JURAGAN ARJUNA

BAB 58



BAB 58

0"Ngapunten, Juragan, jika panjenengan sudah menyadarinya. Kaki kanan Juragan mengalami kelumpuhan. Saya masih belum bisa memastikan apakah kelumpuhan ini bersifat permanen atau sementara, karena diperlukan beberapa tes lagi. Maafkan saya, saya benar-benar telah berusaha dengan sepenuh jiwa. Dan untuk luka-luka yang telah Juragan peroleh nyaris di seluruh tubuh Juragan, saya sudah memesankan obat terbaik untuk menyembuhkan luka-luka Juragan. Meski nanti, akan ada beberapa bekas yang susah hilang, tapi bisa saya pastikan semua akan baik-baik saja. Sementara luka di perut Juragan, untunglah ndhak mengenai organ vital, jadi semuanya baik-baik saja, Juragan."     
0

Apa yang dimaksud dari Dokter itu? kaki kananku ndhak bisa digunakan? Apakah itu berarti jika aku sekarang ini, lumpuh? Aku hendak bertanya lagi, tapi tiba-tiba kepalaku terasa berat. Mataku pun begitu berat untuk sekadar terjaga. Kemudian, aku ndhak sadarkan diri. Mungkin perawat itu memberiku obat tidur.     

*****     

"Jadi, waktu itu, tepat setengah jam Minto mau datang beserta rombongannya, Junet datang sambil membawa warta, jika Juragan telah ditemukan di dasar Jurang, dan kemungkinan besar Juragan telah tiada. Waktu itu, Manis ndhak sengaja mendengar. Dia histeris, dia menanggalkan semua hiasan di kepalanya, dan buru-buru mencari Juragan, memastikan dengan kedua matanya sendiri jika Juragan baik-baik saja. Ndhak ada yang bisa menahannya, bahkan amarah simbahnya pun ndhak digubris olehnya, Juragan," terang Paklik Sobirin, saat kondisiku sudah lumayan jika dibandingkan dengan kemarin. Aku sangat penasaran dengan cerita ini, jadi secepat mungkin aku harus mendengarnya langsung dari Paklik Sobirin. Sebelum rasa penasaranku menjadi-jadi.     

"Lalu?"     

"Setelah tahu jika Juragan masih hidup dengan kondisi yang benar-benar kritis, Manis mengancam semua orang jika ia akan bunuh diri kalau pernikahannya dilangsungkan saat itu juga. Dia ingin pernikahannya ditunda, paling endhak sampai Juragan dipastikan siuman. Ndhak ada cara lain dari pihak keluarga Minto, dan simbahnya selain menurut. Untuk kemudian, setelah kemarin mendapatkan kabar itu, Manis telah sah menjadi milik Minto, Juragan,"     

Jadi, jadi Manis sempat membatalkan pernikahannya dengan Minto karenaku? Jadi Manis begitu mengkhawatirkanku? Dan itulah mungkin sebabnya jika semua orang tahu jika di antara kami memang benar ada sesuatu. Tapi sekarang, tapi sekarang Manis telah resmi menikah dengan Minto? Gusti, lalu apa gunanya aku sadarkan diri? Seharusnya aku ndhak sadar saja, seharusnya aku kritis saja biar Manis tetap jadi milikku selamanya. Biar Manis ndhak jadi menikah dengan Minto.     

Kugenggam erat selimut yang ada di tubuhku, aku benar-benar emosi mendengar ucapan itu dari Paklik Sobirin. Ini benar-benar ndhak bisa dibiarkan, tapi aku harus bagaimana sekarang?     

"Paklik Sobirin, bisa aku minta tolong kepadamu?" tanyaku. Paklik Sobirin mengangguk kuat. "Tolong, tolong untuk dua hari ini bantu aku. Bantu aku mencegah Minto menyentuh Manis apa pun yang terjadi. Nanti, akan kukirimkan surat kepada para petinggi desa, untuk membantumu beralasan agar kamu bisa menahan Minto." Gusti, apa ini mungkin? Apakah usahaku ini mungkin terjadi? Apa mungkin jika Manis masih belum disentuh oleh Minto? Apakah mungkin itu? Tapi seendhaknya harapanku ada, sebab bagaimana pun ritual adat kejawen adalah ritual perkawinan paling panjang, yang artinya kecil kemungkinan terjadi jika Minto sempat menyentuh Manis. Meski, menyentuh itu artinya sampai ke titik hubungan suami istri.     

"Tapi, Juragan, bagaimana—"     

"Apa?! Aku ini Juraganmu! Apa kamu ndhak mau melakukan perintah dariku?!"     

Kulihat Paklik Sobirin langsung menunduk, tubuhnya keluar keringat cukup deras. Apakah bentakanku cukup membuatnya ketakutan sekarang?     

"Jika Sobirin ndhak sanggup, biar aku yang akan melakukannya untukmu. Tiga hari, itu waktu yang bisa kulakukan untukmu, Jun. Setelah itu semuanya kuserahkan kepadamu," Paklik Junet masuk, kemudian dia duduk di samping Paklik Sobirin setelah melirik Paklik Sobirin dengan tajam.     

Dan entah, hanya perasaanku apa endhak, tatapan Paklik Junet benar-benar sangat khawatir. Untuk kemudian, dia menyentuh kakiku yang ndhak bisa kugerakkan sama sekali.     

"Jangan seperti ini lagi, maafkan Paklik selalu mengolok-olokmu, tapi jangan seperti ini lagi. Kamu tahu, toh, kenapa Paklik berbuat seperti itu? Paklik hanya menggodamu, tapi kenapa kamu harus terkapar di dasar jurang dengan kondisi yang seperti itu, Arjuna. Hati Paklik benar-benar hancur, Paklik pikir ndhak bisa melihatmu lagi,"     

Aku terenyuh tatkala Paklik Junet mengatakan itu dengan isakannya, rupanya dia benar-benar mengkhawatirkanku.     

"Siapa yang menemukanku, Paklik?" tanyaku pada Paklik Sobirin.     

"Yang tahu detilnya, Junet, Juragan," katanya kepadaku.     

Kemudian, Paklik Junet menatapku dalam-dalam, "waktu itu, aku disuruh Mbakyu Larasati untuk mencarimu. Sebab dia mencarimu di seluruh rumah ndhak ada, disuruh bersiap untuk membantu keperluan pernikahan Larasati. Kemudian aku ingat jika kamu sedang sangat patah hati dengan pernikahan Manis. Oleh sebab itu aku mencarimu ke sana. Lalu di tengah jalan, ada seorang pencari kayu bakar tergopoh-gopoh dengan wajah paniknya. Dan berkata kepadaku kalau dia telah menemukan mayat di tempat yang ndhak jauh darinya mencari kayu bakar. Untung, untung dia memaksaku padahal awalnya aku enggan membantu. Untuk kemudian, kuikuti langkahnya, melihatmu terkapar mengenaskan di sana. Untung di sana bukanlah bebatuan tajam, untung di sana bukanlah jurang yang sangat curam. Tubuhmu mungkin beberapa kali membentur pepohonan, itu sebabnya kamu ndhak mengalami luka di kepala serius akibat itu. Hanya luka-luka yang dihasilkan oleh senjata tajam dari orang-orang bajingan itu. Untuk kemudian, aku dan warga itu mengangkatmu ke atas, dan menyuruhnya secepat mungkin berada di rumah Manis untuk mewartakan ini. Benar saja, selain orangtuamu dan warga kampung, Manis pun datang. Dia histeris dan hampir pingsan, kemudian dia kesetanan, ndhak mau menikah dengan Minto. Kalau bukan biungmu, dan simbahnya yang terus meyakinkan, pasti ceritanya beda. Karena pada waktu itu, biungmu masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi antaramu, dan Manis. Mungkin, itu juga salah satu alasan kenapa biungmu sangat terpukul, Jun. Ketahuilah, dari sekian banyak orang di sini yang begitu mengkhawatirkanmu, biungmu adalah orang yang paling merasa bersalah karenanya."     

"Terimakasih, Paklik...," kataku, aku sama sekali ndhak tahu harus berkata apa. Aku ndhak ingin larut dalam masalahku ini. Sekarang aku ndhak punya banyak waktu lagi, aku harus mengobrak-abrik Minto, atau aku yang akan benar-benar mati. "Paklik Sobirin, kamu tahu dengan Mbok Jinah, toh?"     

"Iya, Juragan,"     

"Belikan aku beberapa pil binahongnya, dan beberapa serbuk pengering luka, perempuan tua itu juga punya beberapa ramuan empon-empon untuk mengembalikan tenaga juga. Paklik bilang saja, jika aku yang membutuhkannya. Sekarang, pergilah,"     

"Iya, Juragan!"     

"Oh ya, Paklik Sobirin...," kataku lagi, aku baru mengingat sesuatu yang hendak kusampaikan lagi kepadanya. "Setelah kamu mendapat obat itu, berikan kepada Paklik Junet untuk dikirim ke sini. Kamu pergilah ke timur pulau Jawa, cari laki-laki bernama Suwoto dan Banyuwangi, serahkan suratku ini kepadanya, dan bilang jika aku sedang butuh bantuannya,"     

Mendengar hal itu, Paklik Sobirin tampak kaget. Matanya melebar, dengan raut wajah yang menegangkan.     

"Juragan, maafkan saya. Tapi, Suwoto... bukankah Suwoto itu adalah salah satu pembunuh bayaran paling sadis milik Juragan Besar Hendarmoko? Bagaimana bisa Juragan Arjuna mengenalnya?"     

"Loyalitas seorang abdi untuk majikannya akan tetap abadi meski sang majikan sudah ndhak ada,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.