Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Sepenuh Hati Ingin Menghabisi Dirinya (1)



Sepenuh Hati Ingin Menghabisi Dirinya (1)

0

Tampaknya, orang suruhan Han Ke bersembunyi di setiap sudut-sudut jalan mengawasi dirinya. Menyadari akan hal itu, Gu Xiaoran memberontak dari gendongan Mo Qing agar pria itu segera menurunkannya. Namun pria itu hanya tersenyum dengan acuh tak acuh sambil memeluknya semakin erat memasuki vila. Tanpa ragu-ragu-ragu, pria itu langsung berjalan menuju lantai dua.

0

"Mo Qing, kamu benar-benar sakit jiwa!" jerit Gu Xiaoran. Tangisnya pun pecah seketika karena ketakutan yang menyelimuti perasaannya. Tamat sudah riwayatnya, Han Ke akan segera mengetahui hal ini. Dari dulu dia susah payah agar tidak membuat pria itu marah, namun hari ini dia malah seolah bagaikan dengan tangannya sendiri, menggali kubur untuk ayahnya.

Mo Qing mengerutkan bibirnya, menatapnya dengan datar tanpa menghiraukan gadis yang terlihat sedang sangat ketakutan itu. Dia terus melangkahkan kakinya dan dengan santai masuk ke dalam kamar. "Kamu tahu tidak jika ranjang ini aku sendiri yang mempersiapkan dan merapikannya?" tanyanya pada Gu Xiaoran. Tubuh gadis itu pun menegang seketika.

Tanpa menunggu Gu Xiaoran bereaksi, Mo Qing telah terlebih dahulu melemparkan tubuhnya ke atas ranjang baru itu. "Bagaimana? Apa tempat tidur ini nyaman menurutmu?" tanyanya lagi dengan wajah penuh semangat.

Gu Xiaoran sama sekali tidak ingin menatap Mo Qing, dia terus menunduk dan tidak berniat untuk mengangkat kepalanya. Tempat tidur ini adalah tempat tidur impiannya. Tampaknya pria itu benar-benar mengenalnya dengan baik sampai bisa memilih tempat tidur kesukaannya. "Apa kamu benar-benar ingin Han Ke bersama dengan Xinhe untuk meninggalkan Imperial?" tanyanya penasaran.

"Apa menurutmu dia akan rela melakukannya?" tanya Mo Qing dengan tatapan merendahkan dan mengejek. Sudut bibirnya terangkat, menyeringai mencibir pertanyaan konyol Gu Xiaoran. Dia tahu jelas bahwa Han Ke tidak akan mungkin dengan rela melakukannya.

Mo Qing dengan penuh wibawa berjalan berbalik ke pintu. "Semoga Anda melewati malam pertunangan yang menyenangkan, Nona," godanya sambil terkekeh kecil.

"Enyah!" seru Gu Xiaoran sambil meraih bantal dan melemparkannya ke arah Mo Qing. Namun, pintu sudah terlebih dahulu tertutup, sehingga bantalnya hanya menghantam pintu sebelum jatuh mengenaskan ke lantai.

Gu Xiaoran menarik napasnya dalam-dalam. Bajingan! Makinya dalam hati. Dia melirik jam dinding yang tergantung manis di tengah-tengah ruangan. Waktu menunjukkan pukul 10.20 malam dan pesta pertunangan akan berakhir pada pukul 11 malam. Han Ke seharusnya sedang mengantar tamu satu per satu saat ini. Dan tentu saja, seharusnya saat ini dia juga berada di samping tunangannya itu.

Setelah Gu Xiaoran mendorong Han Ke tadi, dia tidak lagi terlihat muncul di acara pesta sekalipun. Bahkan sekarang dia tidak hadir untuk mengantarkan para tamu yang berpamitan pulang. Kesempatan tunangannya itu untuk pamer dan menyombongkan diri malah berubah menjadi petaka yang membuat dirinya menjadi bahan tertawaan.

Gu Xiaoran berusaha mengabaikan rasa sakit dan rasa lelah yang ada di seluruh tubuhnya, lalu masuk ke kamar mandi. Dia menyalakan keran dan mulai membasahi tubuhnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Air yang mengalir pada sekujur tubuhnya seolah mampu membantu menenangkan pikirannya yang kacau balau. Tangannya meraih cermin yang berkabut karena uap hangat dan mengusapnya. Terpancar sebuah wajah cantik seorang gadis muda pada cermin itu. Seketika rasa pahit menjalari hatinya. Usia 18 tahun yang seharusnya merupakan usia terbaik di dalam hidup seorang gadis belia, namun dia malah harus merelakan dirinya untuk melakukan nikah kontrak dengan orang yang tidak dicintainya.

Han Ke, pria itu menikahinya hanya demi mengambil hati orang-orang agar bersimpati padanya. Walaupun dia berhasil merebut Shengtang, namun kerja keras ayah Gu Xiaoran selama bertahun-tahun membekas di ingatan setiap orang yang ada. Sehingga, pria itu berpikir, dengan menikahi putrinya, maka ayahnya pasti dapat patuh menuruti keinginannya.

Namun di hari pertunangannya, Gu Xiaoran telah mencoret wajah Han Ke. Dia tahu benar bahwa pria itu tidak akan membiarkannya begitu saja. Mungkin jika saat ini dia bergegas pergi ke pesta, mungkin masih ada kesempatan untuk menebus kesalahannya tadi.

Gu Xiaoran tidak memiliki waktu untuk mandi. Dia hanya sempat mencuci wajahnya, merapikan rambut dan pakaiannya dengan kecepatan tercepat yang dapat dilakukannya. Setelah selesai, dia terlihat bergegas berlari keluar dari vila. Setelah membuka pintu vila, dia dikagetkan oleh pemandangan mengejutkan di depan matanya. Di depan gerbang vila, terlihat sepasang pria dan wanita yang sedang berciuman dengan sangat mesra dan panas.

Pakaian mereka terlihat acak-acakan tidak karuan. Sosok wanita itu terlihat sangat cantik dan menggoda. Bibir merahnya setengah terbuka, sibuk menjelajahi dada pria itu dengan liar dan penuh gairah, sementara tangannya terlihat sibuk membuka ikat pinggang sang pria dengan penuh semangat. Sedangkan pria itu terlihat memejamkan mata sambil bersandar di dinding di samping pintu gerbang. Wajahnya terlihat begitu menikmati setiap sentuhan bibir lembut wanita itu pada setiap jengkal tubuhnya.

Gu Xiaoran akhirnya tersadar dan menyadari bahwa pria dengan mata tertutup yang sedang menikmati 'layanan panas' dari wanita seksi itu adalah tunangannya sendiri. Ya, tidak lain tidak bukan adalah Han Ke.

Pada pesta pertunangan, Han Ke terlihat dengan sangat lembut memeluk pinggangnya, menatap matanya, mengucapkan kata-kata lembut pada telinganya dan memperlakukannya dengan sangat baik. Setiap yang dilakukan pria itu seolah dapat menyentuh hati Gu Xiaoran. Sampai-sampai dia berpikir bahwa sebenarnya pria yang menjadi tunangannya itu tidak seburuk yang selama ini dia kira.

Namun, melihat pemandangan di depan matanya ini membuat Gu Xiaoran merasa konyol karena sempat merasa tersentuh oleh perhatian palsu darinya. Dia tidak tahan lagi terus berada di situ dan melihat pemandangan memuakkan tersebut. Dengan cepat dia membalikkan badannya dan membanting pintu dengan keras.

Di saat yang sama, mobil Rolls-Royce milik Mo Qing masih terparkir di depan pintu dan seorang pria terlihat duduk di atas kap mobil mewah tersebut.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.