JURAGAN ARJUNA

BAB 129



BAB 129

0"Kamu menamparku!" marah Puri kepadaku.     
0

"Ya, aku menamparmu, kenapa!" bentakku ndhak mau kalah. "Kamu perempuan, yang benar-benar ndhak bisa dianggap sebagai perempuan! Dan apa yang telah kulakukan ini, bukan karena aku laki-laki, tapi karena aku seorang Kangmas dari adik yang telah kamu lukai, dan nyaris kamu renggut kehormatannya!"     

"Jika kamu tanya aku perempuan seperti apa, lantas kamu ndhak bertanya kepada dirimu sendiri, kamu itu pemuda seperti apa, hah!" bentaknya. Aku diam, tatkala dia mengatakan hal itu. wajahnya penuh dengan amarah sekarang. "Aku jatuh hati denganmu, lebih... lebih dari apa yang kupikir dengan nalarku sendiri. Namun nyatanya, apa yang telah kamu lakukan kepadaku? Kamu menolakku mentah-mentah. Dan malah memilih dia! kamu pemuda yang ndhak tahu malu yang pernah kutemui. Dan pemuda itu hanya seorang anak haram yang lahir dari rahim seorang simpanan murahan!"     

"Cukup!" Bulik Ella menengahi kami.     

Suasana tiba-tiba menjadi hening, kami sibuk dengan pikiran kami sendiri. Sementara Manis, terus mengelus punggungku sembari terus bergumam agar aku tetap sabar. Tapi, siapa orang yang akan sabar menghadapi perempuan ndhak tahu diri seperti Puri.     

"Seorang Ndoro Putri Larasati, siapa yang akan menyangka. Seorang setinggi itu derajatnya ternyata dulu adalah orang miskin, dan lahir dari rahim seorang simpanan. Untuk kemudian, dia juga mengikuti jejak biungnya, menjadi simpanan juga. Ndhak akan menyangka, dia bisa duduk manis di singgasananya dengan cara licik, menggeser kedudukan istri-istri sah dari Juragan Adrian kemudian menjadikan dirinya sebagai istri sah satu-satunya. Dan dengan tubuhnya yang bahenol itu pula, dia sangat pandai, merebut hati Juragan Nathan. Hingga akhirnya, kakak—beradik itu terjerat pesonanya, sampai-sampai Juragan Nathan rela mengawininya yang saat itu tengah hamil besar, gila juga, dan yang jelas, bekas dari banyak laki-laki. Cih, benar-benar menjijikan!"     

"Cukup!" bentakku kepada Puri.     

Duh Gusti, sakit... sakit benar hatiku tatkala perempuan ini mengatakan semua masa lalu Biung dengan begitu lantang.     

"Kenapa, Arjuna? Apa kamu telah malu? Apa kamu malu lahir dari rahim seorang simpanan? Ck! Pantaslah, hubunganmu dengan Manis sampai membuahkan seorang anak. Karena sifatmu itu rendah, serendah sifat dari biungmu!"     

"Puri!" kini Manis yang berteriak, dia langsung berdiri tepat di depanku dengan lantang, sembari membusungkan dadanya. "Ndhak usah kamu membawa siapa pun, ndhak usah kamu menyakiti siapa pun, demi membalas sakit hatimu kepada Arjuna. Apa kamu pikir, dengan menghancurkan hati banyak orang maka kamu akan merasa bahagia? Endhak, Puri. Sebab sejatinya, kamu ndhak akan pernah bisa mendapatkan cintamu sama sekali,"     

"Sekarang, Arjuna bukan menjadi hal yang penting. Sebab aku hanya memandangnya ndhak lain seperti sampah! Tapi, aku sangat ndhak terima dihina sedemikian rupa selama ini hanya karena mengemis cintanya. Dan kurasa, perkara Rianti, tanpa aku melakukan apa pun toh nyatanya, kesuciannya sudah direnggut oleh seorang pemuda. Jangan pikir aku ndhak tahu tentang perkara itu!"     

Aku tersenyum getir mendengar ucapan dari Puri, tampak sangat jelas ndhak ada rasa bersalah pun pada dirinya. Jadi percuma aku berdebat, jadi percuma aku menamparnya berkali-kali. Sebab bagaimanapun, dia ndhak akan pernah sadar sama sekali.     

"Lantas kenapa? Kalau Rianti mahkotanya telah direnggut kenapa? Apa hakmu mengadili seoseorang, di saat dirimu sendiri bukanlah perempuan suci," ucap Manis, yang masih meladeni ucapan-ucapan pedas dari Puri. "Apa kamu pikir aku ndhak tahu siapa kamu? Bahkan, dibandingkan dengan Biung Larasati, kamu lebih... lebih ndhak punya harga dirinya. Benar jika Biung Larasati adalah seorang simpanan dari Romo Adrian dulu, tapi hal itu terjadi karena teramat besarnya rasa cinta kasih keduanya, dan di waktu yang sama cinta mereka ndhak mendapat restu. Terlebih, Biung Larasati diperkosa pemuda-pemuda ndhak bertanggung jawab itu pun bukan kehendaknya, dia dipaksa, dia telah diperkosa. Kamu pintar, toh, jadi kamu tahu arti dari diperkosa, toh? Lha sementara kamu, lihatlah bagaimana denganmu, Puri," suara Manis tampak terhenti kemudian dia berjalan memutari tubub Puri yang berdiri mematung di tempatnya. "Saat aku pertama kali melihatmu di Berjo, ndhak jarang lho, aku melihatmu dibawa oleh beberapa Juragan muda, mandor di hutan, dan aku bisa melihat dengan jelas, apa yang telah kalian lakukan. Bukan hanya satu pemuda, tapi beberapa pemuda. Apakah itu yang dinamakan pantas? Apakah itu yang dinamakan terhormat lebih dari Biung Larasati? Ndhak... ndhak sama sekali. Sebab orang terhormat ndhak akan memberikan tubuhnya cuma-cuma, bahkan untuk memperlihatkannya di depan semua pemuda. Dan yang telah kamu lakukan itu apa? Bahkan, sudah berapa kali kamu membuka seluruh pakaianmu hanya karena ingin dicoba oleh Arjuna?"     

"Cukup!"     

"Kenapa? Aku hanya mengatakan fakta, lho. Bukankah sedari tadi kamu mengoceh, dan mengadili masa lalu seseorang begitu sangat lantang dan percaya diri? Aku hanya berlaku sama seperti apa yang kamu lakukan tadi. Apa ada yang salah? Kenapa kamu tampak ndhak suka dengan penuturanku? Ataukah, kamu pikir aku ndhak tahu sama sekali dengan hal itu? Bahkan, waktu kamu menggoda Arjuna di hutan waktu itu, sampai kalian bercumbu pun aku tahu. Jadi, bagian mana di sini yang salah dan benar? Siapa di sini yang kotor, dan yang dikotori? Dan siapa di sini yang murahan, dan diinjak-injjak harga dirinya? Kamu... atau Biung Larasati? Katakan kepadaku, Puri. katakan!"     

Napasku terasa terhenti di tenggorokan tatkala mendengar Manis mengatakan itu dengan sangat lantang. Gusti, jadi dia tahu tentang perkara waktu itu? Perkara aku mencium Puri saat di hutan itu? Lantas kenapa dia hanya diam, kenapa dia ndhak mengatakan apa pun kepadaku? Gusti, kenapa aku merasa sangat bersalah sekali.     

"Sudahlah, berhenti bersikap sok tersakiti jika dirimu lebih buruk dari orang itu. Dan ada hal yang harusnya kamu tahu, Puri. Jika hati itu memiliki kehendaknya sendiri. Dia ndhak bisa dipaksa untuk menurut dengan kemauan kita. Jika Arjuna ndhak memilihmu sebagai pendampingnya waktu itu, itu bukan karena dia ndhak cinta. Aku yakin itu. Toh pada kenyataannya, seorang Juragan memiliki hak untuk menikah lebih dari sekali. Hanya saja, aku juga paham bagaimana sifat Arjuna. Dia paling ndhak suka dengan perempuan sok cantik, sok kaya, murahan, tapi menilai orang lain dengan sebelah mata. Dan itu, kamu telah memiliki semuanya."     

Semua orang diam mendengar ucapan dari Manis. Begitu pun dengan Puri. Manis tampak menghela napas panjang, kemudian dia melipat kedua tangannya di dada.     

"Puri, kamu adalah perempuan cantik. Kamu perempuan terhormat yang lahir dan besar dari keluarga sangat terhormat, kamu juga perempuan berpendidikan. Tapi kenapa, semua kelebihan yang bahkan semua perempuan inginkan darimu malah kamu sia-siaka begitu saja, Puri? Dan satu hal lagi, belajarlah untuk ikhlas, karena ada hal-hal di dunia ini yang mungkin kamu mau tapi Gusti Pangeran ndhak menakdirkannya untukmu. Sehingga, hatimu ndhak selalu diselimuti rasa dendam dan benci, hingga kedua hal buruk itu menjadi penyakit yang bahkan bisa membuatmu mati secara perlahan."     

Puri diam, dia memalingkan wajahnya, tapi dia mengusap air matanya dengan kasar. Apa dia telah menangis? Apa dia tertampar dengan ucapan Manis? Jika iya, maka siapa peduli!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.