JURAGAN ARJUNA

BAB 362



BAB 362

0"apakah kamu mempunyai sesuatu Bima? apa kamu pernah berguru di suatu padepokan atau kamu mengasah ilmu sendiri dengan cara banyak tirakat atau malah sejak lahir kamu telah memiliki sebuah kemampuan kemampuan terhadap makhluk-makhluk lain dari dunia ini. kamu tadi melihat jika ada sosok perempuan yang menggenggam erat lenganmu sebelah kanan iya toh? tapi kamu pura-pura mengabaikan kan pura-pura ndhak melihat tentang apa yang tadi terjadi. jangan membodohiku Bima karena aku bisa melihat apa yang sebenarnya kamu lihat. dan yang lebih mengejutkan lagi selama ini aku ndak bisa melihat apapun yang ada padamu. tapi tadi aku bisa melihat dengan jelas ada sinar yang keluar dari tubuhmu. jika aku boleh tahu sinar apa itu? apakah kamu mengetahui dan menyadari tentang adanya sinar itu? batu kan mu beberapa saat lalu itu seolah mengisyaratkan jika kamu menginginkan kan untuk sesuatu pergi, dan tepat sinar itu pun tampak lenyap. tolong jelaskan kepadaku."     
0

Bima ndak langsung menjawab, dia berjalan mendahuluiku membuatku mengikuti langkahnya dari belakang untuk sesaat dia kembali menghentikan langkahnya, dan memandang rembulan yang bersinar terang kini dia menoleh ke arahku dengan senyuman yang ganjil itu. dimalam yang seram seperti ini hanya ada kami berdua dan dia menampilkan senyum mengerikan itu, benar-benar membuatku ingin lari saja dari sini.     

"kang Mas aku perlu memberitahumu atau malah aku sudah memberitahumu sebelumnya jika selama ini ini aku sangat menyukai gunung-gunung dan hutan-hutan, itu sebabnya hobiku adalah menghabiskan waktu untuk mengenal mereka di sela-sela waktu luang ku. dan setiap kali aku pulang dari kegiatan itu aku selalu mendapatkan oleh-oleh, seperti tanda lahir yang tiba-tiba ada di salah satu bagian tubuh ku. kata orang, aku itu disukai oleh makhluk-makhluk yang tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. dan sinar yang muncul dari tubuhku, aku juga benar-benar tidak tahu. karena sudah dari dulu hal itu ada, Kangmas. dan aku tidak pernah menimba ilmu-ilmu seperti itu kepada siapa pun. kuharap, ini cukup untuk mengobati rasa penasaran Kangmas. "     

"jadi bisa dikatakan jika itu sudah kepada dirimu, sedari kamu lahir, benar seperti itu?" mana pun mengangguk menjawab pertanyaanku. "sekarang kita kembali membahas tentang Sujiwo dan antek-anteknya. hari ini kita sudah berhasil lolos dan sudah mengelabuhi mereka, jika kita benar-benar pura-pura ndak mengetahui kalau Mbah Seno adalah penghianat diantara kita. lalu apa langkah kita selanjutnya apakah kita akan tetap menjalankan rencana sebelumnya? apakah kita memiliki rencana baru lagi untuk melawan mereka?"     

"rencana kita akan tetap sama tapi mungkin ada sedikit beberapa detil yang harus ditambah untuk meyakinkan kepada mereka kalau kita benar-benar dalam kondisi yang sedang terpuruk. jangan sampai mereka tahu tentang masalah pemasok pemasok yang ada di Jakarta. sebab jika sampai mereka tahu aku yakin kalau mereka akan menggunakan 1001 macam cara untuk kembali menjegal bisnis kita."     

"jadi kita harus membuatnya seolah-olah kita tampak kesusahan. akan tetapi masalahnya sekarang di sini, bagaimana bisa kita menyembunyikan sayur-mayur sebanyak itu dan kita setorkan ke Jakarta ta di sini sendiri ada begitu banyak mata-mata yang sedang mengintai kita."     

"jawabannya hanya ada satu kang Mas yaitu kita menyelundupkan sayur mayur itu secara diam-diam saat tengah malam, tidak boleh ada satu kendaraan pun yang mengangkut sayur mayur itu untuk dibawa ke kota. kita akan menyewa beberapa penjual ataupun pemula yang memiliki kendaraan cukup besar untuk membawa serta sayur-mayur kita supaya bisa berada di Jakarta. jadi singkatnya kita akan membutuhkan banyak orang di sini, sementara orang-orang yang sekiranya menjadi pusat perhatian oleh Sujiwo dan kawan-kawannya harus mengalihkan perhatian mereka dengan cara tetap mencari pengulak-pengulak Yang sudah menjadi kawan bisnis kalian."     

"sebentar sebentar kamu bilang untuk menyelundupkan sayur-mayur dan jangan sampai ketahuan kepada mereka. jika kita ndhak boleh menggunakan kendaraan, lantas apa yang harus kita gunakan untuk membawa sayur-mayur sebanyak itu?"     

Bima lantas menjentikkan jarinya seolah dia mendapat ide atau malah dia menunggu aku menanyakan hal ini.     

"sayur mayur itu akan dibawa oleh para pemetik teh yang ada di kebun kita,"     

sebuah jawaban yang benar-benar berada diluar dugaanku, dan jawaban itu sama sekali ndhak pernah terpikirkan olehku.     

"para pemetik teh tentunya akan berangkat ke kebun sebelum matahari terbit jumlah mereka cukup banyak, karena mengingat luas perkebunan teh kita tidak bisa dibandingkan dengan luas perkebunan teh mana pun, dan merekapun tentunya akan berangkat sambil membawa tenggok-tenggok mereka,"     

"sebentar, jadi maksudmu sayur-mayur kita akan dimasukkan kedalam tenggok-tenggok yang dibawa oleh para pemetik teh dari rumah?"     

Bima kembali mengangguk dengan pasti dan hal itu membuat senyumku mengembang dengan sempurna. bagaimana bisa aku ndak memikirkan sampai sejauh ini? jika ada sebuah jalan keluar yang sudah pasti kesuksesannya. dan Bima telah menemukan sebuah jawaban dari detail terkecil yang bahkan telah aku abaikan.     

"sudjiwo dan anak buahnya tidak akan pernah mencurigai para pemetik teh oleh sebab itu mereka lebih leluasa untuk melakukan pergerakan pergerakan bebas tanpa perlu diawasi oleh mata-mata Sujiwo, dengan seperti itu kita bisa menyewa beberapa truk kecil untuk ditaruh di satu titik yang kiranya sedikit aman kemudian menyuruh bergantian para pemetik teh untuk datang ke sana dan menaruh sayur mayur itu ke dalam truk. dengan seperti itu masalah pembawaan barang ke Jakarta sudah terselesaikan. sekarang kita buat lagi satu ide untuk mengelabui Sujiwo. jika sayur-mayur itu sudah berhasil kita bawa ke Jakarta otomatis kita tidak memiliki sayur-mayur dengan jumlah yang banyak lagi, dan tentu itu akan menimbulkan kecurigaan tersendiri kepada para abdi Sujiwo. jadi kita harus menyuruh beberapa abdi untuk memasukkan dan menumpuk sebagus mungkin jerami jerami agar sampai berada kira-kira lebih dari separuh bak yang ada di sana. kemudian bagian luarnya baru kita isi dengan sayur-sayuran sisa atau yang tidak begitu berguna. dengan seperti itu para abdi Sujiwo, akan berpikir jika panen kita kali ini sepenuhnya tidak bisa terselamatkan lagi. karena mereka merasa para pemula pemula yang ada di kota telah menolak sayur mayur kita. biarkan yang itu diurus oleh 3 orang kepercayaan kangmas, sementara kita besok pagi-pagi sekali harus ke kota untuk mencari beberapa pengulak besar lainnyan dan meyakinkan mereka agar mau membeli sayur-mayur dari kita. kita tidak perlu peduli apakah para abdi Sujiwo mengikuti kita atau tidak. sebab aku yakin mereka tidak mungkin akan sampai sampai ke titik saat kita telah menemukan pengulak baru untuk sayur-mayur kita.selain itu aku juga akan membuat bibit-bibit unggul baru dengan sedikit lebih kan beberapa zat yang akan merusak hasil akhir dari tanaman yang nanti akan mereka tanam. aku sudah tidak sabar untuk melihat ekspresi kegagalan dari mereka."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.