Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pangsit Hangat (3)



Pangsit Hangat (3)

0"Iya, Tuan Besar ingin makan pangsit hari ini."     
0

"Tuan Besar suka pangsit isi adas?"     

"Hmmm, tapi setiap kali aku membuatnya, Tuan Besar bilang rasanya tidak enak, tapi hampir setiap hari masih menyuruhku membuatkannya lagi." Kakak Cheng dengan cekatan memetik daun adas.     

"Kenapa rasanya tidak enak?"     

"Tuan Besar mengatakan rasa pangsit buatanku tidak seperti yang biasa Tuan Besar makan. Tuan Besar hanya memberitahuku bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya, tapi tidak tahu bagaimana cara membuatnya. Aku sudah membuat pangsit menuruti keinginannya, tetapi pangsit buatanku selalu tidak pernah sesuai seperti yang Tuan Besar inginkan."     

Kakak Cheng menghela napas karena mengira pangsit buatannya kali ini akan berakhir sama seperti sebelumnya.     

"Kalau begitu, biarkan aku membantumu." Tanpa menunggu tanggapan dari Kakak Cheng, Gu Xiaoran langsung mencuci bahan-bahan yang diperlukan, lalu mencincangnya dengan terampil.     

Tekniknya yang terampil itu membuat Kakak Cheng heran, "Wah, Nona Gu sangat terampil dalam melakukan pekerjaan rumah."     

"Aku bukan anak dari keluarga kaya, jadi tentu saja aku harus melakukan semuanya sendiri." Gu Xiaoran tersenyum tipis. Ketika di Amerika Serikat, dia dan Yu Fei selalu melakukan semua pekerjaan rumah sendiri.     

Kakak Cheng berpikir sejenak. Bagaimana pun juga pangsit buatanku tidak pernah sesuai dengan keinginan Tuan Besar, jadi ada baiknya membiarkan Gu Xiaoran membantu. Jika Tuan Besar masih mengatakan tidak menyukainya, aku hanya perlu mengatakan kalau Gu Xiaoran yang membuatnya, karena Tuan Besar tidak akan mungkin memarahi Gu Xiaoran.     

Karena sifat Gu Xiaoran yang santai dan tidak manja, dengan cepat Gu Xiaoran menjadi akrab dengan Kakak Cheng, bahkan Kakak Cheng juga beberapa kali memuji Gu Xiaoran, "Nona Gu mengisi pangsit dengan terampil, apakah Nona juga sering membuat pangsit adas?"     

Gu Xiaoran hanya bergumam ringan dan mengambil isian daging dari Kakak Cheng. Setelah berpikir sejenak, Gu Xiaoran hanya memasukkan sedikit daging sesuai resep yang diberikan oleh ibunya. Lagi pula, tidak baik bagi orang yang sudah tua untuk makan terlalu banyak daging.     

Akhirnya pria tua itu sudah selesai mandi dan segera keluar dari kamar. Kemudian saat dia mendengar suara Gu Xiaoran dari dapur. Pria tua itu berjalan menuju dapur, dia melihat Gu Xiaoran dan Kakak Cheng sedang bercengkerama riang gembira sembari membuat pangsit.     

Pria tua itu hendak menegur Kakak Cheng karena telah membiarkan tamu memasak, tapi tiba-tiba aroma pangsit yang tidak asing menyerbak dari dapur.     

Ketika menghirup aroma sedap itu, dia pun tertegun beberapa saat. Lalu memutuskan untuk melangkah pergi karena tidak ingin mengganggu mereka berdua membuat pangsit di dapur.     

Ketika pria tua kembali ke kamarnya, aroma sedap pangsit yang sudah lama tidak pernah dia rasakan itu tiba-tiba menghantui lubang hidungnya. Sehingga membuat pria tua itu menunggu dengan cemas karena tidak sabar untuk memakan pangsit itu.     

Di tengah kegelisahannya itu, tiba-tiba dia mendengar suara ketukan di pintu, "Tuan Besar, hidangan sudah siap."     

Seketika pria tua itu langsung bersemangat, lalu dia pun segera pergi ke ruang makan sembari menunggu pangsit disajikan.     

Ketika pangsit sudah disajikan, pria tua memakan pangsit dengan tidak sabar, dia mengunyahnya dengan perlahan sehingga meninggalkan aroma sedap di mulutnya yang telah lama tidak dia rasakan.     

Karena terlalu gembira memakan pangsit itu, mulut pria itu dipenuhi pangsit sehingga membuatnya tersedak. Ketika pria tua itu tersedak, semua orang di meja makan tampak cemas.     

"Tuan Besar, ada apa?" Kakak Cheng bertanya dengan cemas, "Apakah karena terlalu panas?"     

"Apakah ada yang salah dengan pangsit ini?" Kata Gu Xiaoran dengan perasaan tidak tenang.     

Pangsit itu menyangkut di tenggorokan pria tua itu, tidak bisa dimuntahkan dan tidak bisa di telan. Sehingga pria itu juga tidak bisa mengatakan apa-apa.     

Saat itu Qiu Bai menyadari ada yang salah dengan Tuan Besar, dia pun langsung berlari menghampirinya. Lalu menepuk punggungnya sambil berkata, "Tuan Besar, apa yang terjadi? Jika ada yang bermasalah dengan kesehatan Anda, saya akan memanggil Dokter Li untuk segera datang."     

Beberapa saat kemudian, pria tua itu berhasil menelan pangsit yang tersangkut di tenggorokannya, lalu melambaikan tangan dan berkata, "Aku baik-baik saja."     

Kali ini, pria tua itu tidak memakan pangsit itu dalam sekali lahap, tapi memakannya dengan gigitan kecil.     

Melihat sikapnya itu, semua orang di sekitarnya menjadi semakin bingung karena tidak tahu apa yang terjadi padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.