Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Orang ini Terlalu Cerdik



Orang ini Terlalu Cerdik

0

Gu Xiaoran meraih gaun itu dan mendapati sebuah catatan kecil berada di baliknya. 'Kata sandinya adalah hari ulang tahunmu', begitu isi pesan singkat pada secarik kertas kecil tersebut. Di samping kertas itu, dia mendapati sebuah kartu debit berwarna emas tergeletak manis di sana. Dia tidak tahu untuk siapa barang-barang ini ditujukan, sehingga diabaikannya barang-barang itu dan segera mengenakan pakaian tersebut dengan terpaksa. Dia tidak memiliki pilihan lain selain mengenakannya, paling tidak hal itu jauh lebih baik dibandingkan jika dirinya harus telanjang di tempat itu terus menerus.

0

Begitu mengenakan baju terusan itu pada tubuhnya, tidak disangka ukurannya begitu pas, bagaikan dijahit khusus untuk dirinya. Bahkan pakaian dalam pada baju itu juga sangat pas dengan ukuran tubuhnya. Hal ini membuat Gu Xiaoran berpikir, Mo Qing pasti merupakan maniak wanita kelas atas. Jika tidak, bagaimana mungkin di sini dapat tersedia pakaian wanita beserta pakaian dalam yang sesuai dengan selera pria itu.

Setelah berpakaian rapi, Gu Xiaoran akhirnya merasa lebih tenang. Matanya kini menatap pada sebuah baju terusan yang sangat minim yang tergeletak di sana. Tiba-tiba, ingatannya melayang pada kejadian semalam ketika dirinya mengenakan pakaian minim tersebut dan ditindih dengan penuh gairah oleh Mo Qing. Hal itu sontak membuatnya kesal tidak karuan dan menendang bagian bawah tempat tidur dengan marah dan kesal.

Begitu Gu Xiaoran melangkahkan kakinya keluar dari ruangan istirahat tersebut, dia mendapati dirinya sedang berada di tempat tertinggi di kota itu. Seluruh pemandangan indah kota itu berada di depan matanya saat ini. Bangunan tertinggi di kota itu adalah gedung perkantoran milik Imperial Group. 

Setelah melihat pemandangan di luar, Gu Xiaoran menyadari bahwa dirinya masih berada di kantor Imperial Group saat ini. Begitu dia melangkahkan kakinya keluar dari lift, sebuah ruangan kantor yang sangat besar dan mewah terpampang di depan matanya. Tanpa sadar dia memandang ke arah meja besar yang berada di dekat jendela, lalu tangannya mengepal erat seketika. Dia didudukkan di atas meja itu tadi malam dan menjadi objek pemuas nafsu seseorang semalaman. Sungguh menjijikkan dan membuat darahnya mendidih saja, ketika mengingat akan hal itu.

Seseorang mengetuk pintu sebelum dengan perlahan mendorong pintu dan berjalan masuk. "Halo, Nona Gu. Perkenalkan saya Ding Jian, sekretaris Tuan Muda Mo!" ucap pemuda itu sambil tersenyum sopan dengan termos minuman di tangannya. Dia terlihat berusia sekitar 25 atau 26 tahun. Sangat muda dan terlihat begitu enerjik. Senyumnya terlihat begitu polos dan tidak membahayakan.

"Halo," jawab Gu Xiaoran singkat. Dia sama sekali tidak mengingat kejadian semalam. Jadi dia juga tidak tahu siapa orang-orang yang mengetahui tentang kejadian semalam, dengan yang benar-benar tidak tahu apa-apa. Hal ini semakin membuatnya gusar dan wajahnya memerah.

"Tuan Muda mengatakan bahwa saya harus memastikan Nona Gu untuk makan terlebih dahulu sebelum meninggalkan tempat ini," tutur Ding Jian sambil tersenyum manis. Dia pergi berjalan ke meja bar di sudut kantor dan meraih sebuah kotak makan di dalamnya. Begitu kotak makanan itu terbuka, tiga macam lauk yang menggiurkan dan semangkuk sup asparagus kepiting tertata rapi di dalamnya.

Setelah menyodorkan kotak makan itu pada Gu Xiaoran, alih-alih meninggalkan ruangan itu, Ding Jian tetap berdiri di tempatnya. Berdiri tegak sambil menatap gadis itu lekat-lekat, seolah menunggunya untuk menghabiskan seluruh makanan tersebut.

Menyadari akan tatapan mata pemuda itu, Gu Xiaoran menatapnya balik. "Bagaimana jika aku tidak mau makan makanan ini?" tanyanya yang sudah sangat mengenal sifat Mo Qing. Dia tahu bahwa pria itu pasti telah mengancamnya dengan sesuatu jika dia tidak melakukan seperti apa yang diinginkannya

"Tuan Muda Mo mengatakan kalau Nona Gu tidak mau makan, saya harus memegang kotak makan ini dan mengikuti ke mana pun Anda akan pergi. Dan saya tidak boleh beristirahat atau pulang jika Anda belum menghabiskan makanan ini. Apabila Nona Gu benar-benar tetap tidak mau memakannya, maka mulai besok saya resmi dipecat keluar dari Imperial Group," jelas Ding Jian sambil meringis. "Dan jika saya dipecat, tentu saja Nona Gu harus bertanggung jawab akan hidup saya dan membayar seluruh kebutuhan hidup yang saya perlukan."

Keterlaluan! Bahkan jika kamu dipecat, kamu masih mempunyai uang lebih banyak dari murid miskin sepertiku, tahu! Meminta uang pada murid miskin sepertiku bukannya sangat memalukan? Orang-orang di Imperial Group memang tidak ada yang beres! Batin Gu Xiaoran kesal dengan wajah ditekuk.

Dengan dongkol Gu Xiaoran mulai mengambil sumpit dan bersiap untuk makan. Dia tidak berencana menambah kesengsaraan hidupnya dengan berurusan dengan pemuda ini. Ketika melihatnya mulai memakan makanannya, Ding Jian melangkah mundur dan menjauh dengan bersemangat.

Setelah beberapa saat, Gu Xiaoran akhirnya berhasil menghabiskan seluruh makanan dari kotak makan tersebut. Melihat hal itu, Ding Jian mendatangi gadis itu dengan sebuah benda kecil di tangannya. "Nona Gu, barang Anda ada yang tertinggal," katanya sambil menyerahkan kartu debit berwarna emas yang tadinya terletak di meja samping tempat tidur kepadanya.

"Bukan milikku," sahut Gu Xiaoran dengan singkat. Dia lalu teringat akan ranjang yang tidak dirapikannya sama sekali, maka memerahlah wajahnya karena malu.

"Kartu ini dari Tuan Muda Mo untuk Nona Gu," kata Ding Jian memberitahu.

"Aku tidak mau menerimanya," balas Gu Xiaoran dingin. Dia tidak tahu apa lagi yang telah Mo Qing rencanakan padanya. Namun, apa pun itu, dia sama sekali tidak berniat untuk terlibat di dalamnya.

"Jika Nona Gu memang tidak mau menerimanya, paling tidak tolong kembalikan pada Tuan Muda Mo sendiri. Jangan membuat kami para karyawan menjadi sulit," pinta Ding Jian memelas.

Gu Xiaoran tidak sudi untuk menggunakan uang di dalam kartu ini, namun setelah mendengar perkataan Ding Jian barusan, dia mau tidak mau meraih dan menyimpan kartu itu di sakunya. Dia dapat menunggu untuk mengembalikannya ketika dia bertemu dengan Mo Qing nanti.

"Oh, dan itu adalah hadiah dari Tuan Muda Mo untuk Nona Gu," ujar Ding Jian sambil menyerahkan sebuah kotak hadiah yang sangat indah.

Melihat hal itu, Gu Xiaoran dengan malas menatap ke arah Ding Jian. "Jadi kamu akan berkata jika aku tidak mau menerimanya, aku harus mengembalikannya sendiri pada Mo Qing?" sindirnya sebelum pemuda itu kembali membuka mulutnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.