Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Sayang, Aku Menginginkannya (1)



Sayang, Aku Menginginkannya (1)

0Saat itu, Mo Qing juga pantang menyerah dan tidak membiarkan Gu Xiaoran mati, Gu Xiaoran sendiri juga tidak ingin mati. Tapi jika memang sudah saatnya mati, dia juga tidak akan menyesal.     
0

Bahaya yang mereka alami hari ini tidak jauh berbeda seperti dulu. Tapi saat melewati jalan keluar itu, Mo Qing menatap Gu Xiaoran yang berada tidak jauh di belakangnya dengan rasa takut yang tidak terlukiskan.      

Mo Qing takut kehilangan Gu Xiaoran. Perasaan seperti itu bukannya tidak ada. Mo Qing pernah berkata bahwa dalam hidup ini, dia hanya ingin menuruti keinginannya dan menolak untuk merasakan cinta. Jika tidak, Mo Qing tidak akan bisa melakukan tugasnya dengan baik.     

Mo Qing tiba-tiba teringat sebuah percakapan yang pernah dia dengar dulu. Saat itu adalah malam sebelum Mo Qing dikirim ke ujian bertahan hidup. Atasan tiba-tiba mengunjungi kamp untuk melakukan pemeriksaan. Entah kenapa, Mo Qing merasa bahwa atasannya datang karena dirinya.     

Mo Qing memiliki beberapa pertanyaan dan ingin dia tanyakan kepada Atasannya itu. Karena itu saat malam harinya, dia pergi ke kamp di mana atasannya akan tinggal untuk sementara waktu. Setibanya di kamp itu, Mo Qing mendengar percakapan itu.     

Saat itu, instrukturnya melaporkan dengan rinci kepada atasan, dan setelah instruktur menyelesaikan laporannya, instruktur itu berkata dengan khawatir, "Saya khawatir bocah ini akan terlalu kuat di masa mendatang."     

Semua orang di kamp itu memang harus menjadi kuat, karena dengan menjadi cukup kuat, maka mereka dapat menyelesaikan lebih banyak misi dengan tuntas. Dengan begitu akan dapat mengurangi korban yang berjatuhan dari personel mereka.     

Setiap orang yang ada di kamp itu dilatih dengan biaya yang besar, tapi melatih mereka tidak hanya membutuhkan uang, tetapi juga waktu. Bagi mereka nyawa setiap anak di kamp itu sangat berharga.      

Mereka dilatih untuk menjadi kuat, tetapi tidak menjadi terlalu kuat hingga tidak dapat dikendalikan. Jika menjadi kuat dan tidak dapat dikendalikan, maka itu hanya akan berpotensi menimbulkan masalah.     

Instruktur khawatir bahwa Mo Qing bisa menjadi sangat kuat sehingga tidak bisa dikendalikan.     

Saat mendengar percakapan itu, Mo Qing berhenti di depan pintu dan tidak jadi mengetuk pintu untuk masuk. Kemudian dia mendengar atasan berkata lagi, "Berikan dia titik lemah."     

Saat itu Mo Qing masih berusia kurang dari delapan tahun, dan dia pun tidak mengerti apa yang dimaksud dengan titik lemah itu.     

Kemudian, setelah dia lolos dalam melaksanakan ujian bertahan hidup, mereka memberinya bayangan. Setelah itu, dari waktu ke waktu, Mo Qing memikirkan apa yang dikatakan atasannya tentang ini.     

Dulu, setiap kali memikirkannya, Mo Qing selalu meremehkannya. Dia tidak ingin memiliki titik lemah yang membebaninya. Bahkan jika ada, dia ingin menghancurkannya dengan tangannya sendiri, dan yang terburuk dia rela mematahkan tulang belulangnya.     

Sekarang, Mo Qing menyadari bahwa Gu Xiaoran adalah titik lemah yang mereka berikan padanya.     

Memikirkan hal ini, perasaan Mo Qing tiba-tiba menjadi angkuh. Jika aku memiliki titik lemah, lalu kenapa?     

Meskipun Mo Qing bisa tersakiti karena ada titik lemah di sampingnya, tetapi rasa sakit itu dapat memberitahu dirinya bahwa dia masih hidup hingga kini. Ini adalah perasaan yang membuatnya merasa lebih baik.     

Mo Qing menyipitkan matanya dan melihat ke bawah untuk melihat wanita yang menjadi kelemahannya itu sedang bersandar di lengannya. Wanita yang begitu rapuh seperti benih mungil, Mo Qing tidak sabar untuk menelannya dalam satu gigitan.     

Ciuman mereka semakin mendalam dan menjadi semakin ganas. Tangan Mo Qing menyusuri tubuh wanita itu dan berusaha melepaskan risleting baju balapnya. Kemudian dia merogoh masuk dan menundukkan kepala, lalu menyelinap masuk untuk menggigit bagian montok yang menggoda dari perempuan itu.     

Seolah Mo Qing ingin melahap wanita yang ada dalam pelukannya itu sampai habis. Hasrat Mo Qing pun tidak terkendali, sehingga Gu Xiaoran hanya bisa menggeliat-geliat. Beberapa saat kemudian, pria itu semakin menekan tubuhnya tanpa memberi kesempatan kepada Gu Xiaoran untuk melepaskan diri.     

Saat ini, lalu-lintas sedang sibuk, sehingga mobil harus melaju perlahan. Gu Xiaoran merasa tidak nyaman dan ingin mendorong pria itu, tetapi pria itu justru semakin menekannya ke bawah dengan kuat.     

Bibir hangat pria itu menciumnya tanpa mau berhenti, bibir itu berulang kali mengusap tubuh Gu Xiaoran tanpa kenal lelah.     

Hasrat Mo Qing yang kuat itu perlahan-lahan semakin meningkat, akhirnya pria itu tenggelam ke dalam perasaan terdalam dari wanita itu.     

Perasaan hampa di hatinya langsung terisi, sehingga Mo Qing pun merasa puas dan bisa menghela napas panjang. Lalu dia berkata, "Xiaoran, untuk ke depannya, jangan bermain dengan mobil lagi."     

Seketika tubuh Gu Xiaoran langsung terdiam membeku. Dia kembali memikirkan kejadian berbahaya di dalam gudang mematikan itu. Kemudian adegan saat dia ingin mencari bantuan tiba-tiba muncul dalam benaknya.     

Gu Xiaoran meninggalkan pria itu, dia meninggalkannya sendirian untuk menghadapi banyak pembunuh itu. Gu Xiaoran terlihat santai saat meninggalkan Mo Qing, tetapi pada kenyataan dia merasa sangat ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.