Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Aku Tidak Hilang Ingatan



Aku Tidak Hilang Ingatan

0"Tidak perlu disuntik!" Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam, kemudian dia membuka mata, dan tatapan matanya langsung tertuju ke arah Mo Qing dengan menahan kesedihan.     
0

Gu Xiaoran menatapnya dalam-dalam. Dia ingat dengan jelas perkataan Mo Qing padanya, jangan ingat masa lalumu!     

Ziyan, apakah kamu takut jika ingatanku pulih? Apakah kamu juga akan merasa jijik dengan diriku yang seperti ini?     

"Nona Gu." Shao Hui mendekat.     

Gu Xiaoran mengalihkan pandangannya dari wajah Mo Qing dan menatap Shao Hui.     

"Apakah kamu bisa melihatku dengan jelas?" Shao Hui menatapnya dengan lembut.     

Gu Xiaoran mengangguk ringan.     

"Bagus, apakah kamu tahu siapa aku?" Tanya Shao Hui.     

Gu Xiaoran mengangguk lagi, dia masih ingat bahwa Shao Huo adalah dokter pribadi keluarga Mo.     

"Apakah kamu mengenalinya?" Kata Shao Hui sambil menunjuk ke arah Mo Qing.     

Mo Qing menekan bibirnya. Entah Gu Xiaoran masih halusinasi atau tidak, tapi dia bisa melihat dengan jelas tatapan Mo Qing yang tampak gugup. Dalam ingatannya, Mo Qing adalah orang yang tidak pernah gugup sedikitpun.      

"Apa kamu tidak mengenalinya?" Shao Hui sedikit khawatir melihat Gu Xiaoran yang hanya diam saja.      

"Aku tidak hilang ingatan." Gu Xiaoran menatap Mo Qing lagi dan dia bertanya dalam hatinya, Saat itu, apakah kamu yang membawa Xiaopian pergi? Dan apakah sejak saat itu kamu mengira Xiaopian sebagai Qiqi?     

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Shao Hui mengukur tekanan darah Gu Xiaoran.     

"Baik, hanya merasa sedikit lelah."     

"Kalau begitu istirahatlah, nanti malam aku akan ke sini lagi."     

Setelah itu Shao Hui keluar dan menutup pintu.      

Gu Xiaoran melihat infus yang terpasang di tangannya, dia merasa sedikit bingung, dia tidak tahu bagaimana dirinya bisa sampai di rumah sakit.     

"Apakah kamu sakit kepala?" Tangan Mo Qing membelai dahi Gu Xiaoran dengan lembut.     

Gu Xiaoran memegang tangan Mo Qing yang sedang membelai dahinya, "Pikiranku memang sedikit kacau sekarang, tapi jangan khawatir, aku tidak melupakanmu."     

Mo Qing menatap Gu Xiaoran dalam diam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.     

"Bagaimana dengan Tianlei?"     

"Dia baik-baik saja."     

"Ambilkan ponsel!"     

Mo Qing menyerahkan ponsel miliknya kepada Gu Xiaoran.     

Gu Xiaoran dengan segera mengetik nomor Gu Tianlei, tapi tiba-tiba dia menjadi sedikit ragu dan membatalkan panggilan. Kemudian Gu Xiaoran berkata lagi, "Ambilkan ponselku."     

Mo Qing mengeluarkan ponsel milik Gu Xiaoran dan menyerahkan padanya. Kemudian Gu Xiaoran pun membuka pesan di ponselnya.     

[Gu Xiaoran, aku lapar!]     

[Gu Xiaoran, apakah kamu sudah tidur?]     

[Gu Xiaoran, jika sempat segera balas ya. Apa kamu baik baik saja?]     

Biasanya Gu Xiaoran malas melihat pesan seperti ini dari Gu Tianlei, tetapi saat ini Gu Xiaoran merasa sedih yang tidak dapat dijelaskan.     

Gu Xiaoran menarik napas dalam-dalam, lalu dia melakukan panggilan ke nomor Gu Tianlei. Hanya dengan sekali dering, panggilan itu langsung terhubung.      

"Gu Xiaoran?"     

"Kamu di mana?"     

"Di studio rekaman! Kamu di mana?"     

"Aku sedang di luar, biarkan aku bicara dengan manajermu." Mendengar jawaban Gu Tianlei, Gu Xiaoran tahu bahwa Gu Tianlei berpura-pura tenang.     

"Kenapa kamu ingin berbicara dengannya?"     

"Menurutmu kenapa?"     

"Karena ingin berbicara dengannya!" Gu Tianlei dengan enggan memberikan ponselnya itu kepada manajernya.      

"Halo, Nona Gu!" Suara lirih manajer terdengar dari ponsel Gu Xiaoran.     

"Lain kali, kalau anak itu mengganggu orang lain di tengah malam, tolong hajar saja dia."     

"Baiklah, akan kulakukan!"     

"Hei, Gu Xiaoran, jangan bersikap seperti ini." Gu Tianlei langsung meraih ponselnya lagi.     

"Kalau kamu mengirim pesan atau meneleponku di tengah malam lagi, jangan harap kamu bisa makan mie buatanku lagi di seumur hidupmu."     

"Kenapa kamu sangat tidak berperasaan seperti ini?"     

"Bekerjalah dengan giat, aku akan menutup telepon." Setelah menutup telepon, Gu Xiaoran baru bisa menghela napas dengan lega.      

Mendengar panggilan itu ditutup, seluruh tubuh Gu Tianlei menjadi lemas, "Kakak, apakah menurutmu dia pulang dengan selamat?"     

"Jika dia bisa meneleponmu, pastinya dia pulang dengan selamat." Manajer itu sedikit merasa tertekan dengan sikap Gu Tianlei yang seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.