JURAGAN ARJUNA

BAB 352



BAB 352

0Mbah Seno kembali terdiam, wajahnya yang sudah penuh kerutan itu, tampak semakin berkerut. Seolah ada suatu hal yang dia coba tata, untuk menjadi sebuah rangkaian kata-kata yang pas di dalamnya. Aku ndhak tahu, benar atau endhak ucapannya itu. Hanya saja jika memang benar itulah yang terjadi. Seendhaknya aku tahu, kalau apa yang dialami oleh Mbah Seno cukup memprihatinkan, dan di posisinya pun bukanlah perkara yang gampang. Harus memilih antara orang yang dianggap baik serta memilih keluarganya. Bagaimana bisa orang bisa melakukannya? Tentu, mereka akan memilih keluarga. Terlepas dari segala hal busuk yang telah mereka lakukan, sebab kurasa benar hubungan keluarga itu bukan hanya perkara darah yang lebih kental dari pada air. Akan tetapi perkara ikatan batin yang ndhak akan pernah bisa digantikan oleh ikatan apa pun. dan melihat wajah tua dari Mbah Seno, benar-benar membuatku prihatin. bagaimana bisa, seorang tua renta sepertinya harus menanggung beban hidup seperti ini. menjadi tumbal atas segala hal yang telah dilakukan oleh anak-anaknya. namun disaat anak-anaknya hidup senang, dia disia-siakan dan dilupakan begitu saja. sungguh miris hidup ini memang, ketika yang baik tersingkir dan keadilan hanya menjadi sebuah wacana belaka. lantas iman kepada Gusti pangeran menjadi satu-satunya hal yang bisa sebagai penguat atau orang tersebut akan memilih jalan yang salah.     
0

"setelah mereka mengatakan banyak hal kepadaku, ada masa dimana Aku memiliki waktu cukup luang, untuk sekedar berjalan-jalan ke Berjo, dan saat itu pula aku gunakan dengan sebaik-baiknya untuk mencari di mana gerangan tempat yang digunakan oleh juragan Bima untuk memproduksi bibit bibit unggul dan untuk merawatnya. tatkala aku tahu tempatnya, aku benar-benar terkejut sebuah mahakarya dari manusia seperti juragan Bima benar-benar tampak luar biasa. bahkan dia mampu menciptakan bibit tumbuhan kualitas super seperti itu, jika bibit lain dalam waktu misalkan tujuh hari itu masih bertunas. tapi bibit dari hasil rekayasa juragan Bima bahkan sudah memiliki daun daun yang lebar lebar dan hijau hijau, bahkan batangnya pun tampak kokoh seolah mengisyaratkan bahwa mereka lebih tahan dengan berbagai macam hama daripada bibit biasa. akan tetapi setelah aku melihat itu aku ndak lantas mengambil bibit bibit itu, aku kembali pulang dengan tangan kosong. sebab aku mempertimbangkan lagi bagaimana bisa seorang baik seperti juragan Arjuna Aku khianati dengan seperti ini. akan tetapi putraku aku datang hampir setiap hari, dia selalu mendesak dan mendesakku dengan berbagai cara dan ancaman-ancaman yang sangat mengerikan. bahkan dia sempat membawa darah yang terjajah cukup banyak di sebuah kain. dia bilang kepadaku jika itu adalah darah dari emaknya. hati laki-laki mana yang bisa tega mendengar hal itu. Dan dari situ aku mulai bulatkan tekad ku untuk segera bergerak mengambil beberapa bibit-bibit itu dan kutaruh di tempat yang sudah diberikan oleh putraku. ndak tampak memang mengingat bagaimana banyaknya bibit-bibit itu dikembangbiakkan. lah kan kurasa sampai detik ini kalau saja kalian ndak mengalami kejadian tentang pasar yang menolak sayur-mayur dari Kemuning, aku yakin kalian tidak akan pernah tahu perkara hilangnya bibit-bibit itu. apakah produk aku ini benar? "     

aku mengangguk membuat Mbah Senokemudian dia menghela napasnya cukup panjang, kemudian dia kembali diam untuk sesaat.     

"lama, aku benar-benar lama melakukan itu dan hampir setiap hari. terlebih saat juragan Arjuna dan juragan Bima ndak ada disini, itu salah satu kesempatan ku karena juragan Nathan cukup sibuk untuk mengurusi banyak hal. ditambah lagi abdi setianya yang selalu bersamanya hanya Sobirin semata. hal itu membuatku leluasa dan memiliki banyak waktu untuk mengambil lebih dan lebih lagi. namun sayangnya sampai detik ini pun ndhak ada kabar apapun tentang perkembangan bagaimana nasib dari istriku sekarang. hingga akhirnya aku sadar jika selama ini aku telah diperdaya oleh putraku. kurasa istriku bukan disekap itu hanyalah karangan semata sebuah cerita rekayasa, untuk memperdaya ku agar aku mau melakukan apapun sesuai perintah mereka. dan ketika aku sadar nasi sudah menjadi bubur, aku sudah ndhak bisa lagi untuk mundur atau pun berhenti. sebab mereka mengancam kalau sampai aku ku menolak perintah mereka, mereka akan mengadukan dan memberitahukan kepadamu jika aku lah yang mencuri bibit-bibit unggul itu. tentu saja aku ndhak punya pilihan lain juragan. karena sebagai manusia biasa aku pun punya rasa takut, takut jika kamu marah, takut jika kamu, dan yang lebih membuatku takut dari itu adalah bagaimana aku bisa memandangmu setelah itu. Aku bahkan ndak punya nyali untuk bertemu denganmu. itu sebabnya selama kamu datang aku lebih memilih untuk menghindar, daripada menyapamu. rasa bersalahku yang teramat besar ini, benar-benar melunturkan nyaliku. dan aku ingin benar-benar minta maaf kepadamu dengan sangat tulus. semoga kamu bisa mengerti akan keadaan ku ini juragan. setelah ini jika kamu ingin menghukumku, marah kepadaku, atau malah mengusirku dari kampung ini aku akan menerimanya dengan senang hati. adalah karena kesalahan yang kubuat sendiri. dan mungkin hal itu juga bisa memutus kejahatan dari juragan Sujiwo karena dia ndak memiliki kesempatan untuk mengambil bibit unggul mu lagi. dia sudah kehilangan orang untuk mencuri bibit-bibit unggul mu."     

"jika semudah itu permasalahan dapat dipecahkan, hukum rimba ndhak akan pernah puas dalam melaksanakan hukumannya. yang jahat hanya menerima hukuman tanpa harus mengalami penderitaan. sementara apa yang dilakukan selama ini seolah hilang begitu saja. aku rasa ini akan menjadi hukuman yang sangat ndhak imbang, Kalau menurutku juragan kita harus mencari cara untuk membalikan keadaan mereka. agar mereka tahu rasa, bagaimana selama ini berada di posisi kita. jujur sebagai manusia, Aku ini orang pendendam yang luar biasa, mungkin itu sebabnya juragan hendratmoko dulu sangat menyukai ku. sekarang terserah juragan mau juragan hukum apa Mbah Seno ini, dan akan juragan balas seperti apa juragan jahat itu. aku dengan senang hati memberikan pilihan kepada juragan, dan aku dengan senang hati pula yang akan melakukan hukumannya bahkan nyawa mereka pun aku siap untuk mengambilnya dengan tangan kosong,"     

"suwoto, kamu benar-benar sangat menakutkan. aku baru tahu aslimu ini dan benar-benar membuat bulu kudukku berdiri. bagaimana bisa membahas tentang balas dendam dan membunuh seseorang tampak begitu enteng keluar dari mulutmu? apakah membunuh adalah bagian dari pekerjaan yang sangat membanggakan mu?"     

balik Juned agaknya ketakutan dengan Suwoto, mungkin dia pikir selama ini apa yang digambar gemborkan oleh orang-orang adalah perkara yang terlalu berlebihan semata. jika suatu adalah pembunuh bayaran, dan dapat membunuh siapapun tanpa ampun. bagaimana si ayang dingin dan ndhak memiliki hati. yaitu adalah Suwoto, abdi dalem ku yang paling setia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.