Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Wibawa dan Kekuatan Tuan Mo (1)



Wibawa dan Kekuatan Tuan Mo (1)

0Keesokan harinya adalah hari Minggu, Gu Xiaoran pun libur dan tidak kelas.     
0

Ketika mendengar suara seseorang yang sedang mengetuk pintu, seketika Gu Xiaoran pun langsung terbangun.     

Pria yang ada di sampingnya itu merangkul pinggangnya dengan erat, lalu melepaskannya kembali.     

"Tuan Muda, ada telepon dari Tuan Besar." Suara Zhuo An datang dari luar pintu.     

Seketika Gu Xiaoran menoleh untuk melihat pria yang ada di sampingnya itu.     

Mo Qing membuka matanya, dia masih mengantuk dan mengerutkan keningnya. Saat melihat Gu Xiaoran sudah bangun dan sedang menatapnya, Mo Qing pun menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya sebelum turun dari tempat tidur. Lalu dia mengenakan pakaian tidurnya dan pergi membuka pintu.     

Zhuo An dengan hati-hati menyerahkan ponsel kepadanya.     

"Papa." Mo Qing mengambil ponsel itu dan berjalan keluar.     

Pada saat itu juga Gu Xiaoran mengambil ponsel miliknya dari meja yang ada di samping tempat tidur dan membuka pesan yang dia terima tadi malam. Ponsel ini diberikan oleh Mo Qing dan dibuat khusus dengan menambahkan fitur canggih yang tidak dimiliki ponsel pada umumnya.     

Bahkan jika pihak lain menggunakan nomor tidak dikenal, Gu Xiaoran masih bisa mengetahui siapa pemilik nomor telepon itu.     

Ternyata itu adalah pesan dari Tang Shaoping!     

Saat mengetahui hal itu, sudut mulut Gu Xiaoran menunjukkan rasa jijik.     

Setelah kejadian kemarin, bukannya sadar diri tapi Tang Shaoping malah mengutuk orang dengan menggunakan nomor tidak dikenal, dia benar-benar sangat tercela.     

Kemudian Gu Xiaoran membalas pesan itu, [Tuhan melihat apa yang kamu lakukan dan Tuhan akan membalasnya!]     

Tang Shaoping dengan cepat membalas pesan dari Gu Xiaoran tersebut, [Benar, Tuhan juga melihat apa yang kamu lakukan dan Tuhan akan membalas perbuatan jahatmu. Gu Xiaoran, kamu adalah jalang brengsek, seseorang akan segera membalasmu.]     

[Siapa yang akan membalasku?] Gu Xiaoran melihat layar ponsel dan dapat merasakan geram dan kebenciannya yang kuat.     

Kemudian Gu Xiaoran pun tersenyum dingin.     

Meskipun Zenith diurus oleh Hua Zi, tetapi perusahaan itu merupakan milik Imperial Grup. Jika Zheng Jiacheng dan Tang Shaoping berani mengabaikan Hua Zi, maka itu berarti ada orang lain di belakang mereka.     

Satu-satunya orang yang bisa memerintah dalam keluarga Mo adalah Cheng Peini.     

Tampaknya menyingkirkan Zheng Jiacheng dan Tang Shaoping, belum cukup untuk menghilangkan tindak pelanggaran yang ada di dalam perusahaan.     

Tidak lama kemudian Mo Qing pun kembali, dia membuka pintu dan langsung masuk ke dalam kamar.     

Dengan buru-buru Gu Xiaoran meletakkan ponselnya dan berpura-pura tidur.     

"Tidak perlu berpura-pura." Mo Qing duduk di tepi tempat tidur, ujung jarinya mengusap rambut di telinga Gu Xiaoran, napasnya berhembus hangat dan bibirnya yang lembut mendarat di dahi wanita itu.     

Perlahan Gu Xiaoran membuka matanya dan bermalas-malasan.     

"Apa yang akan kamu lakukan hari ini?" Tanya Mo Qing.     

"Pulang ke rumah keluarga Gu." Gu Xiaoran berguling dan membenamkan wajahnya pada bantal. Hari ini dia harus pulang ke rumah untuk menjenguk neneknya, ketika memikirkan keluarga itu, Gu Xiaoran tampak sedikit murung.     

"Jika tidak ingin, kamu tidak perlu pergi."     

"Aku sudah berjanji pada Kakek."     

"Kalau begitu pergilah, aku akan menemanimu."     

Seketika Gu Xiaoran pun langsung tercengang!     

Tangan Mo Qing merogoh ke dalam selimut dan membelai kulit halusnya, lalu mencium keningnya dan berkata, "Bibi Zhang memasak bubur abalon, jadi makan dulu baru tidur, bagaimana?"     

Tidak lama kemudian, Bibi Zhang mengetuk pintu.     

Gu Xiaoran berusaha mendorong tangan Mo Qing yang menyentuhnya itu.     

Namun Mo Qing mengabaikannya, dan telapak tangannya itu justru perlahan menyusuri ke dalam tubuhnya. Seketika wajah Gu Xiaoran langsung memerah, Mo Qing mengangkat alisnya dan tersenyum, lalu dia menarik tangannya dari selimut.     

Gu Xiaoran pun menatapnya sejenak dan segera mengenakan piyamanya secepat mungkin.     

Saat ini Bibi Zhang datang sambil membawa bubur abalon dan pangsit kristal buatannya sendiri.     

Mo Qing pun berbalik dan pergi ke kamar mandi.     

"Biarkan aku membawanya sendiri." Gu Xiaoran tidak terbiasa dilayani oleh orang lain, sehingga dia mengambil nampan dan meletakkan hidangan itu di atas meja.     

"Ketika Nona selesai makan, silakan bunyikan bel saja." Setelah itu, Bibi Zhang kembali dengan sopan.     

Menunggu Mo Qing keluar, Gu Xiaoran pun pergi ke kamar mandi untuk merapikan diri.     

Ketika dia keluar dari kamar mandi, Mo Qing sudah duduk di meja dan menyajikan bubur.     

"Aku tidak tahu apakah Kakek dan Xiaohan…."     

"Mereka sudah makan."     

"Bagaimana kamu tahu?"     

"Saat aku pergi untuk menjawab telepon tadi, aku mendengar Paman An berkata begitu." Mo Qing menyiapkan bubur dan meletakkan di sebelahnya, "Makanlah mumpung masih panas."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.