Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Lebih Baik Mati Saja (2)



Lebih Baik Mati Saja (2)

0Ketika Gu Xiaoran baru saja menggendong Xiaohan ke lantai bawah untuk bermain, dia melihat Yu Fei berlari ke dalam mobil dan pergi dengan tergesa-gesa.     2

Biasanya Yu Fei mengemudikan mobil dengan pelan dan hati-hati, dia tidak pernah ngebut seperti itu.      

Melihat hal itu, Gu Xiaoran tercengang dan dengan cepat dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Yu Fei, "Bibi mau ke mana?"     

"Xiaoran, aku sangat malu, lebih baik aku mati saja." Yu Fei berkata dengan terengah-engah.     

Mendengar ini Gu Xiaoran kaget. Apakah Bibi depresi setelah dilecehkan oleh orang-orang brengsek itu? Batin Gu Xiaoran.     

Kemudian Gu Xioaran segera menyerahkan Xiaohan kepada Xie Baoling, "Nenek, aku akan keluar sebentar."     

Setelah itu Gu Xiaoran langsung berlari menuju mobil yang terparkir dan segera menyalakan mobil untuk mengejar Yu Fei.     

Saat itu juga Mo Qing sedang menelepon di balkon kamar tidur, namun saat dia melihat Yu Fei dan Gu Xiaoran pergi, dia segera menutup telepon lalu menghubungi Gu Xiaoran, "Mau ke mana?"     

"Emosional Bibi sedikit terganggu, aku khawatir dia sedang dalam masalah. Jadi aku akan pergi mengikutinya untuk memastikan dia baik-baik saja. Sekarang aku sedang mengemudi, jadi aku tutup dulu teleponnya."     

Panggilan telepon pun diakhiri.     

Mo Qing hanya mengerutkan kening. Dia merasa bahwa perempuan itu sangat merepotkan. Karena masalah ini berkaitan dengan Yu Fei, Mo Qing tidak nyaman jika ikut campur, apalagi mengikuti mereka.      

Meskipun Han Lang berhasil melarikan diri, namun dia tidak berani melakukan apapun untuk sementara waktu, sehingga Gu Xiaoran akan aman untuk saat ini. Selain itu, Citah juga akan mengikutinya diam-diam.     

Gu Xiaoran takut Yu Fei akan melihatnya yang diam-diam mengikuti dan menjadi lebih emosional. Karena itulah Gu Xiaoran hanya diam-diam membuntutinya tanpa membiarkan Yu Fei tahu. Beberapa saat kemudian, Gu Xiaoran lega ketika melihat Yu Fei tidak pergi ke tempat lain, melainkan kembali rumahnya di Jalan Lama Utara.     

Gu Xiaoran pun memarkirkan mobil dan segera berjalan menuju pintu halaman. Di sana dia justru melihat Yu Fei sedang memandangi langit sembari tersenyum, bahkan dia tidak terlihat sedih sedikit pun, tapi justru terlihat bahagia.     

Apakah Yu Fei menjadi bodoh karena depresi, atau menjadi bodoh karena obat yang membiusnya?      

Gu Xiaoran merasa gelisah dan dia pun berjalan dengan hati-hati saat menghampiri Yu Fei, lalu dia memanggilnya, "Bibi…"     

Seketika Yu Fei langsung menoleh ke arah Gu Xiaoran dan tersenyum.     

"Bibi, jangan membuatku takut." Gu Xiaoran melihat bibinya tersenyum dan seketika seluruh bulu kuduknya berdiri.     

"Kenapa aku membuatmu takut?" Wajah Yu Fei tampak bingung.     

"Kamu tadi mengatakan…"     

Yu Fei paham bahwa saat dia meneleponnya tadi, dia mengatakan bahwa ingin mati dan Gu Xiaoran menganggapnya serius.     

Yu Fei berkata dengan santai, "Aku juga belum puas hidup, mana mungkin aku ingin mati sungguhan."     

Gu Xiaoran menatap Yu Fei dengan bingung, dan tiba-tiba dia tidak tahu bagaimana harus melampiaskan amarahnya.     

Dari tadi Gu Xiaoran merasa sangat khawatir dan ketakutan, namun Yu Fei tampak acuh padanya.     

Memangnya mengatakan ingin mati kepada orang lain itu lucu? Batin Gu Xiaoran. Padahal Gu Xiaoran benar-benar gelisah karena itu.     

Yu Fei tidak menyadari raut wajah Gu Xiaoran yang tampak bingung. Dia memegang dagu dan tersenyum saat memikirkan bagaimana Zhuo Ran berjuang demi dirinya.     

Tuan Jiu sangat keren dan sangat tampan. Setampan dan sekeren dulu saat dia menyelamatkanku. Batin Yu Fei.     

Gu Xiaoran memandang Yu Fei yang sedang melamun seperti anak remaja yang sedang jatuh cinta. Kemudian, Gu Xiaoran langsung menepis tangan Yu Fei yang menopang dagu.     

Seketika kepala Yu Fei jatuh dan hampir saja terbentur meja batu, kemudian Yu Fei memelototi Gu Xiaoran, "Apa yang kamu lakukan?"     

Gu Xiaoran menanggapinya dengan kesal, "Kamu hampir saja dilecehkan oleh belasan orang asing, dan kamu masih bisa senyum-senyum? Apakah kamu senang menyakiti dirimu sendiri?"     

"Kata siapa aku punya kelainan mental seperti itu? Bahkan seandainya aku suka menyiksa diri, aku tidak akan memilih cara yang menjijikkan untuk menyiksa diri diriku sendiri, oke?"     

"Mengapa kamu tersenyum jika tidak ada sesuatu yang lucu?"     

"Aku tersenyum…" Setelah mengatakan ini, Yu Fei sibuk menghentikan kata-kata yang hendak terucap, dia tidak bisa mengatakan 'Zhuo Ran' di depan Gu Xiaoran. Apalagi setelah dia telah dipermalukan seperti itu, dia semakin tidak ingin mengatakannya. Karena itu dia mengganti kata yang hendak dia ucapkan, "Aku tersenyum pahit."     

Gu Xiaoran menahan amarahnya, karena dia tahu bahwa Yu Fei sama sekali tidak tidak terlihat sedih sedikit pun.      

Karena malu bertemu dengan Zhuo Ran, Yu Fei memilih pergi dari Vila Teluk Selatan. Dia memutuskan itu karena berharap tidak bertemu lagi dengannya, sehingga dia tidak perlu menahan rasa malu lagi.     

Tapi tidak lama kemudian pikirannya dipenuhi oleh semua hal baik tentang Zhuo Ran, dan hal itu membuatnya merasa bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.