JURAGAN ARJUNA

BAB 361



BAB 361

0"daripada kita terus menerka-nerka bukankah lebih baik kalau kita mencoba untuk memeriksa semak-semak yang ada di sekitar sini. seendhaknya kita tahu kebenarannya, apa benar ada yang menjadi mata-mata dan menguping pembicaraan tadi, atau semua itu hanya halusinasiku semata. karena aku takut ketika kita melakukan kesalahan sedikit saja juragan berjiwa pasti akan marah besar dan akan menghukum kita."     
0

sosok tinggi besar itu mengibaskan tangannya berkali-kali seolah-olah apa yang dikatakan dari laki-laki bertubuh lencir, hanyalah angin lalu atau jika ndhak seperti itu mungkin ini yang dinamakan dengan sebuah persaingan. siapa yang merasa paling penting dan siapa yang merasa paling dianggap untuk mencari muka dihadapan juragan Sujiwo. dan tentu saja laki-laki bertubuh gempal itu seolah-olah dia, adalah sosok ketua yang ucapannya harus dituruti oleh semua orang.     

"yang senior di sini itu siapa dan yang sok tahu siapa, Aku sudah lama mengikuti yang menjadi pengikut setia dari juragan sujiwo, sementara kamu ini siapa hanya seorang abdi yang bahkan belum ada 1 tahun mengabdikan hidupnya bersama kami. jadi jangan banyak tingkah, terlebih merasa jika dirimu paling pintar diantara kita semua. karena sejujurnya dirimu benar-benar orang yang terabaikan di sini. ayo teman-teman kita segera kembali, besok pagi-pagi sekali, kita akan menyetorkan sayur mayur kepada para pedagang, kemudian kita akan menyusun langkah selanjutnya. jangan membuang waktu, dengan menuruti perkataan dari laki-laki yang ndhak jelas ini."     

setelah mengatakan itu mereka berbondong-bondong angkat kaki dari hutan ini, sungguh aku merasa sangat lega, karena sebentar lagi aku bisa keluar dari semak-semak yang sangat menyebalkan ini. aku membuang nafasku dengan panjang kemudian kusandarkan bahuku di pundak Bima kedua kakiku ini benar-benar sudah benar kesemutan bahkan mungkin sebentar lagi ndak akan bisa untuk dibuat berjalan karena mungkin akan keram.     

"kang Mas apa kamu tidak apa-apa?" tanya Bima yang agaknya khawatir terhadapku, aku menggeleng sebisaku kemudian kau genggam dengan erat pundaknya itu.     

"rasanya kedua kakiku ndak bisa untuk dibuat berdiri karena sedari tadi harus berjongkok seperti ini, aku harus meluruskan kakiku dulu sebelum kita keluar dari hutan ini. tapi kalau kita lebih lama lagi di sini aku juga ndak bisa menjamin apakah kita akan benar-benar aman dari makhluk dunia lain."     

aku bisa melihat Bima tampak menelan ludahnya dengan susah, seorang dia benar-benar takut dengan apa yang aku katakan. entah dia ini seorang penakut seperti setia atau bagaimana aku juga ndak tahu. tapi yang aku ketahui hanya satu sosok-sosok itu sudah mulai menunjukkan eksistensinya dengan sangat nyata. dan betapa kaget aku saat aku lihat ada sosok perempuan anne-marie lengan Bima seolah-olah dia sangat tertarik dengan tubuh Bima, wajahnya yang rusak dan terkesan pucat dengan penuh belatung memandang Bima dengan penuh minat, senyumnya tampak merekah tapi ndak ada manis-manisnya sama sekali yang ada hanya nya tampilan yang sangat menyeramkan kan yang bahkan bisa membuat siapa saja yang melihatnya pingsan.     

"Bim...," panggil kepada Bima tapi adik iparku itu ndak menyahut sama sekali, dia hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam sementara tangan kirinya mencengkeram pahaku kuat-kuat. matanya tampak terpejam rapat rapat seolah-olah dia tahu sosok yang ada di sebelah kanannya itu. apakah kebetulan dia bisa melihat sosok itu, ataukah memang dia memiliki kemampuan sama seperti ku aku juga ndhak tahu. reaksinya ini benar-benar sangat ketakutan yang luar biasa. "kamu bisa melihat apa yang orang lain ndak bisa lihat toh? kamu melihat sosok yang ada di samping kananmu itu?"tanya aku kepadanya tapi dia hanya diam tanpa mengatakan apa-apa. tapi setelah beberapa saat ketakutannya, aku melihat dengan kepala mata ku sendiri, keluar cahaya putih dari tubuh Bima. cahaya yang sangat menyilaukan bahkan aku harus menyipitkan mataku untuk sekadar menetralkan pandanganku dari cahaya dihitung dan dapat melihat dengan jelas sosok perempuan yang sedari tadi memegang lengan kanan Bima tanpa kepanasan, dan para lelembut yang ada di sekitar sini langsung hilang ndhak tersisa. entah ada kekuatan apa yang yang ada di dalam tubuh Bima atau dia memiliki kekuatan khusus atau wajib haji atau yang lainnya, atau bahkan sosok seperti rewang seperti yang pernah gembar-gemborkan oleh Suwoto. yang jelas aku ndak melihat apapun yang mengikutinya maksudku jika dia memiliki lelang aku pasti akan melihatnya lebih awal. tapi aku ndhak melihat sosok itu sama sekali. kecuali cahaya putih ini yang keluar dari dalam tubuhnya yang baru kali ini aku ketahui dan itu entah cahaya putih macam apa. jika kalian tahu kalian bisa memberitahuku apa itu?     

"ayo kita segera pergi dari sini kangmas, di sini benar-benar sangat mengerikan. bukan tempat semestinya untuk kita, kalau kita berada di sini lebih lama lagi aku takut ada hal-hal aneh yang akan terjadi. jika Kangmas ndhak bisa berdiri aku akan menggendong mu. jadi sekarang kaki kangmas bagaimana sudah mendingan atau masih sama seperti tadi?"     

"kakiku sudah mendingan aku sudah bisa berjalan sendiri namun demikian ada banyak hal yang ingin aku tanyakan kepadamu. setelah kita keluar dari hutan ini kamu ndak akan pernah bisa lepas dariku. ayo sekarang kita pergi sebelum menjadi larut terlebih aku sudah sangat kelaparan tadi pagi aku ndak sempat sarapan ini semua karenamu terlalu tergesa-gesa mengajakku ke sini. andai Aku tahu kalau akan lama ini aku pasti akan membawa bekal atau malah sambil membawa bantal,"     

rumah tampak tertawa dan kami pun mulai berjalan keluar dari hutan kemudian dia memandang ke arahku. mungkin dia pikir apa yang diucapkan adalah reflek tapi saat ini aku benar-benar ingin melucu. suasana yang terjadi tadi di terlebih kejadian yang dialami Bima benar-benar sangat menegangkan. jika aku terus serius aku takut jika nanti terjadi apa-apa setelah ini.     

"aduh kang Mas memangnya kita ke sini untuk piknik atau bagaimana. mau bawa bekal sampai bantal segala. kita ini kan mau memata-matai, kalau kita membawa bekal dan bantal yang ada kita akan ketahuan sebelum kita menemukan apapun."     

kami kemudian terdiam sambil menghela napas lega saat kedua kaki kami mulai keluar dari hutan. rasanya aku ingin segera pulang untuk mandi kemudian tidur andai saja manis ada disini pasti aku ingin tidur dalam pelukannya malam ini.     

"rasanya seperti keluar dari mulut harimau setengah mati seperti ini," kubilang aku masih melirik kearah Bima yang kini dia tampak meregangkan otot-ototnya yang mungkin kaku. kemudian dia terbatuk beberapa kali sampai sinar putih yang belum sepenuhnya hilang itu benar-benar lenyap dari tubuhnya dengan begitu nyata. batuknya itu seolah menjadi tanda untuk menyuruh seseorang pergi akan tetapi aku ndhak bisa melihat apapun yang ada pada dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.