, jika di Berjo juragan Bima membangun sebuah pondok yang dikhususkan untuk perawatan dan pengembangan bibit-bibit unggul yang telah ia ciptakan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.