JURAGAN ARJUNA

BAB 372



BAB 372

0"susah memang kalau sudah bertemu dengan orang yang cinta dengan alam, bahkan aku pikir mungkin kamu beranggapan jika gunung adalah rumahmu dan tempat yang lebih mengasyikkan daripada tempat-tempat yang ada di sebuah kota besar. tapi ketika aku mendengar banyaknya pendaki yang meninggal karena naik gunung seperti itu aku juga sangat kasihan, apa mereka ndak punya cukup hati nurani untuk sekedar diam di rumah saja dan ndhak membuat orang rumah merasa khawatir karena apa yang menjadi hobi mereka tersebut? aku cuma titip pesan sama kamu 1 agar kamu lebih hati-hati jika kamu memang menekuni hobi itu sampai saat ini, sebab bagaimanapun kamu sudah memiliki tanggung jawab anak dan istrimu juga sangat butuh denganmu mereka juga sangat mendambakan kehadiran mu ada di tengah-tengah keluarga jangan pernah merasa egois dan merasa paling hebat melakukan apa-apa sendiri terlebih yang beresiko tinggi."     
0

Aku mengatakan ini bukan karena aku benci kepadanya, bukan juga karena aku ingin melarang dia untuk melakukan sesuatu yang disukainya, hanya saja aku kuatir bagaimanapun dia adalah adik iparku, mana mungkin aku membiarkan dia sampai kenapa-napa, aku ingin dia selalu sehat. aku ingin dia selalu ada untuk anak dan istri dan kumpul bersama mereka. karena bagaimanapun dia adalah seorang ayah yang memiliki tanggung jawab besar kepada keluarga kecilnya.     

"aku sudah memutuskan untuk berhenti naik gunung setelah kejadian Riyanti beberapa waktu yang lalu Kangmas karena aku sadar semakin aku memaksakan hobiku itu semakin aku bisa melihat dan semakin aku merasa takut kehilangan orang-orang yang ada di sekitarku. aku sudah kehilangan wanita itu dan itu sudah cukup membuatku menjadi sebuah pembelajaran jadi aku tidak mau ada korban-korban lain lagi hanya karena hobi bodohku itu. sekarang aku hanya fokus kepada pekerjaan yang sangat banyak ini terlebih sekarang selain memegang usaha ayah aku juga membantu sedikit-sedikit dengan kerusuhan yang ada di kemuning. itu sudah cukup membuatku pusing bukan main. waktuku bersama dengan anak istri sudah sangat berkurang jadi aku tidak mau menambah-nambahi hobi di luar dan membuatku malah tidak bertemu dengan mereka lebih lama lagi,"     

ucapannya kali ini benar-benar seperti orang tua, aku baru tahu kalau ada pemuda yang memiliki pemikiran yang sungguh dewasa untuk beberapa tahun kedepan dan traumanya kepada sebuah kematian di gunung juga rupanya sangat berpengaruh besar kepada kehidupannya. mungkin itu adalah salah satu sisi baik yang harus diambil setelah kejadian yang sangat mengerikan itu, dia lebih bisa menghargai waktu, dia lebih bisa menghargai orang-orang yang disekitarnya, dan dia lebih bisa berpikir dengan matang sebelum mengambil keputusan. ya aku setuju, aku setuju dengannya apapun yang dia putuskan, aku rasa dia sudah bisa menilai yang mana yang baik dan yang mana yang buruk, dan semoga Rianti bisa bahagia dengan laki-laki sepertinya, yang kurasa lebih cukup dalam hal bertanggung jawab dan menafkahi, yang belum kutahu adalah cara dia mencintai adikku dan cara dia membahagiakannya. meski Yang kulihat selama ini dia cukup baik, dan adikku pun terlihat sangat bahagia hidup bersama dengan dirinya.     

"sekarang mari kita lihat apakah mata-mata dari Sujiwo masih mengikuti kita atau mereka sudah pergi, dan kalau kamu sudah puas berada di tempat yang yang aku bahkan ndhak tahu di mana ini kita kembali ke Purwokerto sebelum kemalaman. karena aku ingin mengenalkanmu kepada Pandu juga aku ingin bertemu dengan istri juga anak-anakku, aku sangat rindu kepada mereka meski sebentar, aku ingin menemui mereka untuk menunjukkan jika aku baik-baik saja agar mereka juga ndak kuatir karena aku beberapa hari ini ndak memberi kabar kepada mereka sama sekali,"     

ajakku kemudian, Bima lantas menyetujuinya. kemudian siap membelokkan mobilnya dan kami mulai kembali ke arah Purwokerto. sepanjang perjalanan yang kami lakukan hanyalah tertawa sambil bercakap-cakap dan bercerita tentang masa lalu kami di masa kecil kami, dan hal-hal lucu yang kami laku kan selama muda dulu. aku dan dia cukup akrab, mungkin karena aku dulu ingin memiliki adik laki-laki pun dengan dia yang anak semata wayang jadi kami seolah-olah saling melengkapi dan merasa cocok satu sama lain. aku rasa kami telah menjadi satu sahabat yang baik atau seorang yang kang Mas dan adik yang baik. dan hal itu membuat ku sangat beruntung, menurutku itu juga adalah hal yang baik karena kami akan menjadi lebih dekat tanpa ada pembatas di antara kami dan rasa sungkan. terlebih Bima ternyata cukup cakap dalam bercerita, dia mudah masuk ke semua kalangan, bukan hanya aku tetapi romo juga. lihatlah bagaimana saat di rumah dia begitu disayang oleh Romo bahkan seperti putranya sendiri. apa yang romo inginkan dia selalu tahu dan dia selalu memahami begitu pula dengan sebaliknya. padahal dia orang kota tapi dia sama sekali ndhak merasa kalau dirinya adalah orang kota, makan dan apapun dia selalu lahap dan tanpa protes. padahal makanan di kota jauh lebih enak enak dan banyak ragam daripada makanan di kampung. bahkan kadang-kadang bulik sari sering membuatkan ikan asin dengan nasi jagung juga nasi gaplek tapi dia tampak baik-baik saja ndhak protes sama sekali dan malah menikmatinya meskipun pada awalnya dia ndak tahu itu jenis makanan apa. kadang-kadang melihat dia dengan wajah bodohnya itu bertanya tentang makanan yang dihidangkan oleh para abdi dalem itu terlihat sangat lucu. kemudian dia memakanya dengan sangat hati-hati karena mungkin takut kalau makanan itu beracun, namun setelah dia tahu rasanya enak luar biasa dia lantas memenuhi piringnya dengan makanan itu atau malah dia menambah berkali-kali. Aku heran dengan perut kecilnya itu kok ya muat makan makanan sebanyak itu.     

dan setelah beberapa jam perjalanan akhirnya kami sampai juga di depan rumah. suasananya cukup sepi dengan orang sebanyak itu di rumah. sepi dan benar-benar sangat aneh kemudian mengajak Bima untuk keluar, kemudian kami berjalan masuk ke arah rumah. ndhak ada siapa-siapa bahkan para abdi dalem pun ndhak ada yang tampak satu pun. aku kembali mengerutkan kening kemudian mengajaknya berkeliling barangkali orang-orang ada dibelakang rumah dan mereka sedang berkebun. dan benar saja orang-orang sedang berkumpul di sana mereka sepertinya sedang melakukan sesuatu, seperti sedang makan besar atau malah sedang kumpul-kumpul karena yang aku lihat ada banyak makanan tersaji di sana dan ada berbagai macam buah-buahan juga yang ada di sana.     

kemudian ku ajak Bima mendekat setiap tampak kaget melihat kedatanganku tapi aku suruh dia untuk diam dan pura-pura ndhak tahu, untuk kemudian aku duduk pelan-pelan disamping manis tanpa sepengetahuannya. kan kedatanganku saja dia sampai ndak tahu. dasar perempuan satu ini benar-benar ndhak peka sama sekali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.