JURAGAN ARJUNA

BAB 364



BAB 364

0pagi ini aku dan Bima sudah siap untuk menjalankan semua rencana kami, para pemetik teh yang sudah kami siapkan sedari kami pulang dari hutan semalam mereka sudah berjalan menyusuri kebun kebun teh bahkan sebelum fajar datang. sebuah rutinitas yang sangat wajar jika orang-orang melihat itu jadi aku sangat yakin jika anak buah sujiwo ndak akan pernah curiga tentang ini. sementara suwoto, dan Paklik Sobirin sudah ku utus untuk membawa beberapa sayur-mayur yang kualitasnya kurang baik untuk dibawa ke kota dan melakukan sedikit tawar-menawar kepada para pengulak, yang selama ini adalah rekan bisnis kami. jika mereka berdua mampu menampilkan sebuah adegan yang sangat menyedihkan seolah-olah kami benar-benar akan bangkrut itu akan membuat Sujiwo dan anak buahnya sangat bahagia. kita tunggu saja sampai mereka merasa lengah kemudian para mata-matanya berhenti untuk mengikuti kami. dan sekarang ini aku dan Bima sudah bersiap untuk pergi ke kota. biyung dan Romo, mengiringi langkah kami dengan mimik wajah cemas mereka. padahal saat ini yang ku cemas kan bukan diriku sendiri tapi malah mereka berdua. Aku tinggal di sini sendirian apakah benar mereka akan baik-baik saja? aku takut saja jika antek-antek itu akan berubah dan membuat sakit orang tuaku.     
0

"kalian berangkat yang hati-hati jangan memikirkan apapun dan jangan pernah berhenti kalau ada apa-apa yang mencurigakan. sebab biung khawatir kaalau mereka memasang jebakan untuk menyakiti kalian, percayalah orang jahat itu selalu memiliki 1001 macam cara untuk menghilangkan musuhnya dari dunia."     

Bima tampak menggenggam kedua pundak biung, kemudian dia tampak tersenyum,sebuah senyuman sebagai penanda untuk menenangkan keresahan di hati biung.     

"romo dan biung tidak usah cemas kami berjanji kami akan sampai ke sana dengan selamat dan juga akan pulang dengan selamat. beladiri kami cukup mumpuni dan kamu juga memiliki bekal dari segala sisi. jika yang kami hadapi masih puluhan kami tidak akan pernah merasa kalah.akan tetapi yang membuatku sedikit khawatir adalah kalian berdua. meski ramanathan bisa menjaga diri tapi kondisi fisiknya sekarang sudah tidak sama seperti yang dulu.ditambah sekarang ini tidak ada satu abdi dalem pun yang mumpuni untuk menjaga kalian berdua. akan tetapi sebentar lagi orang-orang aku akan datang ke sini untuk mengawasi rumah ini diam-diam. dan jika kami sampai pulang larut malam, berjanjilah untuk tidur di lantai dan beralaskan tikar. agar mereka tidak bisa menyerang kalian dari berbagai sisi manapun."     

"dari mana kamu tahu tentang ini Bima? jika sesuatu yang halus akan lolos jika kita tidur di tanah dan beralaskan tikar? kurasa kamu memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah seperti ini. mungkin saat aku tua nanti aku akan memiliki dua anak yang nantinya akan beralih profesi menjadi seorang dukun,"     

dasar Romo ini bagaimana bisa dia meledek ku dan juga Bima seperti itu? mengatai kami jika kelak kami akan menjadi seorang dukun.     

"bilang saja kalau Romo ini iri karena dari keluarga kita Romo adalah laki-laki satu-satunya yang ndak bisa dan ndak peka dengan hal-hal semacam itu," ejekku kepada Romo. kemudian dia tertawa terbahak-bahak seolah dia sedang meledek ku padahal sekarang ini kan dia yang sedang aku ledek.     

"Romomu ini meski sudah tua meski ndak bisa melihat hal-hal seperti itu, tapi percayalah ndak akan ada satu hal apapun dalam bentuk apapun dan sekuat apapun itu yang bisa menembus pertahanan Romo," lihatlah orang tua ini percaya dirinya itu sangat tinggi sekali. tapi bagaimana lagi dia adalah romoku, ucapannya yang cenderung menyombongkan diri itu memang kadang-kadang sangat lucu. akan tetapi memang kenyataannya seperti itu. dia seperti memiliki sebuah bayangan, yang bahkan ndhak pernah bisa pudar entah itu dari mana asalnya aku juga ndhak tahu.     

"Aku percaya sekali dengan itu Romo aku bisa melihatnya dengan jelas, tapi istri kamu yang manis ini harus lindungi kan?" kuda Bima lagi romo tampak berdecak, namun dia mengangguk juga.     

"Ya sudah kami pamit pergi dulu, dan kami usahakan malam kami sudah sampai di rumah."     

setelah mengatakan itu aku dan Bima akhirnya pergi, Bima yang mengendarai mobil sementara aku duduk di sampingnya kami berdua benar-benar seperti seseorang yang yang kebingungan. sampai jam berganti jam jam dan beberapa tempat lain telah kami lewati, dan syukur saja kami selamat sampai tujuan tanpa ada ada satu kejadian pun yang menjanggal. kecuali Bima yang sering menunjukkan kepadaku beberapa titik dari mereka tersembunyi dan mengintai kami. rupanya mereka itu cukup keras kepala juga bagaimana bisa mereka mengintai dari kami berada di kemuning sampai kami berhenti di salah satu pasar yang ada di Purwokerto.     

setelah kami keluar dari mobil kami masih berdiam diri sambil menyandarkan tubuh kami di mobil, melepaskan kacamata kami dan seolah-olah menebarkan pandangan kami pada sekitar. padahal yang ingin kami lakukan hanyalah, untuk memastikan apakah sampai disini orang-orang itu masih tetap mengikuti kami?     

"apakah kamu bisa berpikir jika kali ini kita aman atau malah mereka masih mengikuti kita sampai detik ini?" tanyaku kepada Bima sebab untuk urusan mengintai dan melihat sesuatu dia jauh lebih jeli daripada aku.     

Bima tampak menebarkan pandangannya kemudian dia bersiul-siul sambil memandang ke arah langit.     

"masih ada 3 orang yang mengikuti kita kang Mas, jadi kita jangan lengah dulu. kita harus berada di sini untuk meyakinkan salah satu pengulak agar dia mau membeli sayur-mayur kita. kita lakukan itu sampai orang-orang itu benar-benar percaya dengan kita dan melaporkan kegiatan kita hari ini."     

"di dalam pasar ini ada jalan tembusan tepatnya di lorong sebelah kiri dari para penjual sayur mayur,lorong itu tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang bisa lewat ke arah sana. nanti kita masuk saja dan tinggal mobil ini di sini, untuk kemudian kita melewati lorong rahasia itu. karena dari sana ada salah satu temanku yang akan menjemput kita. dan biarkan mata-mata itu menunggu sampai dia lelah,kira-kira kita hanya perlu waktu 30 menit untuk kembali keluar, agar mereka ndak curiga kepada kita. kalau kita terus keluar masuk keluar masuk seperti biasanya, kita ndak akan bisa bergerak bebas. dan mereka akan terus mengintai kita kemanapun kita pergi," jelas lu kepada Bima sembari aku memberikan ide kepadanya. Bima tampak menjentikkan jari, sekolah ide yang kuberikan kepadanya adalah sangat luar biasa.     

"ini benar-benar seperti di luar dugaan jika kang Mas ternyata telah memiliki ide sebagus ini, aku sangat setuju. sebab dari tadi yang kupikirkan juga itu, kalau sampai mereka terus mengikuti kita kemanapun kita pergi maka kita tidak akan pernah bisa bertemu dengan pengulak manapun,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.