Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Kejahatan yang Melampaui Batas (1)



Kejahatan yang Melampaui Batas (1)

0

Tidak jauh dari sebuah rumah mewah di Kota A, terlihat sebuah mobil sport Pagani berwarna silver terparkir di sana. Seorang pria jangkung terlihat menyilangkan kedua tangan di depan dadanya sambil bersandar di kap mesin. Matanya terlihat cerah dan bersinar serta pembawaannya sangat tenang dan dewasa. Matanya menatap lurus ke arah sebuah bungalow yang dilalap habis oleh si jago merah. Bola matanya yang gelap, terlihat memantulkan cahaya api merah menyala. Sebuah senyum licik tersungging tipis pada ujung bibirnya. 

0

Gu Xiaoran meringkuk berlindung di balik sebuah batu taman yang berada tidak jauh dari sana. Dia menyaksikan langsung ayahnya digiring menuju ke mobil van yang diparkir di luar pintu.

Pria jangkung tadi terlihat, melangkahkan kakinya mendekat ke arah Gu Xiaoran. Tepat di depan gadis itu, dia menghentikan langkahnya dan menatap matanya yang sedang ketakutan itu dengan lekat. Tangannya menggenggam erat pergelangan tangan gadis di hadapannya itu. Dengan gerakan singkat, dia telah mengangkatnya dan mendudukkannya di atas salah satu batu taman yang ada di situ dan membuat gadis itu tidak bisa menghindar dari dirinya.

"Ayahmu telah membuat kesalahan yang paling besar dalam hidupnya. Walaupun orang-orang itu tidak membunuhnya, namun konsekuensi yang akan diterimanya itu adalah hutang yang tidak akan pernah habis dalam 10 turunan sekalipun," ucap pria itu dengan suara ketus dan terdengar sangat angkuh.

Tanpa sadar, Gu Xiaoran menggigit ujung bibirnya kuat-kuat. Rasa sakit yang dirasakannya saat ini membantu mengontrol emosinya dan tetap tenang dalam menghadapi pria yang ada di hadapannya.

Pria bertubuh tinggi itu mengulurkan tangannya dan menyentuh dagu Gu Xiaoran. Tangannya mengangkat wajah gadis itu ke arah wajahnya. Sambil menundukkan kepalanya, dia mencium bibirnya secara singkat dan merasakan bau anyir darah pada bibirnya.

"Bukannya sudah kukatakan berkali-kali, jangan menggigit-gigit bibirmu?" kata pria itu dengan kesal.

Mendengar hal itu, Gu Xiaoran sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Rupanya, dia tidak berani bergerak sedikit pun karena takut membuat orang-orang yang membawa ayahnya menyadari keberadaannya. Sehingga dia tidak memiliki pilihan lain selain membiarkan pria itu mencium bibirnya.

Melihat Gu Xiaoran sama sekali tidak melakukan perlawanan, pria itu memandang lekat ke dalam matanya dan berkata dengan suara rendah, "Mengapa tidak menangis?"

Rasa sesak memenuhi dadanya seketika. Mata Gu Xiaoran kini tampak memandang tajam dan penuh kebencian kepada pria jangkung itu. Tampaknya di dunia ini, tidak ada orang yang lebih kejam dan berhati dingin jika dibandingkan dengan pria itu.

"Oh iya, aku lupa. Kamu tidak menangis pasti karena tidak ingin mereka menyadari keberadaanmu, kan? Kalau tidak, nasibmu pasti akan sama dengan yang lainnya, berubah menjadi tubuh-tubuh yang dimakan api dan segera menjadi mayat seperti orang-orang yang lainnya itu. Kalau sampai itu terjadi, itu artinya pertunangan besok akan menjadi pertunangan tanpa mempelai wanita," tutur pria jangkung itu sambil terkekeh mengejek.

Mendengar hal itu, Gu Xiaoran semakin kuat menggigit ujung bibirnya untuk menahan emosinya untuk tidak melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukannya terhadap pria bajingan itu.

Pria itu pun semakin mendekatkan tubuhnya ke arah tubuh Gu Xiaoran. Dia menatap ekspresi gadis itu lekat-lekat, semakin memerhatikannya, dia semakin sadar betapa cantiknya wajah gadis yang ada di hadapannya itu. Kecantikan gadis itu sungguh-sungguh bagai candu bagi dirinya. Entah mengapa, semakin gadis itu menahan amarahnya, semakin meningkat gairahnya untuk menjelajahi bibirnya.

Gu Xiaoran benar-benar marah hingga lututnya terasa lemas saat ini.

"Kamu bukannya selalu ingin bersamaku? Bagaimana kalau… Kita melakukannya…" bisik pria itu sambil menatap lurus ke mata Gu Xiaoran. Tidak lama kemudian, dia mengarahkan bibirnya ke telinga gadis itu. Lalu, dia membiarkan ujung bibirnya menyentuh telinga mungilnya hingga membuat wajahnya semakin memerah. 

Gu Xiaoran tampak siap untuk menampar pria itu sebelum akhirnya dia melihat ke arah orang-orang yang sedang berjaga di sekitar rumah mewah tersebut. Akhirnya, dia pun mengurungkan niatnya dan tidak melakukan apa pun terhadap pria kurang ajar yang sedang tersenyum senang memandang ke arah dirinya.

"Eits! Jangan membuat kegaduhan. Mereka belum meninggalkan tempat ini. Memangnya kamu mau keberadaanmu diketahui oleh orang-orang itu? Kalau sampai mereka mendapatimu di sini, kemungkinan hari ini adalah hari kematianmu. Hahaha!" kata pria itu sambil tertawa sinis.

"Lelaki berengsek!" maki Gu Xiaoran sambil mendengus kuat-kuat. Dia menolak untuk menunjukkan sisi lemah dirinya di hadapan pria bajingan itu.

"Ah masa sih? Aku tidak keberatan sama sekali untuk menjadi lebih berengsek lagi," goda pria itu setelah mendengar makian Gu Xiaoran terhadap dirinya.

Wajah Gu Xiaoran berubah pucat seketika. Dia benar-benar kehabisan kesabarannya terhadap pria itu. "Apa belum cukup kamu bermain-main seperti ini?" ucapnya yang terdengar sangat ketus.

"Eh, aku malah baru saja mulai," jawab itu dengan santai sambil menekankan tubuhnya ke tubuh Gu Xiaoran dengan kasar.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.