JURAGAN ARJUNA

BAB 356



BAB 356

0dan lagi-lagi, pagi ini aku harus menjadi mata-mata dan mengintai atau malah mengintip tentang apa yang sedang dilakukan Mbah Seno dengan putranya saat bertemu di salah satu hutan ada di Berjo. Aku benar-benar ndhak habis pikir, bukanya yang ku tugasi untuk memata-matai mereka adalah paklik Sobirin, paklek Juned, dan juga suwoto. tapi bagaimana ceritanya, seorang juragan terhormat sepertiku harus menjadi tukang mata-mata seperti ini. lantas apa pekerjaan mereka?     
0

aku kembali mendengus, ini semua karena Bima. coba saja kalau dia ndak memiliki ide gila dan menarikku untuk berada di sini pasti sekarang aku sudah tidur nyenyak atau malah berbincang dengan Romo di rumah. bukan bersembunyi di balik semak-semak hanya karena ndak ingin ketahuan oleh dua orang itu. rencana dari Bima ku akui benar-benar luar biasa, dan aku ndak mau mau mengikuti rencananya lagi.     

"dari semua hal gila yang pernah kamu katakan, rencanamu kali ini adalah hal paling gila yang pernah ada. bagaimana bisa seorang juragan kamu suruh bersembunyi di semak-semak seperti? sementara para abdi dalem nya sepertinya sedang enak-enakan di rumah. sebenarnya di sini ini yang abdi dalem itu siapa? kamu ini kadang-kadang cara pikirmu kelewat batas, ndak bisa dicerna oleh manusia biasa. apalagi oleh manusia pintar sepertiku."     

mendengar ucapanku itu, Bima hanya tersenyum saja. seolah-olah dia maklum kalau aku akan berkata seperti ini kepadanya. atau mungkin ini adalah rencana dibalik rencananya yang spektakuler itu. aku benar-benar ndhak tahu. dia masih saja sibuk berjongkok dan memata-matai 2 orang yang yang kini sedang bertemu tersebut.     

"rencana kita ini ini adalah rencana yang paling tepat kang Mas, sebab yang difokuskan mereka adalah, tentang tiga orang kepercayaan kang Mas. sebab aku yakin yang melakukan mata-mata ini bukan hanya dari kubu kita akan tetapi kemungkinan mereka juga. kalau kita yang tidak ada di rumah mereka tidak akan curiga, sebab mereka berpikir mana mungkin seorang juragan akan sudi untuk memata-matai seperti ini, seperti orang-orang yang tidak punya pekerjaan saja. dan titik lemahnya itulah yang harus kita Serang, di saat mereka sibuk mengintai 3 orang kepercayaan kangmas, kita sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. sebab sejujurnya aku ini tipikal orang yang tidak mudah percaya, dan aku ingin membuktikan sendiri dengan mata dan kepalaku bagaimana sebenarnya sosok dari Mbah Seno ini. apakah kang Mas tidak ingin melihatnya secara langsung melihat sebuah kejujuran atau penghianatan yang akan dia lakukan kepada kita, atau malah jika dia adalah orang yang luar biasa pintar, sebenarnya dia tahu kalau kita sedang mengintai nya di sini. semua kemungkinan itu bisa saja terjadi, dan dari semua kemungkinan itu kita harus mencari kemungkinan yang memiliki resiko paling kecil kangmas. dan kurasa ini adalah satu-satunya kemungkinan yang resikonya terkecil itu. sekarang mari kita dengarkan apa yang sedang mereka bicarakan," Bima menginstruksi ku dan membuatku mengalihkan perhatianku kepada dua orang yang kini sedang berdiri di tengah hutan. jarak kami lumayan dekat bahkan kami pun bisa mendengar jikalau mereka saling berbisik. hanya saja rerimbunan yang cukup padat ini lebih dari cukup untuk menyembunyikan tubuh kami berdua. terlebih menurut orang-orang terdahulu hutan ini adalah salah satu hutan terangker yang dimiliki oleh gunung Lawu.     

"goblok! kemarin dari mana saja kamu! aku sudah menunggumu dari lama, dari pagi sampai siang hari tapi kamu ndak kunjung datang ke sini. apa sebenarnya kamu ini sudah tertangkap dan belangmu sudah diketahui oleh keluarga hendarmoko itu? atau jangan-jangan malah kemarin kamu disekap dan di sidang oleh keluarga Hendarmoko karena kamu ketahuan mencuri bibit-bibit unggul dari mereka? kalau sampai itu terjadi dan kamu menyangkut pautkan namaku aku ndak akan segan-segan untuk mematahkan kakimu atau malah untuk mengambil nyawamu. atau malah kamu mengadu kepada mereka menjadi sosok yang paling lemah Yang tersakiti hanya untuk mendapat simpati mereka. jika benar itu terjadi maka kamu adalah penipu paling ulung sedunia."     

"apa yang sebenarnya kamu ucapkan ini? kemarin aku ndhak datang ke sini karena aku sedang sakit, mana bisa aku memberi kabar itu kepadamu lewat apa. dan sekarang aku datang ke sini lagi. jika benar aku sudah ketahuan dan ditangkap oleh keluarga Hendarmoko, bagaimana bisa aku masih disini dan menemuimu dengan membawa bibit bibit unggul seperti biasanya. pasti aku sampai sekarang masih akan tetap disekap, dan dilarang menemui mu kan?"     

kulihat tampaknya Mbah Seno sedang berkilah, entah itu hanya pura-pura atau memang terjadi adanya tapi aku rasa dari mimik wajahnya dia benar-benar orang yang baik. entah kenapa aku selalu meyakini seperti itu, tanpa pernah ragu kepada semua orang jika mungkin mereka pada akhirnya akan menghianatiku. atau malah mereka akan memanfaatkan ku. mungkin bisa saja aku disebut sebagai juragan yang bodoh. ya aku akui itu.     

"bisa saja ini semua hanya tipu muslihat mu, setelah kamu tertangkap mereka sangat penasaran dengan orang-orang suruhan juragan sudjiwo. kemudian kamu dikirim ke sini sebagai senjata andalan mereka untuk menyerang kami. atau malah kamu datang ke sini ini bukan sendirian akan tetapi ada orang yang mengikutimu diam-diam, orang-orang suruhan dari hendarmoko itu. aku yakin salah satu dari kecurigaanku adalah benar adanya, jadi lebih baik kamu jujur kenapa kemarin kamu ndak menemuiku."     

kurasa putra dari Mbah Seno adalah orang yang pintar, pantas saja jika di yang menjadi orang kepercayaan dari sudjiwo. sikapnya yang sering mencurigai itu mirip dengan Bima, yang membuat dirinya lebih bersikap mawas diri dan hati-hati. sementara mbah seno, tampak tersenyum kecut dia bahkan seolah ndhak memiliki gairah untuk sekadar berdebat dengan putranya itu.     

"sudahlah apa yang sebenarnya kau cemaskan ini, aku sudah cukup tua Aku sudah lelah untuk terus menuruti permainanmu. mencurigaiku pun apa gunanya, kok pada kenyataannya yang pendusta itu kamu. bersandiwara dengan begitu nyata seolah apa yang kamu katakan benar adanya, dan dengan cara yang menyakitkan itu kamu tega mengumpankan emak mu sendiri hanya untuk sebuah pengakuan dari juragan jahat itu. dan menjadikanku salah satu itu dari pion-pion mu hanya untuk membuatmu terlihat pantas di mata juragan jahat itu. aku sudah cukup lelah andai saja aku ndak kepalang basah pasti aku ndak sudi untuk melakukan kejahatan ini. juragan Arjuna sudah baik kepadaku, tapi aku malah memperlakukannya seperti ini. bagaimana bisa kamu memberiku dosa seperti ini, disaat hari hari terakhir hidupku? bahkan rasanya jika Aku mati hari ini pun, aku akan menjadi arwah penasaran, karena rasa bersalahku kepada juragan Arjuna. jadi berhentilah menambah-nambahi beban, bukankah aku sudah menuruti apa yang telah kamu inginkan. jadi berhenti untuk curiga atau aku akan berhenti mengikuti semua kemauan mu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.