Sentuhan Dendam Penuh Gairah

Tidak Ingin Membunuhnya (2)



Tidak Ingin Membunuhnya (2)

0Perasaan Gu Xiaoran sedikit terketuk ketika mendengar kata 'Mo Qing'.     
0

"Aku beritahu, meskipun kamu dekat dengan Mo Qing, tetap saja Mo Qing tidak akan bisa menyelamatkanmu. Orang-orang Mo Qing sedang berkeliaran seperti lalat tanpa tahu di mana harus mencarimu. Ketika dia mengetahui keberadaanmu, aku sudah selesai mempermainkanmu dengan puas, dan pada saat itu aku akan mempersembahkan tubuhmu yang sudah aku telanjangi. Lalu membiarkan dia menikmati tubuhmu yang sudah tidak mulus lagi."     

Pandangan mata Gu Xiaoran semakin lama menjadi semakin kabur.     

Gu Xiaoran berusaha menggelengkan kepalanya dengan keras sambil berkata dalam hati, jangan tidur, jangan tidur!     

Suara Xu Honghai yang membuatnya muak itu masih terus terdengar.     

"Aku dengar bahwa saat ibu dan kakak perempuan dari bocah bernama Mo Qing itu diperkosa, dia berdiri di depan mereka dan menyaksikannya secara langsung. Sayang sekali, kali ini aku tidak bisa membuatnya melihatku memperkosamu di hadapannya."     

Bagaimana Xu Honghai tahu tentang kejadian itu? Gu Xiaoran mencoba berpikir dalam keadaan setengah sadar.      

Tiba-tiba bahunya terasa dingin, Gu Xiaoran terkejut ketika tahu bahwa Xu Honghai telah merobek kerah kaosnya dengan kasar.      

Kini kerah bajunya robek, sehingga bahunya yang putih itu terlihat dengan jelas.      

Xu Honghai memandangi bahu Gu Xiaoran yang seputih salju itu dengan tatapan matanya yang tampak berbinar-binar, dan raut wajahnya yang mesum. Napasnya berubah menjadi serak-serah basah, seolah ini adalah apa yang dia tunggu-tunggu.      

Kemudian Xu Honghai berusaha merobek lagi baju Gu Xiaoran, namun bahan kaos yang dipakai Gu Xiaoran itu sangat kuat dan elastis, sehingga Xu Honghai pun gagal untuk merobeknya.      

Akhirnya Xu Honghai berhenti merobek kerahnya, lalu dia pindah untuk melepas kancing celana jeans yang dikenakan Gu Xiaoran. Seketika kancing celananya itu langsung terbuka tanpa hambatan, dan saat ritsleting itu ditarik ke bawah…     

Tiba-tiba terdengar suara petir yang menyambar.     

Gu Xiaoran pun langsung menggigil ketakutan. Ketakutan yang ekstrim itu langsung membuat Gu Xiaoran merinding hingga bulu kuduknya berdiri.     

Entah dari mana Gu Xiaoran mendapatkan kekuatan, dengan sigap dia langsung memutar kaki Xu Honghai hingga membuat kakinya sendiri terkilir.      

Saat ini Gu Xiaoran merasa sangat ketakutan, sehingga keringat dingin mulai bercucuran di dahinya.     

Tangan Gu Xiaoran yang diikat itu tiba-tiba bisa terlepas dengan mudah, seperti tanpa tulang. Gu Xiaoran pun bisa melepaskan tangannya dari ikatan itu dengan cepat.     

Karena borgol yang terpasang di kakinya sudah mengendur, Gu Xiaoran berguling ke samping sambil menendangkan kakinya dengan keras sehingga sambungan borgol yang terpasang pada kayu itu ikut terlepas.      

Tindakan Gu Xiaoran yang memberontak secara tiba-tiba ini membuat Xu Honghai tercengang. Ketika dia menyadarinya, tiba-tiba lehernya terasa sakit yang disertai cairan merah yang mengalir dari lehernya.     

Kemudian Xu Honghai menyentuh lehernya, lalu dia melihat tangannya yang sudah berlumuran darah.      

Ketika Xu Honghai melihat ke arah Gu Xiaoran, saat itu juga Gu Xiaoran sudah tersungkur di lantai dengan semua borgol yang ada di kaki dan tangannya sudah terlepas. Namun bagian tepi borgol pada kakinya itu tampak berlumuran darah.     

Gu Xiaoran sudah menyayat leher Xu Honghai dengan borgol yang terpasang pada kakinya.     

Saat itu juga Xu Honghai baru menyadari bahwa dirinya telah jatuh di tangan Gu Xiaoran lagi.      

Setelah menyadari hal ini, amarah Xu Honghai langsung melonjak. Sehingga dia pun segera menyerang Gu Xiaoran. Tapi begitu dia bergerak, pandangannya tiba-tiba menjadi gelap, dan Xu Honghai akhirnya justru terjatuh dengan keras di lantai dan tidak sadarkan diri.     

Gu Xiaoran masih merasa pusing, namun kesadarannya berangsur-angsur pulih. Dia memegangi borgol besi itu, tapi dia tidak berani melepasnya.      

Xu Honghai tergeletak di lantai dengan darah yang perlahan mengalir dari lehernya. Saat melihat genangan darah di lantai, Gu Xiaoran langsung tercengang.     

Kakinya yang terkilir memang terasa sangat sakit, tetapi di pikirannya hanya dipenuhi oleh satu hal. Apa aku membunuhnya? Aku telah membunuhnya!     

Pintu besi kembali terbuka.     

Wajah Gu Xiaoran tampak sangat pucat dan ketakutan ketika melihat ke arah pintu.      

Mo Qing?     

Gu Xiaoran membuka matanya lebar-lebar dan menatapnya dengan tatapan tidak percaya saat melihat pria yang bertubuh tinggi itu berjalan menghampirinya.     

Kemudian pria itu berjongkok di depan Gu Xiaoran dan memegangi kakinya.     

"'Klek!'" Suara pria itu meluruskan kaki Gu Xiaoran yang terkilir.      

Gu Xiaoran hampir saja pingsan karena kesakitan.     

Tanpa menunggunya untuk menarik napas, Mo Qing langsung memegang kaki Gu Xiaoran yang satunya lagi dan terdengar bunyi 'Klek' lagi.     

Gu Xiaoran menahan napas di tenggorokannya, setelah itu dia pun bersandar di bahunya Mo Qing.     

Kemudian pria itu menggendongnya.     

"Aku sudah membunuhnya... Aku telah membunuh seseorang."     

Mo Qing menggendong Gu Xiaoran sambil memeluk erat-erat tubuhnya yang gemetar dengan. Mo Qing menyandarkan kepala Gu Xiaoran dengan nyaman di bahunya, dan dagunya sedikit menempel di dahi Gu Xiaoran yang berkeringat sambil berkata, "Kamu telah melakukannya dengan baik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.