Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Terlibat Dalam Masalah



Terlibat Dalam Masalah

0

Semua tahu, jika Gu Xiaoran berteriak dan ada orang yang mengetahui perbuatan mereka, maka mereka semua pasti akan berada di dalam masalah besar. Sehingga sekelompok pemuda itu beramai-ramai mengerumuni dan segera menyeret gadis tersebut ke arah mobil Range Rover yang terparkir tidak jauh dari situ. 

0

Gu Xiaoran merasa panik dan ketakutan. Jika dia sampai berhasil diseret masuk ke dalam mobil, entah apa yang akan dilakukan para bajingan ini pada dirinya. Dengan marah, dia menendang selangkangan Feng Gang dengan sekuat tenaga. Seketika itu juga pria itu memegangi kemaluannya dengan wajah kesakitan dan berjongkok. Seolah masih belum puas, dia kembali melayangkan tendangannya ke arah pria itu lagi. Kali ini pria itu terjungkal ke belakang sehingga kepalanya membentur bemper mobil di belakangnya, membuat matanya memutih lalu jatuh pingsan.

"Gawat! Bisa jadi masalah besar kalau begini!" ucap pria berambut cepak yang sangat panik melihat keadaan Feng Gang yang tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Dia segera melepaskan Gu Xiaoran dan buru-buru membawa temannya itu ke ruang medis.

Keluarga Feng merupakan pemegang saham di sekolah ini dan Gu Xiaoran tahu jelas akan hal itu. Dia tahu jika dirinya tidak seharusnya terlibat masalah dengan pria bajingan itu. Namun, saat ini dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal tersebut. Dia sudah terlalu lelah berurusan dengan para pria bajingan yang selalu menyusahkan hidupnya. Hal yang dia inginkan saat ini hanya berbaring dan tidur di kamar asramanya.

Baru tertidur beberapa saat, Gu Xiaoran dibangunkan dari tidurnya untuk segera menghadap ke kantor Kepala Sekolah. Mau tidak mau, dia segera bangkit dari ranjangnya dan menuju ke ruang kepala sekolah dengan suasana hati yang buruk.

Kepala Sekolah memandang Gu Xiaoran sambil memijat-mijat kepalanya. Dia tahu bahwa Feng Gang telah bertahun-tahun mengejar-ngejar dan mengganggu gadis itu. Namun masalahnya, gadis itu telah melakukan kekerasan fisik dan hal ini sangat sulit untuk ditangani, terutama jika bermasalah dengan keluarga Feng. Pasti akan sangat sulit untuk diajak mengambil jalan damai.

"Panggil walimu untuk datang ke sekolah hari ini juga," kata Kepala Sekolah yang masih memegangi kepalanya yang pusing tidak karuan.

"Saya masih ada ujian sore ini," sahut Gu Xiaoran dengan datar. Dia seolah sudah tidak lelah dengan semua ini.

"Yang terpenting bagimu saat ini bukan soal ujian, melainkan bagaimana caranya menyelesaikan masalah ini dengan keluarga Feng. Jika tidak, bisa-bisa kamu dapat dikeluarkan dari sekolah karena permasalahan ini," tutur Kepala Sekolah panjang lebar. Dia tidak paham bagaimana bisa muridnya yang satu ini masih memikirkan tentang ujian sekolah setelah terlibat dalam masalah sebesar ini.

"Tetapi mereka yang menggangguku duluan," balas Gu Xiaoran berusaha membela diri.

"Permasalahannya adalah Feng Gang terluka di area sekolah dan hingga saat ini masih terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit. Keluarga Feng mengatakan bahwa permasalahan ini harus diselidiki hingga tuntas. Entah mereka yang terlebih dahulu mengganggumu, atau kamu yang melukai Feng Gang lebih dulu, semuanya itu dapat kamu jelaskan di depan wali mu dan keluarga Feng secara langsung," ujar Kepala Sekolah dengan tegas.

Gu Xiaoran hanya dapat menunduk lemas mendengarnya. Terkadang cara berpikir orang-orang di masa ini sungguh tidak masuk akal rasanya. Keadilan seolah-olah tidak lagi berarti apa-apa bagi pihak yang lemah. Bahkan jika menjelaskan runtutan kejadiannya sekalipun, itu pasti tidak akan ada gunanya.

"Kamu boleh pergi sekarang. Tapi ingat, orang tuamu harus datang ke sekolah sore ini," ujar Kepala Sekolah dengan singkat.

Gu Xiaoran berjalan keluar dari ruangan kepala sekolah. Dia sejujurnya sama sekali tidak keberatan untuk meninggalkan sekolah ini karena tidak banyak kenangan yang dia miliki di sini. Namun sekalipun dia keluar dari sekolah, dia tahu benar jika keluarga Feng tidak akan melepaskannya begitu saja.

Ayahnya sudah mempunyai cukup banyak masalah saat ini, sehingga tidak mungkin dia memberitahukannya soal tentang permasalahan yang terjadi. Ayahnya bisa-bisa bingung tidak karuan jika mengetahuinya. Tidak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara ponselnya berdering dari saku celananya. 

"Halo, Ayah," sapa Gu Xiaoran menjawab panggilan teleponnya.

"Xiaoran, ayah sebenarnya ingin menunggumu pulang sekolah, lalu makan malam bersama denganmu. Tapi…" Perkataan ayahnya tiba-tiba berhenti begitu saja.

"Ada apa?" tanya Gu Xiaoran cemas. Apa ayah benar-benar harus masuk penjara? Batinnya berkecamuk seketika.

"Ayah harus segera pergi ke Kota Jiangzhou. Kira-kira satu bulan lagi baru dapat kembali pulang," jawab ayahnya yang terdengar sedih.

Gu Xiaoran terkejut mendengarnya, lalu bertanya dengan perasaan khawatir, "Kenapa tiba-tiba harus pergi ke Jiangzhou? Ayah, ada apa?"

"Tidak apa-apa. Hanya ada sedikit masalah dengan proyek di sana dan aku diminta untuk mengawasinya sementara," jawab ayahnya berusaha menenangkan putrinya itu.

"Apa Han Ke yang menyuruh Ayah untuk pergi?" tanya Gu Xiaoran menyelidik. Dia curiga jika semua hal ini adalah akal-akalan Han Ke saja. Dia tahu jika pria itu selalu mempunyai seribu satu cara licik untuk memisahkannya dari ayahnya.

Gu Zhengrong terdiam beberapa saat hingga akhirnya kembali bersuara dari seberang telepon, katanya, "Xiaoran, maafkan Ayah ya, Nak? Ayah tidak bisa menjagamu dengan baik dan malah membuatmu tersiksa seperti ini." Ucapannya penuh dengan perasaan bersalah. Suaranya terdengar sangat sedih dari seberang telepon.

"Aku tidak merasa tersiksa. Aku sudah bukan anak kecil lagi, jadi aku dapat mengurus diriku sendiri. Ayah tidak perlu khawatir," sahut Gu Xiaoran berusaha menenangkan ayahnya.

"Aku tahu kamu dapat menjaga dirimu dengan baik. Ayah akan pergi selama sebulan. Setelah ayah kembali nanti, baru kita makan bersama-sama ya?"

"Baiklah, Ayah..." jawab Gu Xiaoran, lalu mematikan sambungan teleponnya.

Proyek Shengtang di Kota Jiangzhou dulunya memang adalah tanggung jawab ayahnya. Namun, sekarang proyek itu telah dipindah tangankan menjadi tanggung jawab orang lain. Jika saat ini ayahnya tiba-tiba harus pergi ke Jiangzhou, pasti itu merupakan akal-akalan Han Ke yang entah telah menggunakan cara apa untuk memaksanya untuk pergi ke sana.

Gu Xiaoran paham betul bahwa ayahnya sedang berada di keadaan yang tidak baik. Dia jadi tidak sampai hati untuk mengatakan kepadanya bahwa dia terlibat masalah di sekolah dan Kepala Sekolah meminta walinya untuk hadir. 

Ketika sedang melihat-lihat layar ponselnya, tiba-tiba Gu Xiaoran teringat akan Han Ke. Tanpa ragu-ragu dia langsung menghubungi tunangannya itu tanpa ragu. Dia tahu jika pria itu memiliki hubungan bisnis dengan keluarga Feng. Jika pria itu tahu dirinya telah melukai Feng Gang, pria itu pasti akan segera memohon pengampunan kepada keluarga Feng. Namun, keluarga Feng merupakan keluarga yang cukup sulit untuk dihadapi, sehingga dia sendiri tidak yakin jika pria itu mampu untuk menyelesaikan masalahnya dengan baik. 

Gu Xiaoran duduk termangu sendirian di taman sambil meletakkan ponselnya di telinganya. Nada sambung terus berbunyi, namun tidak ada tanda-tanda Han Ke menjawab panggilan teleponnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.