Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Pangsit Hangat (2)



Pangsit Hangat (2)

0Qiu Bai mengantar Gu Xiaoran ke lintasan balap klub R2.     
0

Saat itu di lintasan, hanya ada satu mobil yang sedang pemanasan dan tidak ada siapapun di sekitarnya. Sepertinya lintasan ini sudah di pesan olehnya.      

Gu Xiaoran hanya memandangi mobil itu.     

"Nona Gu, mohon tunggu sebentar." Qiu Bai berjalan pergi. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan mengendarai mobil Ferrari.     

Lalu dia keluar dari mobil dan berkata kepada Gu Xiaoran, "Mobil ini disediakan untuk Nona Gu."     

Gu Xiaoran adalah seorang pembalap. Jadi ketika Qiu Bai mengemudikan mobilnya, dia bisa tahu kalau mobil itu memiliki performa yang bagus meskipun hanya mendengar dari suara mobilnya saja.     

Mobil yang sedang pemanasan tadi, tiba-tiba melaju mendekat dan berhenti di depan Gu Xiaoran. Kemudian atap mobil itu terbuka, sehingga memperlihatkan pengemudi yang duduk di dalam mobil.     

Karena memakai baju balap dan helm, Gu Xiaoran pun tidak bisa melihat wajah pembalap itu dengan jelas.      

Kemudian Qiu Bai berkata, "Ini adalah Tuan Besar kami."     

"Selamat siang, Tuan Besar."     

Pembalap pria itu mengangguk kepada Gu Xiaoran dan menyapa.     

"Tuan Besar kami bermaksud untuk balapan setengah lintasan."     

"Baik." Lintasan klub R2 ini adalah lintasan yang umum, berbeda dari lintasan mematikan yang dipakai kompetisi besar itu. Selain itu, balapan kali ini hanya menggunakan setengah lintasan saja, jadi kurang lebih balapan akan selesai dalam waktu 20 menit.      

"Nona Gu, bisakah kita mulai?" Qiu Bai bertanya dengan sopan.     

"Bisa."     

Saat balapan berlangsung, Gu Xiaoran baru menyadari bahwa kemampuan orang ini jauh di atas Belle.     

Meskipun Gu Xiaoran memenangkan balapan kali ini, tapi selama bertanding dengannya pria itu, Gu Xiaoran tidak mampu meninggal jauh pria itu.     

Kemudian Gu Xiaoran menghentikan mobil dan melepas helmnya, lalu melihat ke mobil yang berhenti di depannya. Pintu mobil terbuka dan pria itu pun turun dari mobil, pria itu memiliki postur yang tinggi.      

Saat pria itu melepas helmnya, Gu Xiaoran baru sadar bahwa pria itu sudah tua. Jika pria itu sedang tidak tersenyum, raut wajah pria itu terlihat seperti sedang mengintimidasi lawan.      

Gu Xiaoran terkejut ketika melihat pria tua yang masih memiliki kemampuan fisik dan kemampuan mengemudikan mobil seperti itu.     

"Nona Gu, kemampuanmu sangat bagus."     

"Tidak, ini hanya keberuntungan saja."     

"Perempuan muda tidak perlu terlalu rendah hati, cobalah bersikap sombong sedikit."     

Gu Xiaoran pun tersenyum.     

"Mari, aku akan mentraktirmu makan, terima kasih telah menemani orang tua ini balapan sepanjang hari." Sikap orang tua itu tampak ceria.     

Gu Xiaoran hendak menolak, tapi Qiu Bai datang dan memberikan handuk masing-masing kepada pria tua itu dan Gu Xiaoran, sembari berkata, "Tuan Besar sudah lama tidak terlihat sesenang ini."     

Entah mengapa, saat Gu Xiaoran menatap pria tua itu, dia menelan kembali ucapannya yang hendak menolak.     

"Baiklah, ini sebuah kehormatan bagi saya."     

"Sepuluh menit lagi temui kami di depan gerbang."     

Gu Xiaoran pergi ke kamar mandi untuk membersihkan keringat, berganti pakaian bersih, lalu keluar dari lintasan R2.     

Setibanya di depan gerbang, dia melihat mobil Rolls Royce yang sudah menunggu.     

Qiu Bai yang berdiri di samping mobil itu, saat melihat Gu Xiaoran keluar, Qiu Bai segera membuka pintu belakang untuknya. Setelah Gu Xiaoran masuk, dia menutup pintu dan duduk di kursi penumpang bagian depan.     

Pria tua itu sangat banyak bicara, tetapi topik pembicaraan dengan Gu Xiaoran tidak lepas dari seputar balapan. Sehingga perbincangan antara pria tua dan anak muda itu terasa sangat hidup.     

Beberapa saat kemudian, mobil berhenti di pintu masuk sebuah vila kelas atas.     

Qiu Bai pun keluar dari mobil dan membukakan pintu. Kemudian Gu Xiaoran dan Tuan Besar keluar.     

Qiu Bai mengatakan bahwa Tuan Besar hanya akan datang ke sini sesekali untuk berlibur. Setelah memasuki vila, Tuan Besar pergi ke kamarnya untuk mandi.     

Gu Xiaoran merasa bosan, tapi hanya dapur yang ada orangnya di vila tersebut. Sehingga dia pergi ke dapur dan bertemu dengan seorang pelayan yang biasa dipanggil Kakak Cheng, saat itu dia sedang sibuk memasak sendirian.     

Sepertinya Tuan Besar itu berniat mentraktirnya makan di vila ini.     

Gu Xiaoran melihat adonan besar yang sudah diuleni di dalam baskom. Dia juga melihat Kakak Cheng yang sedang memetik tanaman adas di talenan.     

Gu Xiaoran tiba-tiba teringat dengan pangsit adas yang dibuat ibunya tadi malam, ditambah resep yang diberikan kepadanya, seketika itu hati Gu Xiaoran langsung tergerak.     

Lalu Gu Xiaoran pun berinisiatif, "Kakak Cheng sedang membuat hidangan apa? Biarkan aku membantumu."     

Ketika Gu Xiaoran datang, Qiu Bai sudah memperkenalkan Kakak Cheng kepadanya, jadi Kakak Cheng sudah mengenal Gu Xiaoran.     

"Bagaimana mungkin membiarkan tamu membantu." Kakak Cheng buru-buru melambaikan tangan untuk menolak dengan sopan.     

"Tidak apa-apa, aku sedang ada waktu luang dan juga sedang bosan. Apakah ini adonan untuk pangsit?" Gu Xiaoran melihat jenis bahan yang dipersiapkan Kakak Cheng satu per satu, bahannya sama seperti pada resep pangsit yang dia dapat dari ibunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.