Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Sayang, Aku Menginginkannya (2)



Sayang, Aku Menginginkannya (2)

0Saat itu, Gu Xiaoran tidak ingin meninggalkannya karena ingin mengatasinya bersama-sama. Tetapi agar tidak menjadi beban bagi Mo Qing, akhirnya dia pun memilih pergi. Rasa sakit karena kenangan itu membuatnya lebih menderita. Gu Xiaoran benar-benar takut jika saat dia kembali, Mo Qing sudah tiada.     
0

Saat melewati pintu keluar di jalan memutar itu, dia pikir dirinya akan mati. Sehingga Gu Xiaoran merasa sangat putus asa. Bukan takut mati, tapi takut tidak ada yang pergi keluar untuk mencari bantuan, takut Mo Qing akan mati di gudang mematikan itu.     

Saat memikirkan ini, Gu Xiaoran semakin memeluk pria itu dengan erat.     

Gu Xiaoran tidak lagi memperhatikan mobil yang berlalu-lalang dan pejalan kaki di luar jendela. Gu Xiaoran hanya ingin lebih dekat dengan pria itu, begitu dekat seolah mereka berdua melebur menjadi satu.     

Hembusan napas pria itu menyebar ke seluruh tubuh Gu Xiaoran, sehingga menguras seluruh kekuatannya. Kesadaran menjadi kabur dan penglihatannya mulai memudar. Gu Xiaoran hanya bisa merasakan hembusan napas dan kehangatan yang merajalela di tubuhnya.      

Entah berapa lama kemudian, di tengah ketidaksadaran itu, Gu Xiaoran mendengar suara batuk dari sopir yang dilanjutkan dengan berkata, "Tuan Muda Mo, kita sudah sampai."     

Suara itu membuat kesadaran Gu Xiaoran kembali, dia pun mendongak dan menemukan bahwa mobil telah berhenti. Dia menengok ke arah jendela mobil dan melihat sebuah tulisan 'Biro Keamanan Publik'.     

Raut wajah Gu Xiaoran seketika memerah karena malu, dia merasa begitu malu sehingga dengan spontan dia pun langsung mendorong Mo Qing untuk mundur.     

Tapi pria yang ada di atasnya itu tampak acuh, dan justru semakin menekannya lebih keras dan semakin ganas.     

Sopir itu sepertinya menyadari apa yang sedang terjadi, sehingga dia berhenti berbicara karena sadar diri.     

Gu Xiaoran merasa malu setengah mati, tetapi dia tetap tidak tahan dengan kenikmatan yang dirasakannya. Ketika dirinya merasa tidak tahan, badai yang mengamuk di dalam tubuhnya tiba-tiba berhenti.     

Kemudian tubuh Mo Qing yang menempel di tubuhnya ini tidak bisa menahan diri untuk tidak gemetar. Butuh waktu beberapa saat untuk bisa berhenti.     

Mo Qing masih tidak melepaskannya, dia mencium Gu Xiaoran kembali dengan lembut sehingga membuat pikiran Gu Xiaoran melayang dan tidak bisa berpikir dengan jernih. Kemudian Gu Xiaoran tenggelam ke dalam ciuman hangat pria itu.      

Setelah beberapa saat kemudian, pria itu berbalik badan dalam posisi Gu Xiaoran masih berada di dalam pelukannya.     

Gu Xiaoran pun bangun dan sadar bahwa kakinya terlalu lemah untuk berdiri. Ketika dia menoleh ke luar jendela dan melihat Biro Keamanan Publik, perasaannya tiba-tiba menjadi tertekan.     

Gu Xiaoran mulai merasa menyesal, bagaimana bisa dirinya lepas kendali dan terbuai oleh pelukan pria itu. Saat ini kakinya sudah merasa baikan, tetapi seluruh tubuhnya terlalu bau untuk pergi membuat pernyataan, dengan tubuhnya yang bau seperti ini dia akan sangat malu.     

Tiba-tiba Gu Xiaoran merasa ada hembusan hangat terasa di telinganya, "Nona, ada apa dengan ekspresimu ini, apakah karena terlalu singkat, kamu merasa kurang puas?"     

Gu Xiaoran merasa malu dan kesal, dia menatap pria brengsek yang membuatnya melakukan hal ini dengan tatapan yang tajam.     

Kenapa tatapan pria itu terlihat menggoda? Batin Gu Xiaoran.     

Bagaimana bisa perasaanku yang tertekan ini bisa menjadi nafsu di mata pria ini?     

Saat ini pihak kepolisian sedang menunggu mereka berdua untuk membuat pernyataan. Jadi Gu Xiaoran tidak ingin membicarakan tentang keingannya untuk melakukan 'seks' ini, dia tidak lagi beradu argumen dengan pria brengsek itu. Kemudian dia pun bertanya, "Sekarang bagaimana?"     

Mo Qing mengeluarkan tisu dari loker sembari berkata, "Tidak ada barang keperluan wanita di dalam mobil, gunakan seadanya."     

Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam dan menahan diri, "Apakah ada tisu basah?"     

Mo Qing segera mengatakan di interkom, "Pergi beli tisu basah!"     

Gu Xiaoran mendengar sopir itu turun dan merasa tidak enak. Lalu dia mengulurkan tangan untuk memukul Mo Qing dengan ringan.     

"Brengsek!"     

Bukankah ini sama saja memberitahu orang lain bahwa kami berdua telah melakukan perbuatan nakal di dalam mobil? Jadi, ketika aku bertemu sopir itu lagi, bagaimana dia akan menahan rasa malu yang aku rasakan? Batin Gu Xiaoran.     

Mo Qing memeluk Gu Xiaoran sembari berkata, "Kalau bergesekan denganmu, aku jadi menginginkannya lagi."     

Gu Xiaoran menyadari bahwa bagian dari pria itu yang tertekan olehnya sudah mengeras seperti batu.     

Mo Qing menatap Gu Xiaoran yang terlihat bingung, lalu dia pun tersenyum dan memeluknya sembari berkata, "Siapa lagi yang tidak tahu tentang hubungan kita ini, jadi apa yang kamu khawatirkan? Selain itu, bukankah kamu memang orang yang tidak tahu malu?"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.