BAB 353
BAB 353
simbah Seno tampak menangis, isakan yang terdengar begitu nyata. bahkan beberapa kali dia tampak memukul-mukul dadanya. membuat Paklik Sobirin harus memegang tangannya agar Mbah Seno ndak menyakiti dirinya sendiri. berapapun besar sebuah penyesalan, semua akan menjadi percuma jika kita hanya bisa merutuki saja. sebab yang paling benar daripada itu adalah, kita memilih menyerah kemudian berubah, atau kita pasrah kemudian kalah.
"bisakah aku jujur kepadamu juragan? jika saat ini aku seolah berdiri di tepi jurang. di mana tempat di belakangku ada seekor singa yang siap menerkam. maju aku akan mati, terperosok ke dalam jurang yang sangat curam. dan mundur pun aku juga akan mati, dimakan singa sampai habis ndak bersisa. sudah lama aku merasa lelah, dan ingin berhenti sampai disini. akan tetapi jiwa pengecut ku mulai takut, kalau sampai aku berhenti mengikuti perintah mereka kira-kira apa yang akan mereka lakukan kepadaku, atau katakanlah kira-kira apa yang akan mereka lakukan kepada keluargaku. jika itu putraku yang terakhir, aku ndhak akan pernah mempedulikannya. namun jika itu istriku, Aku harus bagaimana? meskipun dia telah meninggalkanku, dengan cara yang sangat menyakitkan dan meninggalkanku seorang diri di sini, tapi hati tetaplah hati. Aku dulu pernah mencintaimu sampai mati. namun jika aku terus berkhianat dengan cara seperti ini, maka orang yang sangat ku segani lama-lama akan bangkrut, dan mungkin akan mengalami penderitaan lebih parah lagi. bagaimana aku bisa tega melihatnya? bahkan sampai detik ini pun memejamkan mata saja seolah-olah mimpi buruk sudah ada di depan mata. mimpi akan penyesalan, rasa bersalah yang ndhak tertahan, dan tentang semuanya. aku ndak ingin menyakiti hati juragan lebih dari ini."
"tapi intinya simbah ini sudah merasa bersalah kan? bersimbah ingin berhenti tapi tidak bisa untuk melakukannya? intinya seperti itu kan? jika memang seperti itu mungkin saja aku mempunyai satu jalan keluar yang bisa menguntungkan semua orang. tapi dengan syarat Mbah Seno bersedia berdiri pada kubu kami. dan aku bisa menjanjikan satu hal kepadamu, keselamatan keluargamu bahkan keselamatanmu juga. mereka tidak akan pernah tahu, kalau hal ini adalah ulahmu. ah bukan bukan, mereka tidak akan pernah tahu kalau kami setelah mengetahui siapa sebenarnya pengkhianat di sini. jadi bagaimana Mbah? apa kamu mau menerima tawaran yang menguntungkan ini? atau kamu mundur sebelum aku aku memutuskan hukuman apa yang lebih pantas untukmu?"
kalau sudah Bima yang mengatakan itu aku bisa apa. Toh ini sebenarnya adalah haknya seutuhnya. karena yang merasa dirugikan di sini adalah dia, hasil kerjanya selama hampir satu tahun di sini untuk menghasilkan sebuah bibit unggul harus dicuri dengan cara curang.
"apapun yang Bima putuskan aku akan setuju, sekarang kalian bertiga bagaimana, apakah kalian setuju juga dengan keputusan Bima? dan kamu Mbah, aku memberi waktu kepada mu sampai besok. pikirkanlah hal ini baik-baik, tentang jalan terbaik untuk semuanya, atau tentang apa yang hati nuranimu inginkan. Aku sungguh ndhak akan pernah memaksa jika kamu harus memilihku daripada putramu. karena biar bagaimanapun aku hanyalah orang luar yang kebetulan baik kepadamu itu saja. sementara putramu adalah dia yang berbagi darah denganmu."
"jual kan ndak perlu memberi ke waktu jika apa yang dikatakan oleh juragan Bima benar, Aku sedang memikirkan sebuah keputusan yang selama ini sudah benar-benar aku dambakan. aku akan berada di pihak kalian. apapun yang akan kalian lakukan, aku akan menuruti nya sepenuh hati. meskipun itu harus mempertaruhkan nyawaku sendiri. hitung-hitung sebagai imbalan cari apa yang pernah aku lakukan. sebab Aku pun sadar jika kesalahan ku sangat fatal."
mendengar hal itu Bima tampak tersenyum, dia melipat kedua tangannya di dada sembari menganggukkan kepalanya. bahasa tubuhnya yang seperti ini mengingatkanku kepada Romo Nathan. meski dia hanya menantu tapi sikap tegasnya seolah seperti anak kandung dari Romo Nathan sendiri.
"mereka telah menyebabkan banyak kerugian bagi kita, dengan cara mencuri bibit unggul dari kita, akan tetapi satu kesalahan yang telah mereka lakukan dan itu sangat fatal. aku pikir dengan kekayaannya yang seperti itu, dengan mendapatkan begitu banyak sayur mayur, sepertinya mereka melakukan pertaruhan yang cukup besar. hanya karena mereka terlalu ambisius untuk mengalahkan keluarga besar Hendarmoko. yaitu dengan menjual murah sayur-mayur mereka, tanpa memikirkan laba yang akan mereka terima. mungkin yang dibutuhkan mereka saat itu hanyalah modal mereka kembali itu sudah lebih dari cukup. akan tetapi bagi seorang pebisnis mereka melupakan jika laba sedikit apapun, akan sangat berpengaruh besar bagi kelangsungan usahanya kelak. jadi kita harus menyerangnya di titik ini. dan aku yakin tidak akan butuh waktu lama untuk membalikkan keadaan dan mereka akan hancur dengan sendirinya."
"apa maksud dari perkataanmu itu Bima? aku benar-benar bingung. terlebih tentang siasat yang kamu katakan. cepatlah jelaskan agar kami semua paham."