JURAGAN ARJUNA

BAB 366



BAB 366

0sosok laki-laki itu mendekat kearahku dan Bima, kemudian dia memandang ke arah kami seolah hendak meneliti siapa gerangan yang datang dan berbuat rusuh di tempatnya. kemudian untuk sesaat dia terdiam lalu menampilkan seulas senyum hangat.     
0

gestur tubuhnya benar-benar sangat familiar tapi aku sendiri ndak yakin siapa gerangan orang ini hanya saja aku merasa aku pernah bertemu tapi entah dimana.     

"tadi aku mendengar jika ada nama keluarga hendarmoko disebut-sebut di sini siapa gerangan yang berani menyebut nama juragan paling terpandang di negeri ini?" tanya sosok itu yang akhirnya terkesan begitu dingin dan juga tajam.     

aku dan saling tukar pandang, antara bingung dia ini siapa atau mungkin dia pemilik dari toko sayur mayur ini.     

"maaf, Kalau boleh tahu Paman ini siapa?" tanya Bima yang mulai membuka suara, kemudian dia berjalan mendekat kearah sosok itu dan berdiri tepat di depan sosok itu, mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan sosok itu.tapi sosok itu agaknya enggan tangan yang sedari tadi dia lipat di belakang punggung, tampak enggan untuk dikeluarkan. "perkenalkan nama saya Bima saya orang Jakarta tapi kebetulan saya menikah dengan kan anak dari juragan Nathan hendarmoko. dan kedatangan saya kesini adalah ingin mengajak pemilik toko ini untuk berbisnis, menjadi rekan bisnis yang baik dalam hal distribusi sayur mayur serta tembakau kalau bisa. berhubung tadi salah satu dari pegawai di sini bertanya kepada kami tentang beberapa hal, dan seolah enggan untuk memperkenalkan siapa pemilik dari tokoh ini, membuat saya mau tidak mau untuk memperkenalkan diri sebagai keluarga dari keluarga besar hendarmoko. karena sejatinya saya tahu hampir tidak ada orang satupun yang tidak mengenal tentang keluarga itu, dan satu-satunya cara yang bisa membuat seorang pemilik toko keluar karena penasaran. bukan seperti itu Paman?"     

mendengar pertanyaan yang cukup jelas dan bahkan sedikit memojokkan itu, laki-laki yang ada di depan Bima pun tampak tersenyum. kemudian dia kembali memandang ke arah Bima lalu mengalihkan pandangannya kepadaku secara bergantian.     

"Aku benar-benar ndak menyangka jika seorang Nathan Hendarmoko memiliki menantu saya cakap ini. terlebih sudah berapa puluh tahun berlalu aku sampai ndak tahu ternyata anak-anak yang sudah besar sampai anak perempuannya pun sudah bersuami. dan yang ini...," kata orang itu sambil menunjuk ke arahku."pasti yang namanya Arjuna Hendarmoko, anak pertama dari Nathan. benar?"     

"Pak Lik tepat sekali Aku adalah Arjuna anak pertama dari Romo Nathan, Kalau boleh tahu sepertinya hubungan paklik dan Romo ku cukup dekat sekali, melihat bagaimana Pak Lik sangat mengenal anak-anaknya sampai sejauh ini."     

orang tua itu tertawa seolah apa yang ku tanyakan adalah lucu sekali baginya, untuk kemudian dia berjalan ke arahku dan mendekat kearah Bima sambil menepuk-nepuk bahu kami bersamaan.     

"bagaimana aku ndak mengenal Arjuna tentu aku sangat mengenalnya dengan baik lebih dari apapun itu. bahkan dulu saat kamu dan adik perempuan masih bayi aku sering main ke sana, dan saat kedatanganmu pertama kali ke Kemuning, saat kamu masih benar-benar kecil itu aku juga sempat berkunjung ke sana. karena aku cukup penasaran hampir setiap hari yang kamu lakukan adalah memuji-muji anak laki-laki pertamanya. dan setelah aku melihatmu masih kamu masih benar-benar sangat kecil waktu itu, aku tahu kalau kelak kamu akan menjadi orang yang sukses. wajahmu yang mirip mamamu serta tingkahmu yang yang benar-benar menyerupainya, benar-benar mengingatkanku dengan masa muda Romomu waktu itu. tapi sayang karena kamu kembali ke Jambi, dan saat itu pula aku ada urusan mendesak di Jawa barat akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke sana. dan ini baru beberapa bulan aku kembali ke Jawa tengah. siapa sangka dalam waktu sesingkat ini telah lama aku berpisah dengan romomu, kini aku malah didatangi olehmu terlebih pertemuan ini adalah pertemuan tanpa sengaja. bukankah ini salah satu pertanda jika memang benar apa kata orang zaman dulu jika dunia itu ndak selebar daun kelor. dan benar toh buktinya memang nyata seperti ini."     

"jadi inti dari ucapan paman ini adalah jika Paman adalah teman dari Romo Nathan? teman semasa sekolah menengah atas atau teman semasa kuliah? sebab ayahku juga teman kuliah dari Romo Natan," Bima ini kadang-kadang memang sedikit keterlaluan bagaimana bisa dengan orangtua dia bertanya sampai sedetil itu, dia ini lama-lama seperti Pak lek Sobirin saja. kalau bertanya harus se akar-akarnya mungkin biar hatinya lega dengan bertanya seperti itu untuk mengobati rasa penasarannya yang mendalam itu.     

"Bima Bima kamu pikir aku ndak tahu siapa ayahmu? bahkan selama ini ini aku sering bertemu dengannya waktu berada di Jakarta. dan aku juga pernah melihat potretmu yang dipajang di rumah saat kamu minggat bersama dengan putri dari Nathan. memangnya kamu pikir Paman ini ndak tahu tentang yang kisah cinta lucu mu itu,"     

Aku terkekeh mendengar ledekan dari orang yang bahkan sampai detik ini belum menyebutkan namanya itu terhadap Bima. sekarang rasakan dia yang dipermalukan dengan sangat nyata, masa dari tadi dia selalu meledek ku terus. ternyata hukum karma itu itu memang benar adanya.     

"Paman itu berarti tahu aku? jadi sedaritadi di saat Paman melihatku itu artinya Paman sudah mengenalku?" tanya Bima dengan sangat keras kepala, "tapi kenapa Paman tadi pura-pura tidak mengenal kami dan malah bertanya seperti itu?"     

"Paman ndak mengenalimu, karena Paman ndak menduga sama sekali. bagaimana bisa orang yang kutahu ada di Jakarta kata-kata sekarang tiba-tiba berada di sini di-tokoku terlebih berdiri di depanku. dan saat kamu memperkenalkan dirimu lagi sebagai menantu dari Nathan aku baru sadar jika orang yang ada di depanku ini adalah anak dari sahabatku dan menantu dari sahabatku juga, benar-benar luar biasa."     

Bima mengganggu agaknya dia mulai paham dengan apa yang dimaksud oleh laki-laki tua itu untuk kemudian dia memandang lagi ke arah laki-laki tua itu. awalnya kupikir Bima ini cukup pendiam siapa sangka ternyata dia lebih cerewet daripada aku, bertanya sampai ke akar-akarnya, bertanya sampai sejelas-jelasnya, rasa penasaran yang tinggi itu benar-benar sangat lucu.     

"Pak Lik kita sudah bercakap cukup lama tapi sampai detik ini kami belum tahu siapa namamu, karena dari tadi kami hanya memperkenalkan diri secara sepihak. jadi paklek Kalau boleh tahu siapa gerangan namamu biar kita saling enak untuk mengobrol lebih lanjut dan saling mengenal lebih dalam," kataku menengahi dari percakapan mereka berdua sebab aku tahu kalau sampai Bima berbicara lagi Yang ada hanya saling debat tanpa tahu nama dari orang tua ini bahkan sampai kami pulang nanti.     

"iya ya aku malas sampai lupa untuk memperkenalkan diri, sekarang biarkan aku memperkenalkan diriku, namaku adalah Huda Aku adalah kawan lama dari Romomu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.