JURAGAN ARJUNA

BAB 71



BAB 71

0 Aku tersenyum mendengar perkataannya itu, seperti dia yang paling tahu aku saja. Padahal, dia ndhak tahu apa-apa. Buktinya, aku rindu saja, dia ndhak peka.     
0

"Seharusnya kamu bangga, dicemburui pemuda sebagus diriku," kubilang dengan percaya diri. Dia malah tertawa.     

"Dasar sudah tua tetap saja ndhak tahu diri," katanya.     

"Apa kamu ndhak merindukan aku? Kenapa bisa di saat aku sedang sekarat kamu malah memilih berada di sini untuk kuliah. Apa kamu ndhak merasa kalau kamu telah mengambil banyak keuntungan dariku?" kataku pada akhirnya.     

Kulihat Manis tampak menundukkan wajahnya, sebuah senyum kecut tersungging di kedua sudut bibirnya. Ada apa?     

"Kamu tahu, andai aku bisa, pasti aku akan memilih untuk tetap berada di sampingmu. Menemanimu, merawatmu, dan bisa berada di sisimu tatkala kamu membuka mata. Namun kamu juga harus tahu, aku ndhak pernah bisa melakukannya...," aku tersenyum getir tatkala Manis mengatakan hal itu, kemudian dia tampak memandangku dengan mata nanarnya. "Yang mengalami banyak hal bukan hanya kamu, Arjuna. Tapi aku juga," katanya kemudian.     

Berdiri sambil menghela napas panjang kemudian memeluk dirinya sendiri. "Kamu tahu, toh, ini semua adalah yang terbaik untuk kita. Dengan aku pergi seperti ini adalah yang terbaik untuk kita. Bagaimana bisa aku berada di dekatmu setelah suamiku mati di tanganmu? Bagaimana mungkin aku tetap menemanimu di rumah sakit di saat statusku adalah seorang janda baru, Arjuna? Bagaimana pendapat orang tentang keluargamu? Meskipun aku jelas tahu, jika pendapat mereka tentangku adalah yang terburuk dari perempuan terburuk di dunia ini. Dan kamu tahu, apa yang jika Juragan Nathan telah mengetahui semua ini sejak lama?"     

"Romo tahu tentang hubungan kita?" tanyaku ndhak percaya. Jika benar itu semua, lantas bagaimana bisa Romo berpura-pura ndhak tahu apa-apa tentang ini semua?     

Manis mengangguk, kemudian dia mengusap kasar air matanya. "Waktu itu saat kamu membawa pergi Mbakyu Arni, Juragan Nathan lantas menemuiku. Beliau bertanya kenapa bisa kamu berubah seperti ini, beliau bertanya bukankah seharusnya yang dicintai oleh Arjuna itu aku?" kata Manis, dia tampak mengenang hal lalu. Dan itu benar-benar membuatku ndhak enak hati. "Dan setelah itu Juragan Nathan ndhak tanya-tanya lagi, kecuali setelah adanya peristiwa tanda merah di leherku waktu itu. Beliau kembali mendikteku, bertanya siapa gerangan yang berbuat itu,"     

"Lalu kamu menceritakan semuanya?" tanyaku memotong ucapannya. Tapi Manis tampak menggeleng.     

"Bagaimana aku berkuasa cerita, toh, Arjuna? Kamu adalah seorang Juragan, calon Juragan Besar. Dan Juragan Nathan adalah Juragan Besar di kampung kita. Memangnya kamu pikir, aku yang yatim piatu ini, aku yang orang miskin ini, dan aku yang menjadi salah satu abdi di kediamanmu ini pantas mengatakan jika, ya, aku telah ditiduri oleh Juragan Arjuna? Dan ya, aku memiliki hubungan dengan Juragan Arjuna? Apa aku pantas mengatakan hal itu?" lagi, Manis tampak menangis. Namun kali ini, aku ndhak bisa berbuat apa-apa. Aku benar-benar ndhak tahu harus bagaimana. Pemikirannya yang seperti itu, aku baru mengetahuinya. "Aku sadar diri, Arjuna, siapa, toh, aku ini. Hanya seorang perempuan miskin, yatim piatu, hanya seorang abdi dari keluargamu. Lantas, bagaimana caraku mengartikan sukamu kepadaku selama ini? Selain semua hanya imajiku semata, bukakah kamu seharusnya tahu toh bagaimana aturan di tempat para Juragan ternama? Mereka akan menikah di usia yang sangat muda, dengan istri-istri dari kalangan para Juragan juga. Sementara orang yang ndhak punya, terlebih abdi rendahan sepertiku ini, ndhak lebih dari hiburan semata. Cinta antara Juragan kepada abdinya adalah hal yang benar-benar semu, Arjuna. Mereka umumnya bersifat sementara, kemudian perlahan akan sirna. Meski hal itu berbanding terbalik dengan si abdi, mereka akan menggenggam cintanya sepenuh hati. Bahkan sampai mereka ndhak pernah merasa, jika cinta yang mereka genggam telah melukai mereka dengan begitu dalam."     

"Kamu tahu aku bukan pemuda yang seperti itu, aku—"     

"Aku mencoba berpikir rasional, Arjuna. Aku mencoba berpkkir dengan apa yang telah terjadi dulu. Kamu memberiku banyak mimpi manis, lalu kemudian kamu meninggalkanku begitu saja. Lantas setelah kamu kembali, kamu lupa, dan malah mengejar-ngejar Arni. Lalu kamu berkata jika kamu telah jatuh hati kepadaku aku mulai terlena, menganggap semuanya seolah adalah nyata. Tapi Simbah berkali-kali menyadarkanku, ditambah Ndoro Larasati, tatkala beliau menceritakan sosok Puri kepadaku. Meminta sebuah pertimbangan, adalah perempuan ayu itu pantas untuk menjadi istrimu atau endhak. Di situ aku mulai paham posisiku, di situ aku mulai sadar dan terbangun dari mimpiku. Jika aku bukanlah siapa-siapa, aku adalah seorang perempuan miskin bernama Manis, yang bermimpi terlalu tinggi. Lalu saat aku tahu jika aku ternyata hamil, aku mulai ketakutan. Sebab aku juga sadar, jika waktu perkawinanku dengan Minto semakin dekat. Lagi Juragan Nathan datang, dan di sanalah aku mengakui semuanya. Beliau benar-benar marah kepadaku, karena telah diam di saat semuanya sudah terlambat. Sempat beliau ingin menggagalkan acara perkawinan itu, tapi aku memohon untuk merahasiakan ini dari semua orang, dan berpura-pura jika semuanya ndhak terjadi apa-apa. Lalu aku tahu jika kamu terluka parah karena Minto, di sana Juragan Nathan membantuku untuk memundurkan pernikahanku dengan Minto sampai kamu sadar. Dengan dalih, jika selama ini Juragan Nathan telah menganggapku sebagai putrinya, bagaimana bisa beliau harus merayakan pernikahan putrinya di saat anaknya yang lain masih terbaring koma. Di balik penguluran waktu itu sebenarnya ada hal lain, Juragan Nathan mencari cara untuk membuat pernikahan itu gagal. Namun tepat sehari setelah kamu sadar, Juragan Nathan kecolongan. Baik Simbah, dan Minto rupanya telah bekerja sama sejak lama. Mereka meperdayaku, mencekokiku jamu-jamuan sampai aku ndhak sadarkan diri, membawaku ke rumah Minto dan membuat perkawinan itu terjadi. Sampai pada akhirnya Juragan Nathan kembali mengetahui semua ini, beliau kembali murka, menghalalkan berbagai cara untuk mencegah Minto menyentuhku. Bahkan aku juga tahu, jika kamu juga telah mengirim Paklik Junet untuk mengulur waktu. Kuucapkan terimakasih untuk itu Arjuna. Dan puncaknya saat kamu melakukan hal bodoh, sampai semua nyawa melayang karenanya. Juragan Nathan mengambil sebuah keputusan ini, untuk membuatku pergi dari kampung sejauh-jauhnya. Untuk membersihkan namaku sebagai seorang janda, untuk melindungi hati juga harga diriku dari gunjingan warga. Dan untuk memantaskanku agar bisa bersanding denganmu. Sebab bagi Juragan Nathan, itu adalah cara satu-satunya untuk keluar dari masalah yang pelik ini. Lantas, bagaimana aku ndhak bisa setuju untuk pergi, Arjuna? Juragan Nathan telah berupaya banyak kepadaku, Juragan Nathan telah memikirkanku begitu dalam melebihi anaknya sendiri. Dan aku pun tahu, jika keputusan beliau adalah yang terbaik untukku," terang Manis kepadaku, mimik wajahnya serius, seolah ia hendak meyakinkanku. Seolah banyak pergulatan emosi yang terjadi di dalam hatinya, emosi tersentuh, dan haru. Emosi jika dia merasa telah dihargai sebagai seorang manusia. Bukan seperti apa yang dilakukan oleh simbahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.