JURAGAN ARJUNA

BAB 72



BAB 72

Aku diam, benar-benar ndhak bisa berkata apa-apa lagi. Romo Nathan telah tahu sejauh itu tapi di depanku dia bisa begitu tenang, dan pura-pura diam? Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, aku benar-benar ndhak tahu bagaimana harus menghadapi Romo Nathan setelah kudengar cerita ini dari Manis. Apa yang harus kukatakan kepadanya? Bahkan kurasa, untuk sekadar mengangkat kepalaku di depannya pun aku ndhak akan pernah bisa sanggup.     

Kupeluk paksa tubuh Manis, dia tampak bergetar dengan isakannya. Aku yakin ini benar-benar berat untuknya juga.     

"Manis, seharusnya kamu tahu siapa orangtuaku. Mereka bukanlah orang-orang picik yang akan memandang seseorang dari status sosial. Mereka bukanlah orang-orang yang pilih kasih, kamu tahu, toh? Sementara perasaanku padamu adalah benar tulus adanya, ndhak ada satu pun yang mengada-ada. Perihal Arni waktu itu, bukankah dulu sudah kujelaskan kepadamu berkali-kali? Dan tentang Puri, perempuan itu... bagaimana bisa kamu berpikir jika aku akan jatuh hati dengan perempuan seperti itu, Manis?"     

"Kamu seorang Juragan, Arjuna. Sudah menjadi aturan jika kamu beristri lebih dari satu, tentu kamu tahu itu. Dan aku adalah perempuan yang ndhak mau dimadu sampai kapan pun itu."     

"Endhak!" kataku dengan nada cukup tinggi. Gusti, bagaimana bisa Manis sekolot ini. "Romo... Romo sama sekali ndhak pernah mengajari hal seperti itu, Manis. Kamu tahu!"     

"Tapi Juragan Nathan pun dulu memiliki istri lebih dari satu, tentunya kamu tahu, itu?"     

"Itu karena terpaksa! Ndhak lebih dari itu!"     

Manis akhirnya diam, dia memalingkan wajahnya sambil memeluk tubuhnya sendiri. Menjauhiku seolah-olah ada perang batin dalam hatinya.     

"Kamu tahu siapa Juragan Besar Hendarmoko?" tanyanya tiba-tiba. Kutarik sebelah alisku, bagaimana aku ndhak tahu? Dia adalah Mbah Kakungku, aku tahu itu, meski hanya sekadar nama. Dan potretnya yang terbingkai pada sebuah pigura berukuran 10R, berwarna hitam putih, dengan kertasnya yang sudah mulai menguning.     

"Beliau adalah Juragan nomor satu di tanah Jawa. Beliau adalah Juragan Besar yang paling tersohor dan ndhak ada tandingannya. Dan kamu tahu trah dari Juragan Besar Hendarmoko sudah turun temurun dari nenek moyangnya, dari zaman penjajahan sampai detik ini. Dan dari semua darahnya, di setiap generasi hanya satu yang akan mewarisinya. Dan itu harus istri pertama melahirkan anak laki-laki. Jika endhak, maka semua itu akan hilang, Arjuna. Dan jika pada satu generasi itu ada dua anak laki-laki itu akan berakibat ndhak baik. Itu adalah salah satu alasan lain kenapa dulu Juragan Besar Hendarmoko sangat membenci Juragan Nathan dan membuang Juragan Nathan ke Jambi."     

"Tunggu... tunggu, kamu tahu dari mana semua ini? Semua hal yang bahkan aku ndhak mengetahuinya sama sekali," selaku. Manis tersenyum simpul, kemudian dia menggenggam tanganku erat.     

"Simbah, Simbah dulu adalah mantan abdi dari Juragan Besar Hendarmoko...," jawabnya. "Dulu Juragan Adrian lah yang mewarisinya, Arjuna. Romomu, tapi beliau sepertinya ndhak begitu tertarik untuk itu. Itu sebabnya Juragan Besar Hendarmoko terus memburu Juragan Adrian dan menjadikannya boneka, tunduk dengan ancaman jika Ndoro Putri—Biung dari Juragan Adrian akan disakiti. Ndoro Putri dulu dipasung, dan beliau gila. Beliau dibebaskan setelah meninggalnya Juragan Besar Hendarmoko oleh Juragan Nathan. Namun beliau ndhak hidup lama, setelah dirawat kurang dari setahun beliau meninggal. Dan, salah satu alasan juga kenapa Juragan Nathan menyembunyikanmu dari Mbah Kakungmu juga adalah karena itu. Jadi, jangan pernah menyalahkan Juragan Nathan, dan terus merutuk dirimu sendiri jika dirimu dulu telah dibuang. Karena nyawamu dulu benar-benar terancam. Kamu tahu, siapa yang membunuh Juragan Adrian? Yang sebenarnya rencana awal Juragan Besar Hendarmoko adalah membunuh Ndoro Larasati?" tanyanya padaku, aku menggeleng lemah.     

"Dia adalah trah yang telah terikat untuk menjadi abdi abadi dari keluarga Hendarmoko, yang sekarang ini telah kamu panggil kembali menjadi pengikut setiamu, Arjuna."     

"Kamu sedang bercanda, toh? Apa yang kamu katakan itu, Manis? Apa!" kataku ndhak percaya. Ini benar-benar gila! Bagaimana bisa Romo Adrian dibunuh oleh Mbah Kakungku sendiri, terlebih... terlebih si pembunuh ndhak lain adalah kakek Suwito, atau bahkan... Suwito itu sendiri? Gusti, kenyataan apa, ini? Jadi aku telah memperkerjakan pembunuh dari Romoku sendiri?     

"Aku ndhak tahu pasti benar apa endhaknya, tapi yang jelas yang kutahu dari Simbah, jika Juragan Adrian dibunuh oleh kaki tangan Juragan Besar Hendarmoko yang singgah di Banyuwangi. Dan orang itu telah memiliki ilmu kanuragan, dan ilmu hitam yang ndhak bisa ditandingi siapa pun. Lantas kamu pikir, siapa lagi yang bisa melakukannya, siapa lagi pengikut setia dari Mbah Kakungmu itu selain yang kamu jadikan abdi setiamu sekarang, Arjuna?"     

Aku terduduk mendengar ucapan Manis ini, kenapa dia selama ini diam? Dia tahu segalanya dan dia hanya diam? Bagaimana bisa seperti ini? Kenyataan bodoh macam apa ini?     

"Dan kurasa kamu juga menyadarinya, toh, jika ada sesuatu di dalam dirimu yang kamu rasa beda dari orang pada umumnya? Aku yakin kamu tahu itu, Arjuna. Itulah kenapa Juragan Nathan sangat mengkhawatirkanmu, dan beliau ingin menjadikanmu sebagai seorang anak laki-lakinya. Bukan sebagai Juragan dengan segala kuasanya. Juragan Nathan yang ingin kamu bahagia, itulah kenapa beliau sangat marah tatkala kamu memanggil kembali orang-orang itu."     

Aku diam ndhak bisa mengatakan apa pun lagi. Aku benar-benar ndhak tahu harus berkata apa. Aku ke sini untuk menjemput Manis untuk jadi pengantinku, kubawa dia ke hadapan Romo dan Biung. Namun kenyataannya, ada pembahasan yang benar-benar di luar dugaan. Pembahasan yang telah memukulku sampai aku ndhak bisa berkutik sama sekali.     

Manis kemudian memelukku, dan aku tahu dia ingin menenangkanku sekarang. Tapi aku sama sekali ndhak bisa merasa tenang.     

"Maafkan aku, Arjuna, jika aku berkata banyak hal kepadamu. Awalnya aku benar-benar ingin mengatakan kenapa aku belum benar-benar yakin akan hatimu, akan hubungan ini. Namun ternyata aku telah lancang banyak berucap kepadamu. Tapi biar bagaimana pun, kurasa kamu harus tahu kebenarannya, toh? Agar kamu ndhak mengulang lagi, hal buruk yang telah dilakukan oleh Mbah Kakungmu dulu."     

"Saat ini aku ndhak butuh penjelasan apa pun lagi, Manis. Aku hanya butuh kamu peluk, maka itu sudah cukup," kataku kemudian.     

*****     

Pagi ini sebelum ayam berkokok, agaknya dapur dari rumah kontrakan Rianti tampak ricuh. Aku tebak jika di sana tengah ada Manis, dan Rianti yang beradu argumen tentang beberapa bumbu yang akan dimasak nanti, atau jika endhak, menu yang akan mereka olah. Kuembuskan napasku berat, sambil menutup kepalaku dengan bantal. Jika lama-lama aku bersama mereka barang seminggu, bisa dipastikan wajahku akan cepat menua karena kurang tidur.     

Lagi kuingat percakapanku dengan Manis kemarin. Percakapan terberat dan sangat memilukan. Bahkan karena mengetahui kenyataan itu, semalaman aku ndhak bisa tidur. Gusti sebenarnya apa toh yang terjadi pada masa terdahulu? Apakah benar jika kakek moyangku dulu telah melakukan kesalahan besar? Bagaimana mungkin bisa karmanya sampai turun temurun seperti ini? Namun kurasa kejahatan yang paling kejam adalah yang dilakukan oleh Mbak Kakungku, bagaimana bisa dia dengan kejam membunuh putranya sendiri, Romoku. Gusti... apa yang dulu terjadi sampai dia berbuat sekejam ini? Apakah kepuasan adalah alasan di balik semuanya?     

Aku tahu, dulu aku tahu jika jika benar ini memang terjadi. Sebuah konspirasi jahat yang dilakukan oleh Juragan Besar Hendarmoko kepada orangtuaku. Namun aku ndhak pernah menyangka, jika kenyataannya rupanya akan sepahit ini.     

Lagi kupejamkan mataku, mencoba meraba sosok Romo Adrian pada diri Romo Nathan. Kata orang-orang wajah mereka hampir sama, dan mungkin jika Romoku masih hidup maka dia pasti akan menjadi sosok yang sangat sabar, sosok yang akan selalu tersenyum ramah kepada semua orang. Namun begitu, aku juga sama sekali ndhak bisa membayangkan jika Romo Adrian masih hidup. Bagaimana nanti hati Romo Nathan? Dia pasti ndhak akan menikah dengan Biung, dan adik perempuanku yang paling manis, ndhak mungkin ada di dunia ini.     

Gusti, sadarkan aku setelah ini, buat aku menerima kenyataan, buat aku untuk rela, buat aku untuk lupa segalanya setelah ini. Namun sebelumnya, biarkan aku untuk sekadar menjadi anak egois, yang ingin merindukan Romoku seorang diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.