JURAGAN ARJUNA

BAB 294



BAB 294

0"Bagaimana maksud Juragan? Aku benar-benar tidak paham," kata Ucup yang sudah kutebak dari tadi.     
0

Aku kemudian menata dudukku, kemudian kusuruh Ucup untuk menghentikan kegiatan memijitnya. Dia kemudian duduk di sampingku, sambil memandangku dengan tatapan serius itu.     

"Bagi orang kota, penduduk kampung adalah penduduk yang cenderung primitif, lugu, dan sangat murni, iya kan? Yang bahkan untuk masalah kedekatan dengan lawan jenis sangat mereka hindari dan dibentuk beberapa aturan-aturan mereka sendiri yang cenderung ketat," aku menghentikan ucapanku, berharap Ucup paham di sini dengan apa yang hendak aku sampaikan. Ucup tampak mengangguk, kemudian dia memerhatikanku dengan serius. "Namun, mereka tidak pernah sama sekali berpikir, jika sejatinya seorang perempuan di kampung sama sekali tidak punya harga dirinya sama sekali. Mereka—bagi orang-orang kaya raya yang berkuasa, sering sekali menggunakan kelemahan ini—kemiskinannya untuk memperdaya perempuan-perempuan untuk apa? Sebagai pemuas nafsu mereka. Menjadikan mereka simpanan, setelah puas dengan apa yang mereka inginkan lantas perempuan-perempuan itu dibuang begitu saja. Tidak ada hukum pasti bagi pelakunya, akan tetapk hukum itu hanya berjalan bagi perempuan yang kemungkinan ketahuan hamil atau dianggap mengotori kampung. Apakah kamu pikir, ini adalah bayaran yang sepadan dari apa yang telah mereka lakukan? Terpaksa atau tidak melayani seorang Juragan dengan iming-iming harta, faktanya mereka adalah korban dari kebiadaban para orang-orang kaya itu, kan? Bahka tidak jarang, mereka sampai harus melahirkan anak dan membesarkannya tanpa adanya sosok Bapak. Dan ini ada poin pentingnya lagi...," kataku terhenti. "Bahkan kebodohan dari penduduk kampung tidak berhenti pada hal seperti itu. Akan tetapi, dari hubungan pernikahan. Banyak sekali suami tetangga selingkuh dengan istri tetangga, istri tetangga ditiduri oleh suami tetangga, dan lain sebagainya. Hubungan perselingkuhan seperti ini, yang dianggap orang-orang kota tidak masuk akal, sebenarnya memang terjadi adanya di kampung-kampung, Ucup."     

"Lantas, mereka bagaimana, Juragan? Apakah mereka bercerai?" tanya Ucup yang agaknya penasaran.     

"Tentu saja tidak. Bahkan, setelah mereka baku hantam, mereka masih bisa menerima pasangan mereka kembali. Untuk kemudian, kejadian menjijikkan itu akan terlupakan seiring berjalannya waktu. Ada salah satu tempat di sini juga, yang menganut ritual pesugihan. Beberapa orang dari luar daerah pun, berpondong-pondong datang untuk mendapatkan kekayaan. Dan kamu tahu, ritual apa yang harus mereka lakukan agar bisa kaya?"     

"Apa, Juragan?"     

"Bercinta dengan salah seorang pelacur yang ada di sana. Tidak peduli tua muda atau pun sebaliknya."     

"Ngeri Juragan!" kata Ucup sambil memeluk dirinya sendiri.     

Aku pun tersenyum maklum mendengar ucapannya itu. Bahkan kurasa, bagi orang yang ndhak tahu ini hanyalah sebuah lelucon atau khayalan. Atau bahkan, bagi yang nantinya membaca kisah ini pasti akan berpikir. Mana mungkin, di saat lampu di zaman itu, dengan keadaan tempat di kampung, orang-orangnya terlalu fulgar dalam berhubungan. Atau paling endhak, mereka akan berkata ini adalah kisah kampung dengan gaya kebarat-baratan. Aku sama sekali ndhak memaksa untuk orang percaya, akan tetapi ini adalah yang sebenarnya terjadi. Coba kalian bertanya, barangkali ada salah satu di antara kalian yang memiliki keluarga orang kampung. Di masa itu, di tahun itu adakah yang memiliki kisah yang ndhak jauh beda dari kisahku? Sebab kurasa, mau di zaman apa. Nafsu itu adalah sifat sebagian dari manusia. Terutama laki-laki. Jadi kurasa, hal itu ndhak lah menjadi hal yang aneh.     

"Itu kenyataan yang banyak yang tidak tahu, Ucup. Itu sebabnya banyak yang salah mengira dengan bagaimana penduduk kampung itu sendiri. Dan itulah salah satu alasan kenapa di kampung ini didirikan rumah pintar. Agar para perempuannya memiliki ilmu pengetahuan yang luas, agar mereka paham, mana yang baik dan mana yang salah. Terlepas dari itu semua adalah, untuk mencipatakan lapangan pekerjaan dari mereka yang mungkin sebagian besar penghasilan mereka adalah dari memetik teh di kebun."     

"Juragan, aku benar-benar tertarik dengan kisah ini. Aku akan mencoba untuk bertanya dengan temanku yang bekerja di bidang ini. Akan tetapi, kita juga tidak bisa untuk menjadikannya sebuah projek layar lebar jika penekannya tertuju kepada satu titik yang bagi sebagian besar penduduk kita adalah janggal."     

Aku paham dengan apa yang dikatakan oleh Ucup, sebab apa yang dia katakan memang benar adanya. Kemudian, aku mulai terbesit dengan buku yang ditulis oleh Romo juga Biung.     

"Kalau seperti ini, apakah akan menjadi menarik?" kubilang, Ucup memandangku lagi dengan tatapan seriusnya itu. "Sebuah cinta terlarang antara Juragan dan simpanannya, dan di sisi lain adik dari Juragan tersebut diam-diam jatuh hati dengan simpanan kangmasnya."     

"Cinta segitiga, Juragan?" tanya Ucup, aku pun mengangguki ucapannya. "Benar-benar sangat menarik. Apalagi kalau simpanan ini adalah kembang desa. Bisa dijamin, cerita ini akan benar-benar menarik jika diangkat ke layar kaca."     

"Kalau seperti itu kamu tinggal atur saja. Aku siap menjadi narasumber dari kisahmu itu."     

"Apa ini adalah kisah nyata, Juragan?" tanya Ucup yang berhasil membuatku terdiam. Untuk kemudian, aku menampilkan seulas senyum kaku. Bahaya kalau tahu jika ini adalah kisah nyata.     

"Aku hanya pernah melihat. Terlebih, kisah ini tidak lebih sebagai pembelajaran bagi kita semua tentunya. Tidak ada yang spesial juga serius. Agar kita bisa tahu, bagaimana kita harus menempatkan diri, bagaimana kita harus jatuh hati. Dan hidup itu, tidak melulu hanya karena masalah percintaan, akan tetapi tetap tinggal agar orang yang kita cinta bahagia adalah salah satu contoh yang harus diambil hikmahnya."     

Ucup tertawa, kemudian dia menepuk bahuku kuat-kuat. Membuatku mengaduh kesakitan karena kelakuan menyebalkannya ini.     

"Juragan, kamu kalau berkhayal benar-benar luar biasa. Bukankah, dari pada menjadi seorang Juragan yang sangat melelahkan lebih baik Juragan pindah profesi menjadi seorang seniman? Menulis banyak kisah manis yang sedikit melankolis, kemudian aku bagian menawarkan kisah-kisah yang Juragan tulis kepada temanku yang bekerja di bidang perfilman layar lebar. Wah wah... aku sudah tidak sabar membayangkan, bagaimana nama Arjuna Hendarmoko tertera dalam layar kaca sebagai pembuka atas kisah yang dibagikan kepada kita. Kemudian, Juragan akan mendapatkan banyak penggemar setia."     

"Cih!" kataku sambil tersenyum. Ucapannya Ucup ini benar-benar ngelantur. "Tanpa aku harus menjadi pujangga pun, aku sudah memiliki banyak penggemar, Ucup. Dan aku tidak mau, karena hal sepele itu malah membuat istriku salah paham kepadaku. Dia sudah sangat setia, sangat tidak pantas jika aku mengecewakannya."     

"Keren pkoknya," kata Ucup sambil mengacungkan dua jempol tangannya. Aku tersenyum saja, kemudian membiarkannya kembali memijat bahuku. Sambil sesekali aku menikmatinya dengan memejamkan mata rapat-rapat. Siapa tahu aku bisa tertidur, kemudian bisa pulang ke rumah dengan tubuh segar bugar. Agar aku ndhak lagi terlalu gampang marah dengan Manis. Sebab kasihan sekali dia aku marahi terus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.