Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Hadiah Spesial



Hadiah Spesial

0

Meskipun hari sudah gelap, namun saat ini waktu menunjukan jam malam belum lewat, sehingga gerbang sekolah masih terbuka dan masih ada banyak siswa yang berlalu lalang di sekitar mereka. Bahkan beberapa diantaranya terlihat memandang ke arah keduanya. Hal ini sungguh membuat Gu Xiaoran merasa malu karenanya.

0

Han Ke menunjuk-nunjuk ke arah wajah Gu Xiaoran. Pria yang awalnya terlihat lumayan tampan tersebut, terlihat begitu buruk rupa karena amarah yang terpancar pada wajahnya. "Gu Xiaoran! Kamu benar-benar murahan! Perempuan licik!" makinya lagi.

Gu Xiaoran yang mendengar hal itu tetap diam saja dan tidak membalas. Dia sama sekali tidak berniat untuk membalas ucapan Han Ke. Dia hanya ingin pria itu cepat selesai memarahinya agar dia dapat segera kembali ke asramanya untuk tidur.

Melihat Gu Xiaoran sama sekali tidak bereaksi apa-apa, membuat Han Ke semakin naik pitam. Dia dengan tiba-tiba menarik pergelangan tangan gadis itu dan hendak menyeretnya pergi bersamanya.

"Jam malam akan segera tiba, jadi gerbang sekolah akan segera ditutup. Aku tidak dapat ikut denganmu," ucap Gu Xiaoran dengan tegas. Jika dia yang dulu, pasti dia akan dengan patuh mengikuti Han Ke. Namun setelah serangkaian kejadian yang dialaminya, dia sama sekali tidak ingin melihat wajah pria di hadapannya itu lebih lama lagi.

Ketika orang dari Imperial Group datang dan mengucapkan selamat padanya, sebenarnya mereka justru sedang mempermalukan dirinya. Namun Han Ke bagaikan anjing yang dengan cepat menggigit tulang yang dilemparkan padanya dengan sigap, meluapkan segala amarahnya tanpa meminta penjelasan apa pun darinya terlebih dahulu. Kini pria itu malah datang ke sekolahnya dan tanpa penjelasan apa pun tiba-tiba hendak main tangan dan memukulnya di depan orang banyak. Jika saat ini dia mengikuti pria itu untuk pergi, entah apa yang akan terjadi padanya.

"Aku ini tunanganmu, jadi kamu harus mengikuti ke mana pun aku inginkan kamu untuk pergi," ujar Han Ke dengan sangat angkuh dan penuh emosi. Dia tidak menyangka akan melihat Gu Xiaoran berani-beraninya membantah perkataannya. Hal ini membuat amarahnya semakin memuncak terhadap gadis itu.

Gu Xiaoran berjuang keras untuk melepaskan tangannya dari cengkeraman kuat Han Ke. Namun apa daya, kekuatannya sama sekali tidak sebanding dengan kekuatan pria itu. Akhirnya dia diseret ke mobil oleh tunangannya tersebut.

Ketika Han Ke membuka pintu mobil, di dalamnya terdapat seorang wanita yang kira-kira berusia empat puluh tahunan duduk di kursi penumpang. Dia lalu memaksa Gu Xiaoran masuk ke dalam mobil dan menatap wanita paruh baya itu sambil berkata, "Aku serahkan dia padamu. Urus sisanya dengan baik."

"Tuan Han tenang saja. Aku akan mengurusnya dengan baik," sahut wanita itu menanggapi perkataan Han Ke sambil memandang Gu Xiaoran dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, lalu tersenyum. "Benar-benar cantik sekali," ucapnya terkagum-kagum.

Gu Xiaoran seketika itu juga merasa cemas, perasaan tidak enak pun menyelimuti hatinya. Dia segera bergegas mencoba untuk keluar dari mobil itu, namun pintu mobil telah terlebih dahulu ditutup dan dikunci dari dalam.

"Biarkan aku pergi!" ujar Gu Xiaoran dengan gelisah sambil memukul-mukul jendela dan berusaha meminta pertolongan. Tidak lama kemudian, sebuah tangan terulur. Sebuah sapu tangan putih berbau menyengat membekap mulut dan hidungnya hingga akhirnya dia terkulai lemas, lalu tidak sadarkan diri.

***

Mo Qing hendak berjalan memasuki ruangan kantornya ketika melihat Lin Yizhi sedang berbicara dengan seorang wanita paruh baya yang kira-kira berusia sekitar 40 tahunan di depan pintu ruangan kantornya. Wanita paruh baya itu merupakan seorang germo terkenal di kawasan prostitusi nomor satu di kota ini. Setiap orang memanggilnya dengan sebutan Bibi Xiang. Gadis-gadis pilihannya pasti merupakan gadis-gadis cantik yang berkualitas tinggi. 

Menggunakan jasa wanita-wanita cantik untuk menemani tamu atau klien adalah sesuatu yang tidak dapat lepas di dalam bidang bisnis. Namun, tentu saja fasilitas itu akan tersedia di area prostitusi dan bukannya di area kantor seperti sekarang ini, sehingga kemunculan Bibi Xiang di perusahaannya adalah hal yang sangat teramat tidak wajar bagi Mo Qing. Terlebih lagi, wanita itu ditemani oleh Lin Yizhi, yang membuat pemandangan itu semakin lebih tidak wajar lagi.

"Ada masalah?" tanya Mo Qing pada Lin Yizhi.

"Han Ke mengirim hadiah dan memintamu untuk memeriksanya sendiri," jawab Lin Yizhi.

"Hadiah apa?" tanya Mo Qing lagi sambil melirik ke arah Bibi Xiang yang berada di sebelah Lin Yizhi.

Lin Yizhi terdiam sejenak baru berkata dengan ragu-ragu, "Lebih baik kamu pergi dan melihatnya sendiri."

Mo Qing menatap Lin Yizhi yang bersikap tidak biasanya hari ini. Lelaki itu biasanya selalu tampak tenang dan tidak pernah terlihat gelisah. Namun saat ini tatapan matanya terlihat penuh dengan keragu-raguan dan kegelisahan.

"Hadiahnya sudah saya kiriman. Saya harap Tuan Muda Mo menyukainya. Saya undur diri terlebih dahulu," ucap Bibi Xiang sambil berlenggang santai di antara para pebisnis ternama. Dan tentu saja wanita itu tidak lupa kembali menoleh ke arah Mo Qing lalu berkata, "Semoga malam Tuan Muda Mo menyenangkan."

Mo Qing hanya mengangguk dan membiarkan wanita itu pergi. Selama beberapa tahun ini, Bibi Xiang telah mengirimkan banyak wanita-wanita cantik pada tamu-tamu Imperial Group dan tidak sekalipun membuat mereka kecewa. Bahkan ini juga bukan pertama kalinya wanita itu memberinya 'hadiah'. Namun jika wanita itu dapat membuat Lin Yizhi untuk membuat dirinya mengecek 'hadiah' itu sendiri, ini yang pertama kali baginya. 'Hadiah' ini, tampaknya memang harus dia sendiri yang mengeceknya.

Di atas meja besarnya, terdapat sesosok tubuh yang sangat menarik dan menggoda bagi dirinya. Daya tarik dari ribuan wanita bahkan tidak dapat disandingkan dengan pesona wanita yang berada di hadapannya saat ini. Ditambah lagi sebuah pita merah besar berbahan sutra melingkari pinggangnya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.