JURAGAN ARJUNA

BAB 360



BAB 360

0"jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? masa iya kita kan disini sampai menunggu mereka pergi. iya kalau mereka lekas pergi, Kalau ndak bisa lumutan kita disini. perutku ini loh sudah keroncongan,"     
0

ini benar-benar sangat ajaib bagaimana bisa toh aku harus bersembunyi di semak-semak seperti ini dan untuk waktu yang belum pasti. posisinya Mbah Seno sekarang, masih meratapi nasib sialnya dan seolah enggan untuk pergi. aku kembali mendengus kemudian melirik Bima yang tampak sangat santai. kurasa cocoklah dia untuk tinggal di kampung. lihat saja bagaimana bisa orang dari kota seperti dia tampak begitu akrab dengan yang namanya hutan.     

"Ya mau bagaimana lagi kang Mas, kita tidak mungkin keluar dengan bodoh saat ini. bisa-bisa apa yang telah kita lakukan akan sia-sia belaka. yang bisa kita lakukan saat ini hanyalah menunggu, sampai Mbah Seno pergi. dan orang-orang suruhan sujiwo sukanya dari sini. tapi sebenarnya yang ku takut kan satu kangmas, kalau sampai setelah kepergian Mbah Seno mereka ternyata menyusuri dan membabat habis semua semak ada disini, tamatlah riwayat kita. kita akan mati dengan cara yang sangat mengenaskan,"     

ucapan dari Bima itu benar-benar membuatku merinding. ini sama saja dengan bertaruh nyawa dengan cara bodoh, ibarat kata maju kena mundur kena. dan semua ini ini karena ide yang sangat spektakuler dari Bima. duh Gusti bagaimana bisa aku bertemu dengan orang seperti Bima. yang melakukan siasat busuk dengan mempertaruhkan hal yang sangat menyeramkan. bagaimana bisa dia mempertaruhkan nyawa seolah-olah nyawa itu ndak ada artinya.     

"mungkin kamu pikir, kita ini kucing apa toh. yang memiliki banyak nyawa, sampai-sampai nyawa kita kamu pertaruhkan dengan sangat mudahnya. istriku saja belum melahirkan, bagaimana bisa kamu ingin mengantar nyawaku sebelum aku melihat bayiku lahir. terlebih langit sudah mulai senja, dan kehidupan lain pun akan menunjukkan kuasanya. apa kamu ndak takut dengan sosok-sosok itu?"     

Bima tetap tampak tenang sambil melihat Mbah Seno yang sekarang sudah mulai bisa mengendalikan dirinya sendiri. dan mengabaikan ucapanku yang panjang lebar itu. anak muda ini benar-benar ndak tahu diuntung bagaimana bisa dia mengabaikan juragan sepertiku. dasar gak tahu diri, Untung saja dia adalah suami dari adikku.     

"sepertinya Mbah Seno akan segera pergi kang Mas. dan pertaruhan kita akan segera dimulai dari sini. sementara di belakang kita sudah ada 6 orang yang tampak memata-matai. kalau yang depan dan samping mulai bergerak dan mulai mengobrak-abrik semak-semak ini dengan parang mereka, maka mati konyol adalah takdir yang harus kita terima."     

"dan aku ndak mau mati konyol denganmu disini. kalau kamu ingin mati kamu mati saja sendiri. aku akan mencari bantuan sebisaku."     

"di sini? Kangmas mau mencari bantuan? apakah Mas sedang bercanda? siapa yang hendak Kangmas minta tolong? apakah burung-burung kecil yang ada di atas yang kini sedang bertengger melihat ke arah kita? atau malah para lelembut yang saat ini ini sudah mengintai dan hendak menunjukkan kekuasaannya? sebab para abdi dalem tidak akan mungkin bisa untuk datang ke sini. memangnya mereka memiliki ilmu batin apa, atau kalian memiliki ikatan yang cukup kuat. sehingga ketika kangmas membutuhkan pertolongan, mereka dengan sakti akan datang ke sini. mereka juga manusia kan Mas, bukan jin ifrit yang dalam waktu sekejap bisa datang tepat di hadapan kita."     

apa yang dikatakan Bima memang benar adanya tapi sesungguhnya ada hal yang ndhak dia ketahui. tentang kelebihan swoto yang bisa mendengar suara batin ku juga tentang yang hal-hal yang ndhak bisa aku jelaskan dengan logika. tapi akan tetapi masalah datang ke sini secepat kilat pun memang benar akan sangat mustahil. suwoto bukan jin iprit memang, yang bisa terbang ataupun dengan sekejap berada dihadapanku. yang ku bisa minta tolong hanya satu, yaitu Romo Adrian, yang bahkan semenjak kejadian itu biasanya seolah benar-benar menghilang.     

lama entah berapa jam kami berada di sini bahkan aku bisa melihat Bima tampak memejamkan matanya sambil berjongkok. aku benar-benar takjub padanya bagaimana bisa seseorang tidur dalam kondisi seperti ini.terlebih dia lahir dan besar di kota tapi kelakuan dan cara hidupnya benar-benar seperti orang hutan. aku kembali mendengus dengan bosan bahkan kedua kakiku sudah terasa kesemutan, nyamuk-nyamuk sudah mulai beterbangan sambil mendengungkan suara-suara yang cukup memekakan telinga sambil sesekali jarum kecil yang berada di mulutnya itu mereka tancapkan pada kulitku untuk sekadar menginginkan kan si pengendara secara cuma-cuma yang bahkan telah lama mereka ndak merasakannya. aku benar-benar ndhak bisa membayangkan kalau sampai mbah berada di sini sampai pagi. bisa-bisa aku mati karena kehabisan darah.     

"mbah Seno pergi kang Mas!" pekik Bima, yang hampir membuatku melompat. padahal tadi bukankah dia tampak tertidur dengan pulas? bagaimana bisa sekarang dia mengejutkanku dengan suara melengkungnya itu.     

kulihat ke arah Mbah Seno dia tampak membersihkan pakaian nya, kemudian dia melangkah pergi dari sini. setelah tubuhnya hilang ditelan gelapnya hutan, suara semak-semak di sekitar kami mulai terdengar sangat nyata. dan para mata-mata itu akhirnya keluar dan berkumpul jadi satu, mereka jumlahnya belasan, wajah mereka sangat garang, dan yang lebih mengerikan daripada itu adalah, mereka semua membawa parang. bisa dipastikan bagaimana nasibku dan Bima kalau sampai kami benar-benar ketahuan. kami hanya berdua ndak membawa apa-apa, dan kami akan mati dengan sangat sia-sia. Duh Gusti, Aku ndak mau mati dulu Aku ingin hidup lebih lama lagi. jadi untuk sekarang tolong bantu aku agar bisa keluar dari tempat ini.     

"orang tua itu itu sudah pergi seharusnya ada beberapa orang yang mungkin mengikutinya, namun aku mendengar dari pesuruh juragan Sujiwo jika ketiga abdi dalam kepercayaan juragan Arjuna bahkan sampai saat ini, mereka tampak biasa-biasa saja. melakukan kegiatan seperti biasanya sambil mencari-cari, pemasok yang barangkali mau menerima sayur-mayur mereka. dan kedua dari juragan mudanya, saat ini sibuk pergi ke beberapa kota untuk mempromosikan sayur-sayur mereka juga tembakau mereka. sepertinya kita ndak perlu mencurigai orang tua itu. karena aku yakin jika sampai saat ini orang-orang dari keluarga hendarmoko belum mengetahui kalau penghianat nya adalah orang tua itu."     

"tapi apa kamu yakin, jika ndak ada orang yang mengikuti orang tua itu? bisa jadi yang mengikutinya secara diam-diam bersembunyi seperti kita diantara semak-semak ini. kita jangan sampai lengah hanya karena keadaan tampak tenang dan baik-baik saja. karena biasanya air yang tenang itu lebih menghanyutkan."     

sosok yang bertubuh gempal itu tampak tertawa mendengarkan kawannya berbicara, padahal kurasa dari dia berpikir atas masalah ini benar-benar luar biasa. dia tepat sasaran jika ada penghianat di sini, yang mungkin saja akan mengancam kelangsungan hidup mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.