JURAGAN ARJUNA

BAB 355



BAB 355

0"Ya sudah kalau memang seperti itu maumu, Suwoto, lepaskan ikatan Mbah Seno, dan biarkan dia bekerja seperti biasanya. biarkan dia membersihkan diri dan istirahat yang cukup. sebab aku yakin kalian mengurungnya di sini, pasti mbah Seno sangat kurang istirahat. atau jangan-jangan malah dia belum juga kalian kasih makan."     
0

"untuk masalah makan kami sudah memberinya juragan, sehari tiga kali ndak ada satupun Yang terlewatkan. baiklah aku akan melepaskan ikatannya sekarang, sebab aku juga kuatir orang tua seperti ini takutnya akan jatuh sakit jika harus lama-lama tinggal di dalam gudang yang pengap seperti ini."     

setelah mengatakan hal itu, Suwoto pun akhirnya nya melepaskan ikatan dari Mbah Seno. untuk kemudian Mbah Seno, berkali-kali meminta maaf dan berterima kasih kepadaku juga Bima. setelah itu dia izin untuk kembali pulang ke rumah. dia bilang jika dia lelah dia ingin istirahat dulu sebelum dia kembali memberi makan kerbau kerbau yang ada di kandang.     

"kalian bertiga pergilah pilih-pilih sayur-mayur yang kiranya masih bisa kita selamatkan. jika sekiranya ada yang sedikit busuk tetap ambil saja kita bisa menggunakannya sebagai acar atau bahan makanan apapun, kemudian kita bisa menjualnya dalam bentuk olahan matang. dan untuk sayur-sayur yang masih segar masukkan semua ke dalam truk sebentar lagi aku akan menghubungi temanku yang ada di Jakarta untuk mengambil sayur mayur itu sebagai bahan makanan mereka di restoran," perintah dari Bima yang terdengar sangat telak dan begitu tegas.     

ketika orang yang ada di depan kami pun langsung pergi, tanpa membantah atau pun bertanya. aku jadi heran bagaimana bisa mereka begitu menurut kepada Bima yang merupakan juragan karena baru saja menikah dengan Riyanti. sementara denganku yang merupakan juragan mereka sedari dulu, membantah adalah hal pertama yang akan mereka lakukan, sebelum mereka benar-benar mau melakukan pekerjaan dariku. sungguh malang benar nasib ku ini, seolah-olah menjadi juragan yang ndak diakui.     

kini ku lirik lagi Bima yang masih tampak diam seolah enggan untuk keluar dari gudang ini. atau malah dia sedang menungguku untuk berjalan terlebih dahulu.     

"Bima Aku ingin bertanya kepadamu sesuatu, mumpung di sini hanya ada kita berdua. masalah rencana besar itu apakah itu benar-benar rencana besar mu yang satu-satunya? apakah kamu memiliki rencana lain dan apa yang kamu ucapkan tadi hanyalah sebagai pancingan kepada Mbah Seno untuk melihat pergerakannya, apakah dia akan mengadu kepada putra serta juragan Sujiwo, atau dia benar-benar akan menurut kepada kita?"     

dia tampak tersenyum simpul mendengar pertanyaanku itu kemudian, ini dia melangkah untuk keluar dari gudang. sebuah senyum yang sulit diartikan dan senyum itu entah apa maksudnya.     

"kang Mas ini terlalu berpikir jauh, memangnya aku sesakti apa yang bisa memikirkan berbagai banyak rencana dalam waktu beberapa jam. satu-satunya rencana yang kumiliki sudah aku katakan tadi di depan banyak orang."     

"dan kamu ndak takut kalau sampai hai orang tua itu menghianati kita lagi? bagaimana jika dia akan mengadu tentang rencana mu ini, kepada penjahat-penjahat itu? maka kita akan hancur dan kita ndak akan memiliki rencana laki selain melihat kerugian yang akan diterima oleh warga ngargoyoso,"     

"untuk masalah itu Kangmas tenang saja, seandainya pun dia mengadu kepada juragan Sujiwo. pihak musuh pun tidak akan bisa melakukan apa-apa. aku tinggal menghentikan produksi dari bibit bibit unggul itu, sehingga mereka tidak memiliki celah untuk mendapatkan bibit unggul lagi. dan yang terjadi kepada mereka adalah sebuah kerugian besar dari apa yang telah mereka rencanakan. pihak pemasok barang tidak akan mungkin terima jika menerima sayur-mayur dan juga tembakau dengan kualitas buruk, dan dengan harga yang sama. mereka pasti akan menghancurkan harga pasar, cara membuat pihak Juragan Sujiwo semakin merugi setiap bulannya. dengan cara seperti itu tidak ada lagi yang harus mereka lakukan selain menjual lahan lahan atau menyerahkan lahan sewaan mereka kepada para petani dengan cuma-cuma. karena mereka sudah tidak punya biaya lagi untuk bertanam. siapa biayanya telah habis untuk membayar bulanan para abdi, untuk makan sehari-hari, untuk merawat sayur-mayur itu sampai besar, dan untuk membayar para pekerja di kebun. dan jika itu terjadi mereka maju atau mundur pun, hancur adalah harga setimpal yang akan mereka rasakan."     

"otakmu benar-benar sangat cerdas, apakah aku ndhak sampai berfikir sejauh itu, bagaimana kamu bisa memikirkannya secara rinci? pantas saja jika orang tuamu mempercayakan usahanya kepadamu. sebab otakmu ini sangat pantas digunakan untuk mengambil langkah-langkah terkecil sekalipun saat kita terdesak."     

ini bukan hanya sekadar pujian, ini benar-benar seperti apa yang telah aku rasakan kepada Bima. di usianya yang semuda ini sudah bisa berpikir jauh ke mana-mana.     

"tapi kang Mas kamu juga harus mengawasi setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh Mbah Seno. karena untuk berjaga-jaga jika nanti ada hal yang lain lagi yang diajarkan kepada juragan Sujiwo. hari ini hanya masalah hasil perkebunan saja. dan itu pun bukan perkebunan utama, kalau sampai perkebunan utama kita yang diusik, maka hal itu akan ada ceritanya. kita tidak akan lagi bisa tinggal diam, yang bisa kita lakukan adalah maju terus dan menyerang. sementara itu aku ingin menyuruh beberapa orang ku untuk menyelidiki siapa sebenarnya juragan sujiwo itu. sebab aku benar-benar sangat penasaran dengan apa yang membuat seseorang sampai berlaku sangat kejam seperti ini?"     

"sebenarnya ini jauh sekali dari mu, sebab yang menjadi dendam kesumat nya adalah Kakek kita dan juga romaku. sebenarnya salah satu dari keluarganya dulu adalah istri pertama dari Romo ku. namun demikian hal yang lain daripada itu adalah, romo aku terpaksa menikahinya karena dia telah hamil anak entah dari siapa. yang diakuinya sebagai anak dari Kakek kita. dan pernikahan itu pun terjadi, makan sampai rumahku memiliki 2 istri. dan tentu saja dari kedua tersebut adalah hasil dari keterpaksaan, romo ku ndak memiliki rasa apapun kepada para istrinya. karena pernikahan itu terjadi dari hasil paksaan orang tua. hingga pada akhirnya kamu aku bertemu dengan biung, dan dia jatuh hati kepadanya, singkat cerita karena adanya belum inilah, Romo berkeinginan untuk menikah lagi. namun sayang seribu sayang mengetahui jika suaminya telah jatuh hati kepada wanita lain, dan kedua istri tersebut ketakutan jika kamu akan direbut oleh istri ketiganya ini, mereka mulai membuat siasat yang sangat licik. dan dari semua siasat licik nya itu adalah sampai mereka tega untuk berniat menghabisi biyung. dan sampai pada akhirnya kebusukan itu terungkap, dan mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara yang sangat mengenaskan. dan anak-anak mereka dikembalikan kepada keluarga mereka , setelah diberi warisan sesuai hak mereka sebagai anak dari Romo ku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.