Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Terlalu Banyak Omong Kosong



Terlalu Banyak Omong Kosong

0

"Kabar baiknya adalah Gu Xiaoran telah bertunangan dan akan segera menikah dengan seniornya yang telah sejak lama suka padanya. Jadi, dia tidak perlu lagi menanggung rasa sakit cinta tak terbalasnya padamu," tutur Cheng Xiaoyue blak-blakan. 

0

Mo Qing menatap Gu Xiaoran. Dilihatnya tubuh gadis itu seolah membeku seketika. Dengan santai dia berkata, "Gu Xiaoran sedang berada di bawahku saat ini. Tentu saja dia tidak perlu menanggung rasa sakit akan cinta tak terbalasnya padaku."

"Jangan berkata seperti itu!" jerit Gu Xiaoran berbisik. Dia sama sekali tidak ingin Cheng Xiaoyue mengetahui semua hal ini. Wajahnya semakin memucat ketika melihat Mo Qing mematikan sambungan teleponnya dan melempar ponselnya kembali ke atas meja. "Entah apa yang akan dipikirkan olehnya jika kamu berkata seperti itu?" imbuhnya. Dan kali ini suaranya terdengar sangat cemas dan panik.

"Memangnya apa peduliku dengan apa yang dia pikirkan? Kamu terlalu banyak omong kosong," ucap Mo Qing sebelum akhirnya melumat bibir Gu Xiaoran untuk menghentikan pembicaraan omong kosongnya itu.

Beberapa saat kemudian, Mo Qing terlihat mengangkat tubuh Gu Xiaoran yang terlihat lelah dan mengantuk. Dia menggendong gadis itu meninggalkan kantornya, berjalan menuju ke lift pribadinya dan pergi ke ruang istirahat.

Di dalam tidurnya, yang Gu Xiaoran lihat semuanya adalah pria itu. Dia bermimpi tubuh Mo Qing menekan kuat tubuhnya, pria itu seolah terus memasukinya dan tidak sedetik pun melepaskan tubuhnya. Ketika dia terbangun, dia melihat pria sedang menatapnya dengan tangan yang diletakkan di samping kepalanya. Tanpa menunggu dirinya benar-benar mendapatkan kesadarannya, pria itu telah dengan penuh gairah melumat bibirnya dalam-dalam. Gerakannya membuat dirinya sulit untuk bernapas. Dia tadinya merasa bahwa dia sedang bermimpi semalaman. Namun, ternyata hal itu bukanlah mimpi. Mo Qing memang tidak sedetik pun meninggalkan tubuhnya.

Mo Qing memang telah menunggu Gu Xiaoran untuk terbangun dari tidurnya sejak tadi. Ketika melihat gadis itu terbangun, gairah pada tubuhnya kembali menggelora dan membuat dirinya bagaikan kuda liar yang tidak terkendali.

Setelah Mo Qing selesai dan mendapatkan kepuasan yang didambakannya, dia akhirnya melepaskan diri dari tubuh mungil Gu Xiaoran. Sedangkan Gu Xiaoran sendiri terlihat terkulai lemas tak bertenaga, tubuhnya bagaikan sehabis mengikuti lari maraton sejauh 10 km tanpa henti. Seluruh sendi-sendi tubuhnya juga terasa sakit, tidak ada sedikit pun tenaga yang tersisa pada dirinya bahkan hanya untuk mengangkat jarinya. Akhirnya, dia pun terlelap dan tertidur tanpa sadar.

***

Di tempat lain, Cheng Xiaoyue berusaha menelpon ponsel Gu Xiaoran. Tidak lama menunggu, tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari seberang telepon, "Halo?"

Cheng Xiaoyue terdiam beberapa saat. Oh, suara ini pasti suara Han Ke, tunangan Gu Xiaoran, batinnya lega. Jika Han Ke yang menjawab telepon, itu artinya Gu Xiaoran pasti sedang bersama tunangannya itu. Tapi apa maksud Mo Qing yang berkata bahwa Gu Xiaoran sedang berada di bawahnya? Apa aku salah dengar tadi? Atau mungkin dia bercanda? Batinnya lagi berusaha mencerna.

"Halo, apa Anda adalah Han Ke, tunangan Gu Xiaoran?" tanya Cheng Xiaoyue dengan sopan setelah kembali tersadar dari lamunannya.

"Iya, benar. Dengan siapa saya berbicara?" balas Han Ke.

"Aku Cheng Xiaoyue, teman sekelas sekaligus sahabat baik Gu Xiaoran. Apa bisa berbicara dengan Gu Xiaoran?" tanya Cheng Xiaoyue dengan hati-hati. Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam saat ini. Seorang lelaki dan perempuan tinggal bersama, bisa saja sedang tidak bisa diganggu saat ini.

"Dia tidak sedang di sini bersamaku," jawab Han Ke.

"Eh? Dia sedang tidak bersamamu? Tapi mengapa ponselnya…" Cheng Xiaoyue tertegun beberapa saat.

"Ponselnya tertinggal di mobil. Aku akan mengantarkannya ke sekolah besok," jawab Han Ke datar.

"Oh, jadi begitu ceritanya. Baik kalau begitu, maaf sudah mengganggumu," ucap Cheng Xiaoyue sebelum menutup telepon.

Begitu selesai menutup telepon, Cheng Xiaoyue segera menghubungi asrama sekolah. "Saya ada urusan penting dan mendesak dengan siswi bernama Gu Xiaoran. Tolong bantu saya untuk memanggilnya sekarang," pintanya terdengar tergesa-gesa.

Setelah menunggu beberapa saat, tidak disangka penjaga asrama mengatakan padanya jika Gu Xiaoran tidak tinggal di asrama malam ini. Hal ini membuat Cheng Xiaoyue bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.

***

Gu Xiaoran tertidur pulas hingga akhirnya dia terbangun. Dia merenggangkan tubuhnya dan merasakan kulitnya menyentuh kain lembut yang dingin. Dia terkejut mendapati dirinya tidak memakai sehelai kain pun pada tubuhnya. Rasanya nyeri dan pegal dia rasakan pada sekujur tubuhnya, namun entah mengapa tubuhnya terasa segar dan bersih saat ini. Kemudian, dia membuka selimut yang menutupi tubuh mungilnya. Di sana dia mendapati beberapa warna merah dan ungu pada kulitnya, ditambah dengan rasa mint dan bau minyak oles pada tubuhnya. Seketika itu juga semua ingatan sebelum dia tertidur membanjiri pikirannya. 

Jantung Gu Xiaoran sontak berdebar dengan sangat kencang. Dia menoleh ke sekelilingnya dan mendapati dirinya sedang berada di ruangan yang sangat indah. Interior ruangan itu dirancang dengan sangat elegan dengan warna monokrom hitam dan putih yang mendominasi. Di meja samping tempat tidur terdapat sebuah gaun dengan label harga yang belum dilepas dan satu set pakaian dalam yang masih baru. Di sambil gaun tersebut, dia mendapati gaun lain yang dikenakannya semalam, sebuah gaun yang sangat menggugah gairah pria. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan, namun dia tetap tidak mendapati bajunya sendiri di situ.

Tampaknya wanita bernama Bibi Xiang itu bahkan tidak membawakan pakaiannya ketika mengirimnya sebagai hadiah kemarin malam. Hal ini membuat kebencian di hatinya terhadap Han Ke semakin mendalam.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.